Siedoo, Kita sudah melewati fase puasa fisik dipermulaan (sepuluh hari pertama) dalam bulan Ramadhan ini. Sekarang kita diberi kesempatan oleh Allah untuk meraih tingkat puasa yang lebih tinggi, yaitu fase puasa jiwa dipertengahannya (sepuluh hari kedua). Selanjutnya diakhir bulan Ramadhan (sepuluh hari ketiga) fase untuk meraih malam istimewa yang lebih baik dari seribu bulan atau Lailatul Qadar.
Ramadhan adalah bulan yang diberkahi dan memiliki banyak keistimewaan, diantaranya ialah bulan Ramadhan telah dipilih Allah menjadi bulan diturunkannya permulaan Al-Quran (Nuzulul Qur’an).
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah : “Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan membedakan antara hak dan yang batil “ (QS. Al- Baqarah : 185. Oleh karena itu salah satu kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan di bulan Ramadhan ialah memperbanyak membaca dan memahami kandungan Al-Quran.
Perintah mempelajari ilmu pengetahuan
Pada fase puasa jiwa ini, tepatnya tanggal 17 Ramadhan merupakan tanggal disepakatinya oleh banyak ulama sebagai saat Nuzulul Qur’an, merupakan saat di mana wahyu Allah (Al-Quran) disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk kali yang pertama yaitu surat Al-Alaq ayat : 1-5 :
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia tentang hal-hal yang tidak diketahuinya”.
Dengan turunnya ayat ini sekaligus sebagai bukti penobatan Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Surat Al-Alaq 1-5 adalah ayat-ayat yang mengandung perintah untuk mempelajari ilmu pengetahuan, membaca dan menulis, kemudian mengembangkan lewat berbagai macam penelitian untuk mengetahui kekuasaan Allah yang menciptakan alam semesta berikut semua isinya. Seperti menciptakan manusia dari segumpal darah dan menciptakan tumbuh-tumbuhan dari tanah lalu diturunkan hujan, di atasnya tumbuh berbagai tumbuh-tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Islam memberikan perhatian besar terhadap ilmu, karena menurut pandangan islam, tak ada suatu kehidupan yang menyangkut kemuliaan dan kehormatan yang bisa diperoleh tanpa ilmu.
Sabda Rasullullah SAW : “Barang siapa yang ingin hidup bahagia di dunia, maka dia harus memperolehnya dengan ilmu, barang siapa yang ingin hidup bahagia di akhirat maka dia harus memperolehnya dengan ilmu, dan barang siapa yang ingin hidup bahagia kedua-duanya maka dia harus memperolehnya dengan ilmu” (al hadist) .
Untuk itu menuntut ilmu wajib bagi orang Islam, sesuai Sabda Rasullullah SAW : “Menuntut ilmu itu wajib bagi orang muslim laki-laki dan perempuan“ (al- hadist).
Kiat Menuntut Ilmu
Seseorang yang menuntut ilmu harus banyak membaca, menghafal, memahami dan menulis, serta menjadikan ilmu sebagai pegangan. Penyair mengatakan “Ilmu pengetahuan ibarat binatang buruan, dan tulisan sebagai tali pengikat. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kencang”.
Oleh karena itu berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditulis, disusun karya-karya ilmiah dari hasil penelitian agar tidak mudah hilang dan dapat dipelajari oleh para manusia dari generasi ke generasi selanjutnya. Hanya manusia-manusia yang barakallah yang dapat menerima pelajaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
”Katakanlah, Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya orang-orang yang barakallah yang dapat menerima pelajaran” ( QS. Az-Zumar : 9 ).
Kiat menuntut ilmu menurut Ali Bin Abi Thalib (salah seorang pakar Pendidikan Islam) mengatakan bahwa : “Ingatlah, kamu tidak akan meraih ilmu kecuali dengan enam hal yang akan kuterangkan semuanya berikut ini , yaitu : (1) kecerdasan, (2) minat yang besar, (3) kesabaran, (4) bekal yang cukup, (5) petunjuk guru, dan (6) waktu yang lama”.
Pernyataan Ali Bin Thalib bahwa menuntut ilmu memerlukan waktu yang lama (seumur hidup) sesuai dengan Sabda Rosullullah SAW : “Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat“ (al hadist).
Keutamaan Menuntut Ilmu
Al-Qur’an juga mendorong umat Islam tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menguasai dan mengembangkan teknologi. Baik teknologi mesin, teknologi pertanian, teknologi kedokteran, teknologi industri, teknologi komunikasi informatika dan lain-lain, yang sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Bahkan Al-Quran mendorong umat Islam agar mampu membuat karya cipta alat-alat teknologi modern dan canggih, seperti : roket, satelit untuk menembus dan menjelajah ruang angkasa.
Hal ini terungkap dalam firman Allah : “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan” (QS. Ar-Rahman : 33) banyak manfaat yang kita peroleh dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang memberi kemudahan kepada kita, misalnya : alat-alat transportasi, alat-alat komunikasi (televisi, internet, hand phone, dan lain sebagainya).
Namun dibalik semua itu, banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan yang sulit diberantas kecuali dengan Iman dan Taqwa (IMTAQ).
Keutamaan menuntut ilmu sangat besar, kemuliaannya sungguh agung dan tinggi. Telah banyak orang yang rendah kehidupannya terangkat derajatnya oleh ilmu pengetahuan menjadi orang-orang yang mulia. Dengan ilmulah Nabi Adam menjadi mulia dan dengan ilmu pula pemiliknya mencapai derajat yang tinggi.
Sabda Rasulullah SAW :
*Ta’al-lamuul ‘ilma fainna ta’al-lamuhuu khasy-yah* (Pelajarilah akan ilmu sebab mempelajarinya dengan ikhlas itu memberikan rasa takut kepada Allah (taqwa),
*Wathalabahu ‘ibaadah* (menuntutnya itu ibadah), *Wa mudaa karatahuu tasbiih* (merenungkan/mengulang-ulangnya itu tasbih),
*Wal bahtsa anhu jihaad* (membahas masalahnya itu jihad), *Wa ta’liimahuu liman laa yaklamuhu shadaqah* (mengajarkan orang yang belum mengerti itu shadaqah), *Wa bad-lahuu liahlihi qurbah *(menyampaikan kepada keluarga itu qurbah (ibadah kpd Allah), HR Ibnu Abdur Barr. (*)
*Drs. M.Arief Fauzan Bukhori, M.Pd.Si.
Koordinator Pembina Dewan Islam Sekolah (DIS) SMA Negeri 1 Magelang, Jawa Tengah.