Siedoo, Lebaran merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu anak. Di hari Lebaran, biasanya anak menerima uang dari orangtua, saudara, atau keluarga besarnya. Terkadang jumlahnya terkumpul tidak sedikit, apalagi ditambah dengan tabungannya sendiri.
Nah, momen itu bisa kita mengajarkan kepada mereka bagaimana memanfaatkannya. Mengelola uang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini, tak perlu menunggu mereka dewasa untuk bisa mengatur keuangan sendiri.
Menurut Pakar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dr. Mei Tientje, pendidikan keuangan sejak dini berperan dalam membentuk karakter anak saat tumbuh dewasa. Sehingga kelak mereka bisa bekerja dengan tanggung jawab serta mengelola dengan baik pendapatan hasil kerja kerasnya. (Saliha.id)
Bukan saja nantinya anak memiliki banyak uang saat Lebaran saja. Bisa jadi mereka mendapatkan uang saku dari orang tua, kakek atau nenek, uang jasa dimintai tolong orang lain, atau uang hadiah lomba.
Memang menjadi tantangan bagi orang tua mengajarkan anak mengelola keuangan. Namun sebenarnya mengelola keuangan bisa menjadi sebuah kebiasaan (habit) dan kebiasaan menjadi karakter finansial anak yang akan dibawa hingga dewasa.
Lantas, bagaimana cara orang tua tersebut mengajarkan anak mengelola keuangannya sejak dini? Berikut kiat-kiat mengajarkan anak mengelola keuangan sejak dini:
- Jelaskan tujuan pemberian uang
Hal yang paling penting dalam mengajarkan anak mengelola keuangan adalah jelaskan pada anak tujuan pemberian uang. Misal orang tua harus menjelaskan fungsi uang saku kepada anaknya.
Uang saku sebaiknya diberikan sejak dini dan berikan sesuai dengan yang dibutuhkan anak, jangan berlebih dan jangan kekurangan. Jika kita memberi uang berlebih pada anak, arahkan agar anak dapat menabung atau bersedekah.
- Jelaskan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan (need) dan keinginan (want) adalah permasalahan keuangan yang tidak hanya dihadapi anak kecil juga orang tua. Jika kita ingin menjelaskan mengenai perbedaan kebutuhan dan keinginan, terlebih dahulu kita harus menjadi contoh yang baik.
Pada dasarnya anak memiliki sifat ATK (amati-tiru-komentari). Apabila kita sebagai orang tua mengajarkan sesuatu yang tidak kita lakukan, hal ini akan menjadi pertanyaan besar bagi si anak.
- Ajarkan anak menabung
Menabung perlu diajarkan sejak dini, karena menabung adalah salah satu ‘rem’ ketika anak mulai bersifat konsumtif. Banyak orang tua berhasil mengajarkan kata ‘menunda’ dan ‘sabar’ kepada anak dengan cara menabung.
Misal anak kita ingin membeli mainan kesukaannya, maka orang tua berusaha untuk mengajarkan mereka untuk menabung guna memenuhi tujuannya.
- Bantu Anak mengalokasikan uangnya
Salah satu cara untuk mendidik karakter finansial anak adalah ajari anak cara mengalokasikan uang. Beritahu anak, cara menganggarkan pengeluarannya baik secara harian, mingguan, atau bulanan.
Misal berapa jumlah uang yang digunakan untuk jajan, jumlah uang yang ditabung untuk membeli keinginanya, dan jumlah uang yang diberikan untuk sedekah atau sumbangan.
- Atur strategi memberi uang
Dilansir dari Finansialku.com, orang tua memberi uang saku perlu dengan strategi tergantung usia dan kebutuhan mereka. Dengan melihat kebutuhan harian, mingguan atau bulanan akan mengajarkan hal yang berbeda pada anak.
Jika anak kita masih belajat di TK/SD sebaiknya berikan uang saku harian. Hal ini dilakukan agar kita dapat memantau setiap harinya pengeluaran si anak. Anak berusia SMP/SMA sebaiknya berikan uang saku mingguan.
Pemberian uang saku mingguan akan memiliki dampak tanggung jawab dan cara mengelola keuangan yang lebih dewasa. Bagaimana cara membagi pengeluaran selama seminggu agar jatah uang saku dapat mencukupi kebutuhannya.
Jika anak sudah kuliah, uang sebaiknya diberikan secara bulanan. Pemberian uang secara bulanan ini akan banyak berguna bagi anak untuk mengelola keuangan pada saat dia sudah bekerja nantinya.
- Ajarkan anak mengenai perencanaan keuangan
Perencanaan keuangan tidak melulu berbicara mengenai asuransi, mengenai investasi dan sebagainya. Perencanaan keuangan paling dasar adalah masalah mindset (pola pikir).
Jika kita sendiri sebagai orang tua masih ragu apakah kita sudah mengenal perencanaan keuangan atau belum, maka saat tepat kita belajar bersama anak kita. Caranya ketika berbicara dengan anak, berbicaralah dengan gaya yang mereka sukai, yaitu melalui permainan atau games.
Ketahuilah dalam dunia pendidikan terdapat istilah belajar melalui permainan yaitu gamification. Ajaklah anak bermain monopoly atau cashflow games untuk mengenal pola pikir yang benar dalam merencanakan keuangan. (*)
*Yayan Rusyanto
Pemerhati pendidikan tinggal di Cilacap, Jawa Tengah