JAKARTA – Tidak semua anak di Indonesia bisa mengenyam pendidikan tingkat sekolah atas atau belajar di pendidikan formal selama 12 tahun. Data dari UNICEF di tahun 2016 ada 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia sekolah menengah pertama (SMP) tidak melanjutkan sekolah.
Penyebabnya karena faktor ekonomi, budaya yang membuat anak-anak Indonesia atau orangtuanya tidak tertarik pada pendidikan di sekolah.
Hal itu menuai keprihatinan dari Ketua Lembaga Pengkajian (Lemkaji) MPR RI Rully Chairul Azwar.
Dikatakannya, untuk di jenjang pendidikan tinggi, data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2016 menunjukkan masih ada masalah soal mutu dan relevansi pendidikan tinggi (PT).
“Sarjana menganggur pada Februari 2016 mencapai 695 ribu orang, meningkat 20 persen dari 2015 yang hanya 565 ribu orang,” katanya sebagaimana ditulis Jpnn.
Ditambahkan, data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), jumlah tenaga kerja lulusan PT juga sangat rendah yaitu 17,5 persen. Persentase ini jauh lebih kecil ketimbang tenaga kerja lulusan SMK/SMA, 82 persen, dan lulusan SD, 60 persen.
Berdasarkan kondisi itulah, Lemkaji MPR RI melakukan pengkajian. Ada banyak hal yang dibahas berkaitan dengan mutu pendidikan.
“Seperti kurikulum, kualitas guru, serta materi lainnya,” tandasnya.
Di sisi lain, Koordinator Nasional Jaringan Pemantai Pendidikan Indoesia (JPPI) Ubaid Matraji mengatakan penyelenggaraan pendidikan di daerah belum berorientasi pada kualitas guru. Menurut Ubaid, kesejahteraan yang diterima guru tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas.
“Hasil uji kompetensi guru, terakhir tahun 2016, itu skornya belum beranjak dari 53,05. Kalau anak sekolah itu kan tidak lulus, gurunya saja dapat skor segitu, bagaimana kualitas murid nanti,” katanya sebagaimana ditulis Detik.
Dari hasil penelitian ini, Ubaid berharap gagasan wajar 12 tahun jangan sampai kandas sebelum berlabuh. Maksudnya, hal ini harus terwujud dalam pendidikan di Indonesia.
“Karena ini penting untuk upaya peningkatan kualitas dan daya saing bangsa. Melalui pendidikan pengembangan pengetahuan, keahlian, serta keterampilan generasi muda bisa bertambah,” imbuhnya.