Siedoo, Setelah pandemi Covid -19 melanda dunia, angka penggunaan masker semakin tinggi. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, mereka setiap hari memakai masker untuk antisipasi penyebaran virus. Desain masker pun kini mengalami perubahan bentuk.
Bahkan mahasiswa dari Yogyakarta berinovasi membuat desain masker canggih. Karyanya yang diberi nama “Diamond Adaptable Collar Mask” merupakan masker canggih berbentuk diamond dan ergonomis karena nyaman dipakai dan pas pada bagian hidung.
Selain itu, tali yang dipasang pada masker bisa disesuaikan dengan ukuran kepala pemakai secara otomatis. Sebelumnya mendesain masker, sang pembuat telah melakukan survey pada beberapa pengguna masker tentang faktor kenyamanan menggunakan masker dan bentuk yang keren.
“Konsep ini terinspirasi dari sepatu Nike ‘back to the future’ dimana talinya bisa mengetat sendiri di kaki si pemakai,” kata Matthew Jannes Wahono mahasiswa Desain Produk UKDW Yogyakarta angkatan 2018.
Desain ini juga diikutkan dalam ajang International Design Competition for Health Protocol Supporting Products 2021 yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret dan meraih predikat 3rd Honorary Mention. Sedangkan bentuk masker terinspirasi dari game cyberpunk dengan ciri khas alat-alatnya yang canggih, unik, dan futuristik.
“Sementara pendingin yang dipasang pada masker terinspirasi dari masker kekinian yang mana sedang laku di pasaran,” urainya.
Selain Matthew Jannes Wahono, mahasiswa lain juga berinovasi di tengah suasana pandemi. Mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) menunjukkan diri bahwa mereka tetap mampu mengukir sejumlah prestasi. Hal ini ditunjukkan lewat sejumlah kreasi dan inovasi yang dibuat untuk membantu masyarakat dan memajukan Indonesia.
Pic Yen mahasiswa angkatan 2017 berhasil meraih Juara 3 dalam ajang International Design Competition for Health Protocol Supporting Products 2021. Pic Yen membuat sebuah desain alat sterilisasi UV-C untuk mensterilkan permukaan paket dan surat yang ada di perusahaan jasa pengiriman barang dengan nama ‘Rapid (UV-C Sterilizer for Package and Mail)’.
“Inspirasi saya dapatkan ketika saya melakukan observasi lapangan dan wawancara di lokasi penelitian PT Pos Indonesia untuk kebutuhan data tugas akhir. Saya mengumpulkan beberapa informasi mengenai upaya pencegahan penyebaran dan penularan COVID-19 yang telah mereka lakukan selama masa pandemi ini,” jelasnya.
Berdasarkan data tersebut, ditemukan permasalahan bahwa proses dan alur sterilisasi yang panjang. Yakni penyemprotan cairan disinfektan kepada setiap permukaan paket dengan situasi arus lalu lintas barang yang sangat tinggi dinilai kurang cocok.
“Karena menyebabkan ketidakefisienan waktu dan tenaga yang berdampak pada produktivitas kerja karyawan,” katanya.
Rapid (UV-C Sterilizer for Package and Mail) merupakan produk alternatif untuk membantu proses sterilisasi paket dan surat dengan cepat, mudah, ringkas, dan tidak meninggalkan residu pada permukaan yang disterilisasi. Produk tersebut menggunakan metode sterilisasi ultraviolet tipe C (UV-C) yang memiliki karakteristik utama germicidal.
“Produk ini dirancang berbentuk seperti lorong dengan dua sisi yang terbuka dan diberikan 2 lapis tirai tebal di setiap sisinya untuk mencegah area mata dan kulit terkena cahaya UV-C secara langsung,” urainya.
Di sepanjang lorong sterilisasi diberikan roller conveyor yang dapat diatur kemiringan serta ketinggiannya untuk memudahkan conveying paket dan surat. Proses sterilisasi terjadi di dalam lorong dengan estimasi waktu rata-rata efektif adalah 6-10 detik per objek.
“Penggunaan produk cukup untuk menampung volume ataupun berat barang di bawah 5 kg dengan dimensi lorong sterilisasi sebesar 50 x 60 x 200 cm,” papar Pic Yen.
Sementara itu, Winta Adhitia Guspara, S.T., M.Sn. selaku Dosen Desain Produk sangat mengapresiasi usaha dan prestasi kedua mahasiswa tersebut. Winta A. Guspara menyebutkan kebutuhan fungsional serta perkembangan desain akan sarana bantu dalam menghadapi hidup gaya baru ke depan akan semakin meningkat tajam.
Masyarakat sudah tidak mungkin lagi berharap akan kembali seperti sebelum adanya wabah Covid-19. Hal yang perlu dipersiapkan melalui desain produk adalah tersedianya sarana bantu dan alat-alat yang memudahkan masyarakat maupun lembaga/instansi dalam menjalankan prosedur gaya hidup baru.
“Prodi Desain Produk sendiri telah mempunyai rangkaian mata kuliah pilihan terkait pengembangan alat kesehatan serta alat bantu (assistive products) diantaranya adalah Biomorphic Products dan Healthcare Equipment” katanya.
Selain itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga telah membentuk divisi terkait kegiatan inovasi dan eksebisi yang dalam pelaksanaannya didampingi kampus. “Kerja kolaborasi antara prodi, unit pengembangan inovasi, biro kemahasiswaan, dan mahasiswa telah berjalan sesuai dengan semboyan ‘bergerak bersama mewujudkan mahasiswa UKDW yang tangguh, unggul, dan berprestasi’,” tandasnya. (*)