Siedoo, SEBUAH komunitas literasi di Kota Bandung, Jawa Barat berhasil menyebarkan virus gemar membaca kepada masyarakat dengan cara unik. Komunitas tersebut menamakan diri Komuniatas Rindu Menanti.
Cara yang dikatakan unik, yaitu Komunitas Rindu Menanti menyebarkan virus gemar membaca tersebut di ruang publik. Salah satu sasarannya adalah halte. Kegiatan ini berkolaborasi dengan pemerintah setempat melalui Dinas Perhubungan Kota Bandung.
Beberapa halte disulap lebih menarik dengan tema sastra. Selain itu di halte-halte itu disediakan buku-buku bacaan yang bisa dibaca pengunjung halte. Bahkan telah diluncurkan layanan Angkot Pintar (Antar). Di mana paling tidak ada 24 unit angkot menyediakan belasan buku bagi para penumpang.
Seperti diberitakan tribunjabar, selain kegiatan unik itu dilaksanakan pula pembacaan puisi menggunakan pengeras suara di ruang Area Traffic Control System (ATACS) di Gedung Serbaguna Balai Kota Bandung.
Diketahui, Komunitas Rindu Menanti dibentuk oleh Rosihan Fahmi pada 15 November 2015 lalu dan diperuntukkan bagi masyarakat. Utamanya pengguna angkutan umum di halte-halte terpilih di Kota Bandung.
Menurut Fahmi, Komunitas Rindu Menanti menciptakan salah satu solusi setelah melihat minimnya ketersediaan ruang baca dan kumuhnya sarana publik di Kota Bandung. Seperti halte-halte angkutan umum.
Fahmi menggerakkan anggota komunitasnya untuk membersihkan halte dan menyuguhkan buku-buku untuk dibaca para “penanti” angkutan umum.
“Ini adalah gerakan radikal santai dalam menebar virus gemar membaca yang diharapkan dapat melahirkan kesadaran jika penantian akan dirindukan seperti orang yang rindu akan kematian,” ujar Fahmi seperti dilansir AyoBandung.com
Konsep besar dari Rindu Menanti adalah memberikan gerakan lingkup buku dan budaya gemar membaca karena mereka percaya. Bahwa dengan itu maka wahana kontemplasi dan evaluasi dapat terbuka. Sehingga, mampu mencerdaskan bangsa melalui disiplin.
Fahmi mengatakan, tidak hanya menyuguhkan bahan bacaan karena Rindu Menanti sering kali menjadi teman diskusi dengan membicarakan beragam persoalan ringan serta memberikan layanan penunjuk jalan.
“Para penanti juga melayani para penanti lainnya bila tersesat atau tidak mengetahui rute angkutan umum,” ujar pria lulusan Universitas Indonesia Magister Filsafat tersebut.
Adapun buku yang disediakan adalah jenis bahan bacaan yang sifatnya ringan, inspiratif, menghibur serta memberikan motivasi hidup.
“Agar masyarakat halte menanti dengan bahagia,” ujarnya.
Pada peringatan satu tahun kegiatan mereka, komunitas ini meluncurkan buku berjudul “Sang Penanti”. Kemudian pada Maret 2018 lalu, Komunitas Rindu Menanti meluncurkan buku kedua dengan judul “Halte Sastra”.
Aktivitas Komunitas Rindu Menanti bisa menjadi inspirasi masyarakat atau pemerintah daerah lain dalam mencerdaskan masyarakat melalui kegemaran membaca dengan menyediakan ruang baca umum di berbagai fasilitas publik. Atau bisa juga bekerjasama dengan komunitas literasi yang ada di daerah setempat.
*Narwan, S.Pd
Guru SD Negeri Jogomulyo Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.