Siedoo.com - Tim Pengmas FKUI menciptakan aplikasi Healthpoint. l foto : ui.ac.id
Inovasi Nasional Teknologi

Identifikasi Wilayah Berisiko Kasus DBD, Tim Pengmas FKUI Cetusan Aplikasi HP Kader

JAKARTA – Potensi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di musim hujan biasanya meningkat. Guna mengidentifikasi wilayah mana saja yang berisiko kasus DBD, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menciptakan aplikasi Healthpoint atau HP Kader.

Agar penggunaannya maksimal, aplikasi tersebut sempat disosialisasikan di Kantor Lurah Bungur, Jakarta Pusat, baru-baru ini, diikuti 30 Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik).

“Dengan adanya aplikasi ini, kader dapat lebih mudah dalam memasukkan data dan menghasilkan laporan. Sementara dari sisi petugas Puskesmas, aplikasi ini akan memudahkan pemetaan wilayah yang berisiko terhadap DBD,” kata salah satu anggota Pengmas tersebut, dr. Levina Chandra Khoe, MPH.

Selain Levina, tim Pengmas Fakultas Kedokteran UI ada drg. Agus Sugiharto, MARS; dr. Muhammad Aji Muharrom, dr. Dani Muhamad Trianto; dan Reza Haryo Yudanto.

Dijelaskan, Kader Jumatik merupakan relawan yang melakukan upaya pencegahan DBD dengan memberantas sarang nyamuk setiap minggu di wilayah RT masing-masing. Kader ini akan mencatat dan melaporkan hasil pemantauannya kepada koordinator kader yang kemudian mengirimkan rekapan laporan kepada Puskesmas.

Selama ini, lanjutnya, proses pemantauan dilakukan secara manual dengan menggunakan kertas, sehingga tidak dapat segera terlihat area mana yang berisiko terhadap DBD.

“Kami berinisiatif menciptakan aplikasi Healthpoint yang diharapkan dapat memudahkan pencatatan data lapangan,” akunya dilansir dari ui.ac.id.

Aplikasi HP Kader dapat diunduh pada smartphone berbasis android dan dapat diakses dengan mudah. Para kader dapat memasukkan data jumlah wadah yang diperiksa, jumlah wadah yang mengandung jentik nyamuk, dan menyertakan bukti foto wadah yang diperiksa dengan mengunggahnya ke dalam sistem aplikasi.

Selain itu, tiap lokasi yang didatangi oleh kader akan terekam lokasinya dalam koordinat global positioning system (GPS). “Sehingga petugas Puskesmas dapat mengidentifikasi area yang memiliki angka bebas jentik yang rendah dan kemudian menindaklanjutinya,” ujarnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?