Siedoo.com -
Opini

Penerapan Pendidikan Karakter dan Merdeka Belajar di TK Pertiwi

Siedoo, TK Pertiwi Kota Magelang, Jawa Tengah sangat komit dalam membentuk karakter anak didik. Berbagai hal dilakukan secara sederhana. Mulai dari jabat tangan hingga penerapan 3S. Berikut wawancara tim siedoo.com dengan Kepala TK Pertiwi, Suparni, S.Pd.

—-

Bagaimana penerapan pendidikan karakter di TK Pertiwi?

Dalam mendidik, kita mengantar dan menolong anak untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya. Hal ini tidak lain agar mereka menjadi manusia yang mandiri dan dewasa.

Guna mewujudkannya diawali rutinitas sehari-hari. Begitu anak didik datang, kaitannya dengan penanaman karakter, guru menyambut anak dengan jabat tangan atau bersalaman.

Jabat tangan tersebut merupakan karakter yang baik, kebiasaan yang baik, sampai nanti di dalam kelas setiap kegiatan apapun anak meminta izin. Misal ketika hendak ke belakang atau mau meminjam apapun, anak mengucapkan “Tolong”, “Maaf”, dan “Terima kasih”. Tiga kata itu selalu kita tanamkan.

Untuk pendidikan karakter yang umum memang kaitannya dengan perkembangan pergaulan anak-anak. Jika tidak sejak dini ditanamkan kebiasaan yang baik akan mempengaruhi banyak faktor. Pendidikan karakter jika tidak sejak dini ditanamkan juga akan berpengaruh pada lingkungan, budaya.

Apa tujuan minimal dari pendidikan karakter?

Yang perlu ditekankan, tujuan dari pendidikan karakter, salah satunya, minimal anak bisa sopan santun, kini dan ke depannya. Sopan santun ditanamkan dari awal berkarakter sampai nanti kelak dewasa.

Lantas, yang dalam bidang agama?

Penanaman karakter dilakukan juga dalam mata pelajaran agama, yang diawali perilaku senyum, sapa, dan salam atau yang dikenal dengan 3S. Penanaman ini disesuaikan dengan agama masing-masing peserta didik. Hal itu mengingat, TK Pertiwi merupakan TK nasional yang melayani beberapa agama. Ada Islam, Nasrani dan Kristen.

Baca Juga :  Persiapkan Kegiatan MOS yang Menarik dan Mendidik

Selain penerapan 3S, penerapan lainnya adalah menanamkan kepedulian atau rasa sosial dalam diri anak. Misalnya, anak membawa sembako dari rumah. Kemudian dikumpulkan di sekolah. Dimana setiap bulan pada minggu ke-4 sembako tersebut disampaikan ke panti asuhan, pondok pesantren dan di tempat-tempat sosial.

Wujud kepedulian yang berkaitan dengan karakter. Lalu ada infaq tiap Jumat yang digunakan untuk kegiatan keagamaan sesuai dengan agama masing-masing.

Apa saja kendalanya?

Kendala dan hambatan penerapan pendidikan karakter tidak sinkronnya antara di rumah dan di sekolah. Seperti saat kegiatan keagamaan. Di sekolah disampaikan untuk menanamkan salat berjamaah. Kadang di sekolah anak diberi pembelajaran atau praktik salat.

Tapi, kadang saat di rumah ada anak yang tidak melakukannya. Hal itu dikarenakan orang tua juga tidak melaksanakan salat berjamaah di rumah. Sehingga untuk mengantarkan anak agar lanjut dan membiasakannya itu perlu kerja sama orang tua. Namun kadang kendalanya ada orang tua yang tidak sinkron dengan sekolah.

Di TK Pertiwi ada parenting-nya, seperti apa?

Sosialisasi umum juga dengan parenting. Parenting kaitannya dengan pengasuhan pola anak dan untuk memberi informasi tentang perkembangan-perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

Kadang orang tua menuntut harus bisa ini dan itu. Namun menurut perkembangan belum sampai, tidak dipaksakan. Belum bisa membaca, tapi oleh orang tua dipaksakan harus bisa membaca. Ini tidak sesuai dengan perkembangan atau usianya

Setiap semester juga dilakukan sosialisasi program. Sosialisasi kaitannya dengan pendidikan di sekolah. Kegiatan parenting mendatangkan narasumber dari luar. Sosialisasi beberapa waktu lalu oleh Psikolog dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dr. Soerojo Magelang.

Materi parenting tidak berkelanjutan, tapi selalu ganti materi. Jadi antara semester yang satu dengan lain berbeda. Kegiatan parenting sudah berjalan dari beberapa tahun lalu.

Baca Juga :  Strategi Memotivasi Anak Berkebutuhan Khusus Agar Tetap Semangat Belajar

Lalu, bagaimana dengan konsep Merdeka Belajar seperti yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim?

Mendidik anak yang merdeka itu merupakan keleluasaan kita dalam memilih bakat yang dimiliki. Sekolah memberikan beberapa fasilitas. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler, sekolah memfasilitasi anak yang memiliki bakat dan minat di bidang tertentu. Sekolah memberikan fasilitas dengan para guru yang profesional. Anak-anak dibebaskan memilih bakat dengan mengisi angket.

Pembelajaran efektif sekolah dari jam 7.15 – 10.30 WIB. Pembelajaran agama adalah pembelajaran unggulan. Setelah pembelajaran agama, anak kembali ke kelas masing-masing mengikuti pembelajaran inti. Jika ada lomba, dilakukan jam tambahan, misalnya sore hari untuk persiapan lomba.

Harapan dari anak didik setelah diterapkan Merdeka Belajar?

Anak-anak dibebaskan memilih sesuai dengan bakat dan minat. Nanti akan sesuai pendidik dari Ki Hadjar Dewantara yang peduli dengan sesama. Rasa kebersamaan ditanamkan untuk peduli dengan sesama. Dengan kepedulian antar sesama itu juga berkaitan dengan pendidikan karakter. Dengan kebersamaan, kepedulian, berbagi termasuk dalam pendidikan karakter. (*)

Apa Tanggapan Anda ?