Siedoo.com -
Opini

Solusi Agar Matematika Menyenangkan

SIEDOO.COM – “Matematika itu menyenangkan”. Ungkapan tersebut jarang ditemui jika kita tanyakan ke kebanyakan orang. Padahal semua ilmu tidak lepas dari yang namanya “berhitung”. Berhitung merupakan salah satu materi ajar di bidang matematika. Kebanyakan alasan yang bilang “matematika menakutkan” karena materinya sulit dan banyak.

Ada juga yang beralasan karena untuk menyelesaikan perlu perpikir, karena butuh analisa logika, dan lain sebagainya. Berbagai alasan negatif muncul. Nah, jika ada alasan negatif muncul berarti jika kita cermati maka pastinya ada alasan positif agar matematika itu menyenangkan. Pikiran positif dan negatif itu kita sendiri yang membuatnya.

Jika kita berpikir negatif maka pikiran kita mengarahkan kita ke alasan-alasan matematika itu menakutkan. Efeknya, menjadi penghambat pikiran kita untuk menolak lebih dahulu. Tetapi jika kita berpikir positif maka pikiran kita mengarahkan kita alasan-alasan matematika itu menyenangkan. (Baca : Mangenal Pembentukan Jenis Karakter).

Sebelum membahas lebih lanjut maka arahkan pikiran kita dahulu ke arah positif, berpikir matematika itu menyenangkan. Jika sudah, maka berikut alasan-alasan yang mungkin bisa mendukung pikiran pembaca bahwa matematika itu menyenangkan.

1. Pelajarilah Matematika Bab demi Bab

Maksudnya disini, kita jangan langsung melihat tebalnya buku yang akan kita pelajari. Jika itu kita lakukan, maka kita akan berpikir lamanya waktu untuk menguasai semuanya. Maka teknik pertama pelajari Bab demi Bab.

Dalam tiap materi, pasti diberikan penjelasan awal beserta contohnya pula. Pelajari penjelasan dan contohnya itu dahulu sampai benar-benar paham. Jika sudah, lakukan uji terhadap diri kalian dengan mengerjakan contoh yang ada. Jika belum paham, jangan lanjut ke bab selanjutnya karena akan menjadi beban dikemudian hari.

2. Faktor Guru

Baca Juga :  Guru Hendaknya Menjadi Teladan dalam Bermedsos

Faktor guru ini yang berperan penting dalam proses balajar mengajar. Sebagai guru jangan sepotong-sepotong memahami materi jika ingin mengajarkan ke siswanya. Karena, jika guru hanya paham 50% dari materi yang diajarkan, maka kemungkinan siswa hanya akan dapat menyerap 30% nya. Akibatnya, siswa jadi tidak menguasai materi yang sebenarnya.

Untuk itu sebagai guru, pelajarilah materi dengan sebenar-benarnya. Jika belum paham, bisa tanyakan kepada rekan guru yang lain. Jangan malu untuk bertanya, karena siswa anak didiknya perlu seorang guru yang menguasai materi.

3. Metode Belajar yang Baik

Metode belajar yang baik ini juga bergantung peran guru. Jika guru menyampaikan matematika dengan pemikirannya bahwa matematika itu sulit, maka siswa juga akan menangkap bahwa matematika itu sulit. Lain cerita jika guru menyampaikan dengan santai, rileks, dan menganalogikan contoh kasus yang ada disekitarnya, maka siswa dapat menggambarkan dipikiranya.

Dengan demikian, siswa dapat memahami dengan mudah. Selain itu ada juga cara lain dengan metode permainan atau diskusi agar siswa tidak bosan dan dapat menarik minat siswa.

4. Jangan Mengejar Nilai

Hal ini penting untuk ditekankan kepada guru dan siswa. Jika guru menginginkan siswanya mendapatkan nilai bagus semua, maka segala cara akan digunakan. Hilangkan pemikiran bahwa yang penting siswanya dapat nilai bagus, tidak memperdulikan apakah siswanya memahami atau tidak. Belajar matematika dari SD sampai perguruan tinggi itu adalah proses belajar dari memahami sedikit-demi sedikit, meningkat sampai paham.

Jika nilai saja yang dikejar maka guru akan menganaktirikan siswa yang pintar saja. Hal ini menyebabkan anak yang dianaktirikan tadi menjadi tidak suka terhadap matematika.

(Baca : Mengapa Pendidikan di Finlandia Menjadi yang Terbaik)

Baca Juga :  Tiga Guru SMKN 2 Surabaya Susun Bahan Ajar Teknologi Drone

5. Jangan Membandingkan dengan Teman

Daya tangkap dan pemahaman tiap siswa berbeda-beda. Jika kita membandingkan hasil yang kita dapatkan dengan hasil teman kita, hal ini mengakibatkan kita patah arang. Walaupun ada juga yang menjadi lebih semangat belajar jika hasilnya dibandingkan dengan temannya.

Bagitu juga guru, jangan membandingkan hasil anak satu dengan anak yang lainnya. Cara yang bagus adalah membandingkan hasil kerjaan kita, dengan hasil kerjaaan kita sendiri, dengan kerjaan materi sebelumnya. Jika materi A mendapatkan nilai 80 dan berikutnya materi B kita dapatkan hasil 90, maka cara belajar kita sudah benar.

Tetapi jika hasil materi B kurang dari materi A, maka perlu belajar lebih giat. Hal ini karena nilainya berkurang dari materi sebelumnya.

Dengan 5 solusi tadi, semoga pembaca bisa menemukan motivasi dan merubah pemikiran, bahwa matematika itu menyenangkan. Dengan demikian, dapat mendorong pembaca untuk mempelajari dunia sains dengan mengasyikkan… !

Apa Tanggapan Anda ?