Siedoo.com - Pementasan teater tari "Aku Diponegoro" di Pendopo Eks Karesidenan Kedu Bakorwil II Kota Magelang, Kamis (28/3/2019) malam. Siedoo/Ana Fitria
Daerah

Lewat “Aku Diponegoro”, Kemendikbud Ajak Generasi Muda Cinta Sejarah

MAGELANG – Pementasan teater tari “Aku Diponegoro” menarik antusias masyarakat Kota Magelang. Ratusan orang dari berbagai kalangan, khususnya pecinta sejarah, datang ke lokasi pementasan di Pendopo Eks Karesidenan Kedu Bakorwil II Kota Magelang, Kamis (28/3/2019) malam.

Teater yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu melibatkan sebanyak 70 penari dan 17 musisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dan sedikitnya 50 pemeran pendukung dari masyarakat Kota Magelang.

Secara keseluruhan, teater yang disutradarai seniman senior Landung Simatupang, itu mengangkat tema kehidupan Pangeran Diponegoro sejak lahir hingga menjadi perjuangannya melawan penjajah kolonial Belanda. Setting, musik, kostum hingga tata lampu dikemas apik seolah penonton sedang berada di masa kehidupan pahlawan nasional itu.

“Rumah Karesidenan ini dipilih sebagai lokasi pementasan karena di sinilah dahulu Pangeran Diponegoro diajak berunding oleh Jenderal De Kock tapi ternyata ditipu dan ditangkap,” jelas Direktur Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari, Jumat (29/3/2019).

Triana mengutarakan, teater ini merupakan rangkaian kegiatan Gemes (Gerakan Melek Sejarah) yang diinisiasi Direktorat Sejarah Kemendikbud sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia. Sejarah yang dikemas menarik diharapkan bisa menstimulasi rasa cinta generasi muda kepada sejarah dan pahlawan.

“Belajar sejarah itu harus menarik, maka kita merekonstruksi sejarah Pangeran Diponegoro ini agar masyarakat melek sejarah. Kami ajak masyarakat mencintai sejarah, melestarikan tempat-tempat yang punya nilai sejarah,” imbuh Triana.

Pada kesempatan itu, Triana juga meminta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kota Magelang untuk berinisiatif menjadikan rumah Karesidenan menjadi destinasi wisata sejarah. Sebab, belum banyak orang Magelang yang mengetahui nilai sejarah rumah tersebut padahal Pangeran Diponegoro telah menjadi ikon Kota Magelang.

Baca Juga :  Sebelum Ujian, 478 Siswa Dikumpulkan di Masjid

“Kami ingin para pengambil kebijakan melirik rumah kerisdenan ini jadi destinasi wisata sejarah, harus diuri-uri (dijaga), diangkat sebagai warisan leluhur bangsa,” tuturnya.

Sementara itu, Walikota Magelang Sigit Widyonindito sangat mengapresiasi rangkaian kegiatan Gemes yang diselenggarakan dari 28-31 Maret 2019 itu. Sigit berharap seluruh kegiatan berjalan dengan lancar, sukses, serta menginspirasi masyarakat untuk meneladani sosok Pangeran Diponegoro.

“Perjuangan Pangeran Diponegoro luar biasa ketika melawan penjajah, perang dari tahun 1825-1830, yang memakan korban 200.000 rakyat Indonesia. Ini tempat istimewa, beliau meringankan langkah untuk berunding, tapi terjebak. Semoga pementasan ini menginspirasi kita semua untuk meneladani beliau,” katanya.

Rangkaian kegiatan Gemes diawali dengan teater tari “Aku Diponegoro”, kemudian dilanjutkan dengan pameran lukisan, pameran buku koleksi Direktorat Sejarah Kemendikbud, bedah literasi yang menghadirkan penulis Peter Carey, Mikke Susanto, dan keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro Ki Roni Sodewo. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?