SIEDOO – Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK untuk tingkat SMK dan SMA sudah selesai dilaksanakan dan dapat dikatakan berhasil. Walaupun di beberapa daerah terdapat kendala di tingkat sekolah, seperti yang komputernya hilang, masalah jaringan, maupun virus komputer. Akan tetapi secara overall proses pelaksanaan ini sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya diterapkan di beberapa sekolah saja. Saat ini UNBK sudah dapat diterapkan ke hampir seluruh sekolah.
Ujian Nasional merupakan sebuah momen sakral bagi setiap pelajar. Hasil belajar selama beberapa tahun akan benar-benar teruji pada saat Ujian Nasional. Akan tetapi jangan sampai Ujian Nasional ini menjadi tolok ukur tunggal bagi keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Jika kita menilik kepada arti “pendidikan” yang sebenarnya seperti ditulis pada KBBI berasal dari kata “didik” yang berarti “memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”. Sedangkan arti kata “pendidikan” sendiri adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik”. (Sumber : https://kbbi.web.id/didik)
Jika kita cermati dari definisi tersebut, pendidikan adalah sebuah proses yang memiliki tujuan untuk mendewasakan manusia dengan proses pengubahan sikap dan tata laku. Jadi tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk “Mendewasakan manusia dalam sikap dan tata laku”. Tujuan akhir dari pendidikan bukanlah “nilai bagus”.
Ujian Sebagai Salah Satu Cara Pengukuran
Memang untuk menilai sesuatu, diperlukan skala yang berupa angka, sehingga hasil yang dicapai dapat terukur dan dapat dianalisa. Kita tidak bisa mengukur tingkat kedewasaan & pengetahuan manusia tanpa merubahnya menjadi skala angka.
Untuk dapat memunculkan angka tersebut (yang akan menjadi landasan pengukuran tingkat keberhasilan) maka disusunlah soal-soal yang sudah disesuaikan dengan indikator-indikator. Indikator ini juga sudah disusun oleh tim ahli dan dianggap mampu untuk “mewakili” pengukuran tingkat keberhasilan pendidikan.
Akan tetapi pada praktek di lapangan, tidak sedikit siswa-siswi yang menganggap bahwa ujian nasional adalah akhir dari sebuah tingkatan pendidikan (sekolah) yang harus diperjuangkan mati-matian, dan bahkan dengan segala cara.
Tak ayal mereka memiliki pandangan tersebut karena mungkin sudah terdoktrin dari lingkungan keluarga maupun sekolahnya. Sebagai contoh, tak sedikit orang tua yang menyuruh anaknya belajar dengan alasan kalau tidak belajar nanti “tidak naik kelas”. Kalau tidak belajar nanti “tidak lulus ujian”. Kamu harus rajin belajar agar bisa “lulus ujian”.
Didukung dengan berbagai macam kisi-kisi soal ujian, sehingga siswa dan pengajar hanya fokus pada soal-soal yang akan diujikan. Semua dilakukan hanya untuk satu tujuan, mendapatkan nilai bagus saat Ujian Nasional yang merupakan syarat kelulusan. Sempurna sudah paradigma siswa terbangun dan mengkultuskan Ujian Nasional sebagai hal paling sakral / berhala dalam proses pendidikan di sekolah.
Ujian Nasional di Finlandia
Finlandia yang masih dijunjung tinggi sebagai negeri dengan pendidikan terbaik, memiliki perspektif tersendiri terkait Ujian Nasional. Penulis pernah melakukan pengkajian tentang perbandingan pendidikan di Indonesia dan Finlandia sebagai karya tulis saat kelas 2 SMA.
Konon di Finlandia, ujian nasional bukanlah hal yang wajib diikuti oleh siswa. Ujian nasional hanya akan diambil oleh mereka yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka membayar untuk dapat mengikuti ujian, diselenggarakan oleh lembaga khusus, dan dilakukan untuk mendapatkan ijazah / skala penilaian yang mana sebagai syarat untuk mendaftar di perguruan tinggi.
Bagi mereka yang tidak ingin melanjutkan kuliah, misalnya mau bekerja atau berwirausaha menekuni minat dan bakatnya tidak perlu untuk mengikuti Ujian Nasional ini. Evaluasi hasil pendidikan dilakukan oleh guru pada setiap periode akhir semester. Disana guru melakukan assesment pada setiap murid-muridnya dalam bentuk laporan hasil pendidikan.
Kembali ke Tujuan Pendidikan
Bukan semata-mata menganggap ringan sebuah Ujian Nasional, akan tetapi mari kita meluruskan visi dan mindset tentang Ujian Nasional ini. Tidak lulus ujian, bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Malu itu pasti, tetapi jangan lalu putus asa atau bahkan mengakhiri hidup hanya karena tidak lulus ujian. Kalaupun lulus Ujian Nasioanl dengan mendapatkan nilai bagus, memang merupakan kebanggaan tersendiri, akan tetapi bukan semata-mata pendidikan dapat dikatakan berhasil.
Tak banyak siswa mencontek, browsing, menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang bagus saat Ujian Nasional. Walaupun pada akhirnya nilai bagus ada di tangan, tetapi pendewasaan diri manusia dari sikap dan tata laku malah tidak dikesampingkan, berarti pendidikan masih belum bisa dikatakan berhasil, kan ?
Pendidikan adalah tiang dari sebuah bangsa, hasil pendidikan yang baik merupakan masa depan bangsa yang cerah. Tetap semangat untuk Ujian Nasional. Junjung tinggi kejujuran dan sikap serta tata laku, agar menjadi manusia yang dewasa demi keberhasilan sebuah pendidikan.