Siedoo.com -
Opini

Pendidikan Puasa dan Dampaknya ke Kesehatan

Siedoo, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang terdahulu agar kalian bertaqwa”.

“Yaitu dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pda hari-hri yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) untuk membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik bagimu. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (Surat Al-Baqoroh ayat 183-184)

Berdasarkan wahyu Allah SWT tentang perintah puasa yang tercantum dalam surat Al-Baqoroh, umat islam di seluruh belahan dunia gegap gempita menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan.

Berbagai macam kegiatan menyambut bulan suci Ramadhan dilaksanakan oleh masyarakat, mulai dari spanduk-spanduk Marhaban Ya Ramadhan (Selamat Datang Bulan Suci Ramadhan) sampai dengan acara ”Ratiban” ”Ruwahan” atau ”Munggahan” untuk saling memaafkan. Sehingga dapat mencapai target di akhir Ramadhan kembali ke fitrah yang suci.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang keutamaan dan hikmah puasa bahwa, “Siapa yang berpuasa dibulan Ramadhan dengan landasan iman dan mengharap balasan dari Alloh, maka akan diampuni dosanya yang lalu (sehingga jiwanya kembali menjadi suci).”

Masih banyak lagi tuntunan keagamaan yang diinformasikan melalui firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW berkaitan dengan manfaat dan hikmah puasa, yang akhir-akhir ini semakin diperkuat bukti kebenarannya dengan penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, khususnya di bidang kesehatan.

Pemanfaatan dan hikmah puasa di bidang kesehatan dalam arti yang sederhana yaitu menahan atau mengendalikan masukan gizi, telah dipraktekkan dalam mengatasi berbagai penyakit dengan cara pengaturan diet (berpantang) terhadap zat-zat tertentu. Misalnya diet rendah garam bagi penderita hipertensi (darah tinggi), diet rendah karbohidrat (gula) bagi penderita Diabetes (kencing manis) dan lain-lain.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan satu sisi dari hikmah dan manfaat puasa, ditinjau dari kesehatan serta strategi yang perlu disiasati untuk mencapai target akhir puasa.

Bukti Ilmiah Manfaat Puasa

Risalah Dienul Islam yang disampaikan Rasulullah sebagai rahmatan lil’alamin (memberi kesejahteraan bagi semesta alam) menyiratkan makna yang sarat akan peran dan fungsinya untuk senantiasa memberikan petunjuk dan manfaat bagi keselamatan serta kesejehateraan umat manusia dan alam semesta beserta isinya.

Baca Juga :  Belajar Budi Pekerti dari Relief Candi Borobudur

Petunjuk-petunjuk tersebut yang tercantum dalam Alquran dan sabda-sabdanya pada umumnya bersifat global. Sehingga, tidak pada tempatnya menuntut suatu pola petunjuk yang bersifat praktis dan terinci yang menerangkan segala aspek kehidupan termasuk di bidang kesehatan.

Demikian pula dengan perintah ibadah puasa, sudah pasti merupakan jaminan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, alam semesta beserta isinya.

Oleh karena itu, sesuai dengan fitrah manusia yang diamanahkan Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi, maka informasi kebenaran wahyu-wahyu ilahi dan risalah kenabian, harus memacu dan memicu semangat para ahli untuk mengexplorasi lebih lanjut hal-hal yang belum diterangkan secara rinci dalam kitab-kitab suci tentang ibadah puasa.

Pada akhirnya, penemuan ilmiah tersebut bermuara lagi untuk memperkuat bukti-bukti kebesaran dan kebenaran ajaran Allah SWT, Tuhan Yang maha Pencipta.

Beberapa hal yang dapat menjadi bukti ilmiah manfaat puasa ditinjau dari kesehatan meliputi aspek fisik, mental, spiritual dan sosial (sesuai dengan defenisi sehata menurut Undang-Undang Kesehatan) adalah:

Dampak terhadap fisik

Puasa dikaitkan dengan kebutuhan fisik berarti menahan, mengendalikan beberapa hal (seperti makan, minum, hubungan sexual antara suami istri yang sah) pada waktu tertentu (sejak imsak/sebelum subuh sampai azan magrib).

Pelatihan menahan dan mengendalikan tersebut merupakan suatu metode yang praktis untuk mengembalikan keseimbangan fisik tubuh yang selama 11 bulan telah bekerja terus menerus. Mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hati dan sistem endokrin lain sampai dengan anus untuk mengeluarkan sisa makanan telah bekerja dengan taat secara otomotis memproses makanan dengan enzim dan sistem-sistemnya.

Apakah diri manusia itu sendiri yang menggerakkan semua sistem itu bekerja dengan sendirinya (yang dikenal dalam isitilah kedokteran sebagai sistem saraf otonom) ? Tentu saja tidak, ada sunnatullah (ketentuan Allah SWT) yang menyebabkan sistem itu bekerja dengan mekanisme yang kompleks dan canggih, mulai dari merasakan berbagai macam rasa di mulut, memisahkan dan menghancurkan zat-zat aktif, menyerap dan menyaring zat-zat yang bermanfaat atau tidak. Sampai akhirnya dikeluarkan zat-zat yang berbahaya dari tubuh.

Sekali lagi, penemuan tersebut memberi bukti akan kebesaran dan kebenaran Allah SWT yang Maha Sempurna.
Oleh karena itu, kesempurnaan sifat Allah SWT tidak pernah padam dan berhenti, bahkan terus menerus Allah SWT pelihara melalui perintah ibadah puasa agar tubuh manusia dapat terjaga keseimbangannya.

Baca Juga :  Buka dan Sahur Bersama 1.000 Umat

Mari kita ilustrasikan fenomena mesin mobil di sekitar kita yang setiap hari dipakai dan tidak pernah diservis. Tentu hasilnya akan amat sangat berbeda dengan mobil yang terawat, sering diservis, dicek secar berkala. Fenomena inilah yang Allah SWT sampaikan melalui ibadah puasa, maka semua sistem tubuh kita diservis minimal 1 bulan sekali dalam setahun agar dapat bekerja prima.

Semua sistem dilatih kembali untuk bekerja secara periodik dengan bioritmik yang harmonis. Bahkan melalui mekanisme puasa, kerak-kerak tak berguna (lemak yang berbahaya) diolah kembali sehingga tidak menumpuk. Inilah yang dikenal dengan istilah glikogenolisis (pemecahan atau penguraian lemak-lemak yang menumpuk menjadi bahan yang bermanfaat) yang berlangsung ketika makanan terakhir di lambung telah habis dicerna.

Sistem inilah yang dapat menyelamatkan manusia, antara lain mencegah :

1. Penumpukan lemak di pembuluh darah agar tidak terjadi hipertensi.

2. Penumpukan lemak di jantung yang dapt mengakibatkan serangan jantung mendadak.

3. Penumpukan lemak di jaringan otak yang dapat menimbulkan stroke.

4. Penumpukan lemak di hati yang dapat menimbulkan sirosis

5. Penumpukan lemak di jaringan otot-tulang yang dapat menimbulkan asam urat

Demikian pula sistem pencernaan dari lambung, usus halus, usus besar dan anus yang diserasikan lagi kerjanya melalui ibadah puasa merupakan suatu metode colon cleansing (pencucian atau pengurasan kerak-kerak beracun di saluran cerna akibat berbulan-bulan telah bekerja tanpa henti. Melalui sebulan ibadah puasa akan mengembalikan fungsi pencernaan meremajakan kembali sel-sel dan organ-organnya untuk bekerja dengan prima.

Dampak terhadap Mental

Sisi lain yang lebih penting dalam aspek kesehatan puasa adalah dampak terhadap mental manusia. Rasulullah SAW bersabda bahwa …” Begitu banyak orang berpuasa, cuma mendapatkan lapar dan haus belaka”. Oleh karena itu, hikmah dan makna puasa terhadap aspek fisik harus disertai dengan memahami sisi mental dari ibadah puasa. Beberapa dampak kesehatan mental dari ibadah puasa antara lain adalah:

Meningkatkan kecerdasan emosional dalam mengendalikan dorongan hawa nafsu. Selama berpuasa, manusia dilatih untuk mengendalikan dorongan hawa nafsu terhadap hal-hal yang sebenarnya dihalalkan.

Makanan (nasi, telur, bakso, somay dan lain-lain), minuman (susu, madu, sirup dan lain-lain) dan hubungan sexual suami istri ketika dimalam hari di bulan puasa merupakan hal-hal yang halal, untuk sementara waktu sejak sahur harus dipantang dan dikendalikan sampai magrib.

Oleh karena itu, apabila pengendalian terhadap yang dihalalkan dapat dilakukan dengan sukses selama 30 hari. Maka, Insya Allah semestinya hal-hal yang dilarang atau diharamkan lebih dapat dikendalikan lagi. Contoh sederhana peningkatan kecerdasan emosional orang yang berpuasa adalah pada masalah merokok.

Baca Juga :  Pesantren Kilat Membentuk Karakter Akhlakul Karimah

Bagi perokok, ibadah puasa merupakan sarana berhenti yang paling efektif karena dengan motif karena perintah Allah SWT sejak sahur sampai magrib ternyata dapat berhenti merokok.

Meningkatkan kinerja dan prestasi kerja karena puasa melatih kejujuran dan kedisplinan, yang akan memberi kebiasaan bagi orang yang ikhlas berpuasa menjadi orang yang jujur dan disiplin sehingga kualitas kerja akan semakin prima.

Sebagaimana kita ketahui, banyak fenomena keunggulan umat islam diraih ketika sedang berpuasa, antara lain; perang badar dan kemerdekaan 17 Agustus 1945 dilakukan pada tanggal 10 Ramadhan.

Dampak terhadap spiritual

Beberapa dampak kesehatan spiritual dari ibadah puasa antara lain adalah:
Meningkatkan keimanan karena yakin melaksanakan ibadah puasa hanya diniatkan karena Allah SWT semata. Sehingga, akan meningkatkan kepatuhan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya.

Ibadah shalat yang menjadi tiang agama semakin terpelihara selama bulan Ramadhan.

Fenomena ini sangat dirasakan oleh seluruh pengurus masjid karena masjid menjadi penuh oleh umat islam untuk berjamaah secara teratur, minimal 5 kali sehari serta ditambah lagi dengan shalat sunah tarawih, witir dan dhuha.

Dampak terhadap sosial

Beberapa dampak kesehatan sosial dari ibadah puasa antara lain adalah:
Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan untuk saling tolong menolong, saling memberi dari yang kaya kepada yang miskin dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqoh.

Meningkatkan keutuhan keluarga untuk memberi waktu bersama saat berbuka, sahur dan shalat tarawih yang akan semakin memantapkan kekokohan mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah.

Itulah sekelumit makna uraian manfaat puasa bagi kesehatan dari aspek fisik, mental, spiritual dan sosial. Pada akhirnya, sebagai tanda dari kemenangan dan kebahagian setelah sebulan penuh melaksanakan berbagai aktifitas ibadah di bulan yang penuh dengan berkah dan kebaikan (bulan suci Ramadhan).

Maka predikat taqwa dirayakan sebagai bentuk kemenangan yaitu Idul Fitri yang diberikan ampunan dari Allah SWT atas segala dosa yang pernah dilakukan. Semoga Ramadhan tahun ini benar-benar menjadikan kita sebagai manusia yang benar-benar suci dan mampu menjaga kesucian yang kita miliki ini. (*)

*DR. Dr. Fidiansjah Mursjid Ahmad, SpKJ, MPH

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Keswa-Napza Kemenkes 2016-sekarang

Apa Tanggapan Anda ?