Siedoo.com -
Internasional

Keuntungan Mahasiswa Magang di Malaysia

MAGELANG – Sebanyak 21 mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar Magelang, Jawa Tengah mengikuti program magang luar negeri. Program ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yaitu pada 8 November – 13 Desember 2017. Kegiatan bekerjasama dengan Bukit Gambang Resort City, Pahang Darul Makmur, Malaysia sebuah kawasan pariwisata, hotel serta universitas seluas 3.000 hektare.

“Pertama kali dilaksanakan di Untidar, program magang luar negeri ini khususnya bagi mahasiswa FKIP. Semoga membawa pengalaman yang positif dan kedepannya dapat kita kembangkan lagi,” kata Prof. Dr. Sukarno, M.Si., Dekan FKIP Untidar.

Sesuai dengan visi dan misinya, FKIP Untidar menargetkan menjalin kerjasama dengan negara-negara tetangga Indonesia atau di wilayah Asia Tenggara dalam 10 tahun pertama ini. Sebelumnya, FKIP juga pernah mengirimkan mahasiswanya untuk melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya, Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya dan sekolah lain di Hulu Selangor, Malaysia.

Luaran kegiatan perkuliahan tentunya tidak hanya sebatas pemahaman materi oleh mahasiswa. Namun, juga kemampuan untuk mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari.

“Magang kerja merupakan salah satu media pembelajaran real bagi mahasiswa. Inilah kesempatan mahasiswa mempraktekkan teori yang sudah mereka dapat di kelas untuk diterapkan di kehidupan nyata,” kata Ali Imron, S.S., M.Hum, dosen FKIP Untidar.

Peserta adalah mahasiswa semester 5 yang mengambil mata kuliah English for Spesific Purpose khususnya lagi English for Tourism (EFT). Tidak hanya lancar berbahasa Inggris, mereka juga dituntut untuk berinteraksi dengan para tamu atau wisatawan yang berkunjung di resort tersebut.

“Tantangan lainnya, wisatawan tidak hanya dari bangsa Melayu/Malaysia namun juga negara lain,” jelas Ali.

Baca Juga :  Mahasiswa Pertanyakan Tugas dan Tanggung Jawab Kodim

Pelaksana harian program magang kerja EFT ini menuturkan bahwa sebelum diputuskan berangkat, mahasiswa telah melalui proses seleksi. Mulai dari kesehatan, kepercayaan diri, kesiapan dan kemampuan berbahasa Inggris. Dalam 1 minggu mereka akan bekerja selama 5 hari (Rabu-Minggu) dengan jam kerja 8 jam/hari.

“Hari Senin merupakan hari libur dan Selasanya mereka akan mendapatkan materi tourism dan event management dari pengelola resort,” jelasnya.

Selain proses seleksi yang ketat, peserta juga harus menyiapkan dana minimal Rp 3,5 juta untuk kebutuhan tempat tinggal dan makan 3 kali sehari. Kendala biaya ini yang menjadi alasan utama sebagian mahasiswa mengurungkan niatnya untuk mengikuti program magang di Malaysia ini.

Total mahasiswa yang mengambil mata kuliah English for Specific Purpose adalah 120 mahasiswa. Sebanyak 60 orang mengambil spesifikasi EFT dan sebagian lainnya mengambil English for Children (EFC). Hanya 21 mahasiswa EFT yang akhirnya berangkat ke Malaysia. Sisanya melaksanakan program magangnya di Desa Wisata Candirejo, Borobudur.

Wahyuningsih, salah satu peserta EFT di Malaysia menjelaskan, magang di luar negeri adalah sebuah pengalaman baru. Magang melatih ia menjadi lebih mandiri, menghargai pekerjaan dan toleransi antar budaya, ras dan agama.

“Pertama kali bertemu dengan guest atau tamu dimana kami harus menjelaskan informasi dalam bahasa Inggris this is the real practice,” ungkapnya.

Pada akhir magang setiap peserta akan mendapatkan uang saku sebesar 600 ringgit atau setara hampir Rp 1 juta rupiah. Jika mereka mengambil jam lembur diluar magang, akan dibayar lagi 60 ringit atau Rp 18 ribu per jamnya. Selain itu, semua peserta EFT akan mendapatkan sertifikat magang dari Imperia Academy Tourism Sendirian Beuhad, sebuah akademi/universitas di wilayah Bukit Gambang Resort.

Baca Juga :  Setelah SNMPTN dan SBMPTN, Kini ITS Sosialisasikan Pendaftaran International Undergraduate

“Semoga magang tahun depan tidak hanya di Malaysia namun juga di negara tetangga lainnya sehingga wawasan lebih luas,” ujar Wahyu.

Apa Tanggapan Anda ?