MAGELANG – Kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tidak hanya menarik para wisatawan untuk berkunjung. Namun, Candi Buddha itu juga menarik elemen lain untuk menggelar acara di Kacamatan Borobudur. Seperti yang digelar Medina, sebuah produk foodware halal pertama di Indonesia yang telah resmi mengantongi sertifikat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Para siswa di sekitar Borobudur, diajak mengikuti lomba mewarnai. Melalui acara Lomba Mewarnai ini, Medina bekerjasama dengan TDS Partner Dusdusan, Ny Muyasaratun. Acara ini diselenggarakan untuk mendorong perempuan. Khususnya ibu rumah tangga supaya dapat bewirausaha serta mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan halal pada kehidupan sehari-hari.
“Membuat event untuk anak TK karena merupakan upaya mengedukasi ke anak-anak. Dan yang ditargetkan adalah ke orang tua dan sekaligus bisa merangkul putra putrinya,” kata Reza Prahara, Sales Strategy Channel Development Medina.
Muya merupakan salah satu reseller prioritas dengan prestasi penghasilan/omzet yang tinggi di Kompleks Pendidikan Muhammadiyah, Jalan Syailendra Raya, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Acara ini dilangsungkan di TK Aisyiah Bustanul Atfal IV Dusun Jayan, Desa / Kacamatan Borobudur Sabtu (24/2/2018). Adapun lomba mewarnai diikuti sekitar 70 anak siswa – siswi TK.
“Kegiatan lomba mewarnai ini dilaksanakan di 4 kota secara serentak. Salah satunya di Magelang,” jelasnya.
Selain menjual produk plastik rumah tangga halal, Medina juga memiliki tujuan untuk membagikan nilai-nilai kebaikan melalui forum yang dapat menginspirasi. Bagi para juara, ada hadiah dengan juara 1 dapat thropy, piagam, dan voucher.
Sementara, keunggulan bahan plastik yang dimiliki Medina tak ayal membuat para kaum hawa tertarik. Ingin tahu lebih dalam mengenai keistimewaan produk ini.
“Medina bukan hanya produk foodware halal pertama di Indonesia yang telah resmi mengantongi Sertifikat Grade A dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tetapi, juga memberikan kemudahan bagi para resellernya untuk mengembangkan bisnis sembari berjualan poduk dengan sistem non-MLM (Multi Level Marketing),” ujar Reza Prahara.