JAKARTA – Berbagai pihak turut mengupayakan pengembangan vaksin, salah satunya ialah Vaksin Nusantara yang tengah dikembangkan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah. Hal ini tidak lain untuk menangani pandemi covid-19.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena menyampaikan, Komisi lX DPR RI telah berkunjung, melihat langsung serta mendengar presentasi dari tim peneliti Undip dan Rumah Sakit Kariadi di Semarang. Kedua institusi itu beberapa bulan ini melakukan uji klinis tahap pertama kepada 30 orang.
“Mereka bekerja dalam senyap dan diam mulai berani membuka diri dan publikasi setelah proses uji klinis tahap pertama selesai dan hasilnya positif berpotensi menjadi vaksin dengan metode baru dan bersifat individual,” ungkap Melki dilansir dari dpr.go.id.
Hasilnya, menurut politisi Partai Golkar itu, sesuai presentasi peneliti Vaksin Nusantara terbukti aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping pada 30 relawan uji klinis tahap pertama. Temuan uji klinis juga memperlihatkan peningkatan antibodi tubuh untuk melawan virus Covid-19 dengan capaian yang relatif tinggi.
Lebih lanjut Melki mengatakan, perwakilan BPOM RI yang hadir saat itu pun menerima langsung hasil penelitian uji klinis tahap pertama untuk diteliti lebih lanjut sebelum masuk ke uji klinis tahap kedua. Sehingga bagi para peneliti dan berbagai kalangan yang punya pendapat lain, Ia menghimbau untuk langsung berkomunikasi dengan Undip atau RS Kariadi, serta bisa juga menunggu hasil BPOM yang tengah mengecek data ini.
Namun ironisnya, Melki menilai cukup banyak komentar terkait penelitian vaksin tersebut.
“Komentar yang tidak melalui konfirmasi ke peneliti atau melihat hasil BPOM tidak memberikan kontribusi apapun terhadap upaya pelaksanaan Inpres Nomor 6 tahun 2016 tentang percepatan produksi dan penggunaan obat dan alat kesehatan dalam negeri yang menjadi pesan Presiden Jokowi bagi sektor kesehatan,” tegas Anggota Dewan dapil NTT II itu.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo siap mendukung penuh pengembangan vaksin dari Jawa Tengah ini. Jika nantinya vaksin dinyatakan telah lolos uji, pihaknya siap menggunakannya untuk masyarakat.
“Tentu saya siap dan mendukung penuh. Kalau nanti itu sudah diuji, seperti GeNose dulu, kami siap menggunakannya. Tinggal nanti dari industrinya seberapa bisa melakukan itu,” kata Ganjar dilansir dari jatengprov.go.id.
Dukungan penuh itu diberikan karena vaksin nusantara adalah karya anak bangsa. Apalagi, vaksin itu dikembangkan di Jawa Tengah, sehingga dia tentu memberikan dukungan secara penuh agar proses riset vaksin nusantara bisa dipercepat.
“Apalagi ini dari Jawa Tengah, menurut saya ini sangat penting untuk dikawal. Saya sudah ketemu dengan Pak Terawan dan beliau sudah menceritakan hal ini. Dari ceritanya, metode dan metodologi penggunaannya, vaksin ini jauh lebih aman,” jelasnya.
Sampel dari vaksin ini, lanjut Ganjar, diambil dari orang Indonesia. Setidaknya, ada karakter yang khas dari orang Indonesia dan DNA-nya juga tidak jauh berbeda.
“Jadi kalau orang melihat DNA-nya orang Indonesia, mudah-mudahan bisa lebih bagus,” tambahnya.
Ganjar juga berharap riset vaksin nusantara bisa dipercepat. Pihaknya siap mengawal percepatan itu agar bisa segera dimanfaatkan masyarakat.
Tak hanya vaksin nusantara, Ganjar juga menegaskan, semua riset anak bangsa terkait penanganan pandemi harus mendapat dukungan dan proteksi dari pemerintah. Apakah vaksin nusantara, vaksin merah putih, GeNose dari UGM dan pengembangan ventilator. Semua tahapan yang telah berjalan itu dan hasilnya bagus, harus mendapat dukungan penuh dan proteksi dari negara.
“Artinya, proses-proses yang sudah berjalan dan hasilnya bagus, pemerintah mesti memproteksi, negara harus memproteksi ini sehingga kita bisa mandiri. Dengan begitu, maka kita tidak akan terus bergantung pada negara lain,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Undip Semarang dan RSUP Kariadi tengah mengembangkan vaksin lokal bernama vaksin nusantara. Vaksin tersebut telah lolos uji klinis fase pertama dan kini memasuki uji klinis fase kedua.
Vaksin nusantara merupakan vaksin personal berbasis sel dendritik (dendritic cell) dan diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Cara kerja vaksin ini adalah, calon penerima vaksin akan diambil darahnya, ambil sel darah putihnya dan sel dendritiknya.
Setelah itu, sel dendritik autolog dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-CoV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen tersebut akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS-CoV-2. (Siedoo)