Siedoo.com -
Tokoh

Profesor Sumaryanti Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Jasmani Adaptif

Siedoo, Anak disabilitas intelektual merupakan salah satu penyandang disabilitas dengan gangguan utama pada otak. Khususnya fungsi kognitif dan emosi serta biasanya memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkah lakunya. Kondisi di lapangan, terkait dengan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, khususnya untuk disabilitas intelektual belum sepenuhnya memberikan perhatian khusus. Serta belum digarap secara konseptual untuk mengoptimalisasi fungsi otak.

Padahal dengan mengembangkan otak anak disabilitas intelektual dapat meningkatkan kinerja otak maupun kebugaran jasmani dan kesehatan secara umum. Otak sebagai pengatur fungsi fisik dan emosi dengan stimulasi yang terprogram dapat meningkatkan fungsi kognitif maupun emosi.

Demikian dikatakan Prof. Dr. Sumaryanti, M.S. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Jasmani Adaptif pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pidato berjudul “Latihan Fisik Untuk Stimulasi Kinerja Otak Anak Disabilitas Intelektual” itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Auditorium UNY, Sabtu (18/7/2020).

Sumaryanti adalah guru besar UNY ke-154. Wanita kelahiran Bantul, 11 Januari 1958 tersebut mengatakan, pada umumnya baik guru, maupun orangtua anak disabilitas belum sepenuhnya memahami tentang program-program latihan fisik yang terstruktur untuk mengoptimalkan fungsi otak anak disabilitas intelektual.

“Selama ini, para orang tua dalam memberikan stimulasi kerja otak putra putrinya sebagian lebih menekankan pada satu kondisi. Yaitu dengan memberikan bermacam media permainan dan asupan suplemen” kata Sumaryanti.

Hal ini sebagai solusi untuk meningkatkan daya ingat dan kemampuan belajar. Faktor lain seperti lingkungan yang kondusif dan aktivitas fisik yang mempunyai daya dukung tinggi untuk stimulasi otak sering terabaikan.

Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa aktif secara fisik bermanfaat bagi individu dalam hal kesehatan fisik yang membantu mencegah dan mengelola penyakit. Serta meningkatkan mental, kesejahteraan, fungsi kognitif, dan meningkatan umur panjang. Juga berkontribusi pada serangkaian manfaat sosial yang lebih luas bagi individu dan masyarakat. Siswa yang aktif secara fisik mempunyai keuntungan dalam belajar.

Baca Juga :  Grup Riset Geoinformatika UB Juarai Custom Script Contest 2019

Profesor Sumaryanti memaparkan, latihan fisik untuk stimulasi kinerja otak anak disabilitas intelektual dapat meningkatkan fungsi kognitif melalui perbaikan di hipocampus. Seseorang yang melakukan latihan fisik mempunyai neuron baru dan kemampuan neuron untuk bertahan hidup di hipocampus dua kali lebih banyak dari seseorang yang tidak melakukan latihan fisik.

Dengan melakukan aktivitas yang sifatnya aerobik aliran darah ke otak semakin meningkat, sehingga suplai nutrisi lebih baik, sehingga kebutuhan akan energi bisa terpenuhi. Latihan fisik di lingkungan yang konduksif menyebabkan pembentukan koneksi sinaptif dalam jumlah besar.

“Latihan fisik akan memperkuat area-area otak seperti ganglia basalis, serebelum, dan korpus kalosum,” terang Sumaryanti.

Selain itu, lanjut Sumaryanti, kepadatan korteks meningkat dan kemampuan memecahkan masalah lebih baik. Gerakan-gerakan yang menyilang garis tubuh, latihan pernafasan, gerakan yang diulang-ulang, gerakan yang diresapi, gerakan keseimbangan, gerakan koordinasi dan gerakan melibatkan seluruh indra akan meningkatkan kinerja otak dengan lebih baik.

Menurut warga Babadan Pendowoharjo Sewon Bantul tersebut, terkait dengan dampak positif latihan fisik pada perkembangan fungsi kinerja otak bagi anak disabilitas intelektual. Maka diperlukan kerja sama yang komprehensif antara pemerintah sebagai pemegang kebijakan, institusi pendidikan, pendidik, dan orangtua. Untuk dapat memberikan fasilitas latihan fisik dan olahraga yang memadai bagi anak disabilitas intelektual.

“Selain itu juga, informasi bahwa latihan fisik yang terprogram dan terpola, penting bagi tumbuh kembang fungsi kinerja otak harus diinformasikan pada masyarakat awam sehingga dapat mendorong masyarakat untuk bergerak aktif secara fisik,” pungkas Prof. Dr. Sumaryanti, M.S. (*)

Apa Tanggapan Anda ?