SURABAYA – Para generasi muda di Surabaya, Jawa Timur dan sekitarnya dipersiapkan menghadapi Revolusi Industri 4.0. Melalui Direktorat Hubungan Internasional Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar acara Facing Industrial Revolution 4.0 Engineers (FIRE) di Gedung Pusat Robotika ITS. Acara ini dapat mempersiapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ada di revolusi industri 4.0.
Program tersebut merupakan rangkaian acara untuk mengenalkan revolusi industri 4.0 dan langkah-langkah menghadapinya. Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana M ScES PhD mengatakan, dari tingkat produktivitas anak muda saat ini, Indonesia berada di peringkat keempat dunia.
Artinya, inovasi perihal teknologi yang diciptakan anak bangsa sudah cukup banyak dan tidak kalah dengan negara yang memang sudah dikatakan maju peradabannya. Ia kemudian menanggapi asumsi yang beredar di masyarakat Indonesia perihal Revolusi Industri 4.0 ini.
“Karena dengan adanya robot katanya posisi manusia akan digantikan dan banyak pengangguran. Pendapat itu milik orang pesimis,” kata Joni mengingatkan.
Ia yakin, dengan hilangnya beberapa pekerjaan, tentu akan ada pekerjaan baru. Ia menilai, pembekalan perihal Revolusi Industri 4.0 ini cukup penting, utamanya bagi anak muda yang masih harus bersaing di dunia kerja.
“Optimis saja! Jangan takut! Ada hal yang tidak akan tergerus, yaitu inovasi dan kreativitas,” jelas Joni disusul senyum lebar para peserta seminar yang tidak hanya dari mahasiswa ITS.
Di zaman yang sudah memasuki abad ke-21 ini, revolusi industri sudah memasuki tingkat keempat (4.0). Tangan manusia akan digantikan dengan tangan robot yang dinilai lebih besar efisiensinya.
Setelah acara pembuka berupa talkshow yang menghadirkan Wakil Rektor IV Prof Ketut Buda Artana dan pencetus mobil listrik ITS Dr Nur Yuniarto, program FIRE akan dilanjutkan dengan serangkaian pelatihan 3D Printing (Online Course, Workshop, dan Exhibition).
Kelas online ini akan berlangsung selama empat minggu yang diselingi beberapa class meeting untuk mengenalkan pengetahuan dasar 3D Printing serta melatih kemampuan desain peserta menggunakan software Fusion 360.
Kemudian, dilanjutkan dengan tiga kali workshop di mana peserta diajarkan cara mendesain dan mencetak barang 3D. Direktur Hubungan Internasional ITS, Dr Maria Anityasari ST ME, menjelaskan bahwa teknologi saat ini sudah semakin canggih. Semua kegiatan terhubung dengan internet atau yang dikenal dengan Internet of Things (IoT).
Manusia tidak lagi susah dalam menyelesaikan pekerjaannya, termasuk di dunia industry. Era inilah yang saat ini dikenal dengan revolusi industri 4.0. Dengan kemajuan yang pesat ini, peran manusia sebagai sumber daya utama akan tergantikan dengan teknologi robot yang ada.
“Karenanya, dibutuhkan keluaran sumber daya manusia yang lebih mumpuni dari sebuah instansi pendidikan untuk mencetak tenaga kerja maupun profesional di era Revolusi Industri 4.0 ini,” ujarnya.
Maria mengatakan, FIRE merupakan bentuk tanggapan atas program yang diusung Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Making Indonesia 4.0 bekerja sama dengan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat (AS) di Surabaya. FIRE dapat menjadi tempat mengenal revolusi industri 4.0 secara tuntas.
“One Meeting, completely enough,” ungkap Maria menyemangati.
Ia memaparkan, FIRE ini memberi bekal kepada peserta berupa pengetahuan 3D Printing. Di mana topik ini merupakan cabang dan kompetensi wajib dari revolusi industri 4.0.
“FIRE ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa ITS. Melainkan juga untuk anak muda yang ada di Surabaya,” jelas dosen Teknik Industri ini.
Tidak hanya seminar, terdapat beberapa stan karya mahasiswa berbasis inovasi teknologi di bidang kesehatan, seni, maupun energi terbarukan yang ditampilkan dalam kegiatan ini. Salah satu di antaranya stan yang mengenalkan tentang inovasi 3D Printing dari Departemen Desain Produk Industri ITS.
Maria berharap, acara ini dapat mempersiapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ada di revolusi industri 4.0. Dalam acara pembukaan ini, hadir pula Konsul Jenderal AS di Surabaya Mark McGovern.
Pria yang akrab disapa Mr Smile ini mengatakan, teknologi negara berkembang dan maju akan tidak jauh berbeda. Apabila keduanya memiliki kemampuan untuk saling membantu dalam mengembangkan teknologi. (Siedoo)