Siedoo.com -
Tokoh

Amany Lubis, Sejarah Rektor Perempuan Pertama UIN Jakarta

Siedoo, Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA dilantik sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2019-2023, oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Guru besar Sejarah Politik Islam itu mencatat sejarah, di mana untuk kali pertama IAIN-UIN Jakarta dinahkodai seorang rektor perempuan.

Amany merupakan anak pertama pasangan Prof. Nabila Lubis dan Burhanuddin, dia menghabiskan masa belajar dari SMP hingga kuliah Strata Satu (S1) di Kairo, Mesir. Tahun 1987 ia mendapatkan Beasiswa Course on Women Studies di Mcgill University Montreal, Kanada.

Kemudian, dia berhasil meraih gelar lulusan terbaik Licence (S1) Sastra Inggris, Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 1988. Setelah itu, Amany melanjutkan sekolah Strata Dua (S2) di UIN Jakarta dengan konsentrasi Sejarah Peradaban Islam.

Pada 2002 Amany berhasil memperoleh gelar Doktor Pengkajian Islam/Sejarah Kebudayaan Islam dan meraih disertasi terbaik kedua nasional di lingkungan Departemen Agama RI. Pada tahun 2006 ia berhasil meraih gelar Profesor Politik Islam. Kemudian mendapatkan Satyalencana Karyabhakti 20 tahun pada 2016.

Perjalanan Karir Amany

Sebelum menjadi rektor, wanita kelahiran Kairo 22 Desember 1963 yang akrab disapa Amany Lubis itu, pernah menjabat sebagai Sekretaris Senat Universitas di kampus yang sama. Awal karirnya, pada periode 2003-2009 ia pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta. Sekaligus mengampu mata kuliah Tarikh Tasyri’ atau Sejarah Politik Islam.

Pada periode tersebut, ia dianugerahi penghargaan sebagai Dosen Wanita Terbaik Fakultas FDI. Selain itu, ia juga mengajar di Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta, dan pada periode 2011-2013 ia ditunjuk menjadi Deputi Direktur SPs Bidang Pengembangan Kelembagaan.

Sepak terjang Amany tidak hanya terbatas di UIN Jakarta. Terlihat sejak 2009 hingga sekarang ia juga aktif sebagai dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Pasca-Sarjana Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia.

Baca Juga :  Ini 10 Strategi Khusus ITS Hadapi Revolusi Industri

Bahkan Amany Lulus Dengan Pujian Program Pendidikan Singkat (PPSA) XVIII dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI tahun 2012. Tahun berikutnya, wanita yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ilmuwan Muslimah Indonesia itu mengampu Program Pascasarjana Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan hingga sekarang.

Sebagai dosen dengan jam terbang yang padat dan sangat disiplin waktu, Amany masih sempat menulis banyak karya dan aktif menyuarakannya di berbagai forum. Setidaknya sampai saat ini ia telah menjelajahi 30 negara di lima benua.

Di antaranya, melakukan perjalanan ke Amerika Utara dan Kanada untuk Short Course for Women’s Studies pada 1997. Amany juga menghadiri Kajian Ketahanan dan Pertahanan ke Mesir, Turki, Amerika Serikat, dan Jepang.

Pada tahun 2013 Amany ikut dalam seminar makanan halal ke Australia dan New Zealand. Pada 2014-2015, ia berkunjung ke Maroko, Sudan, Lebanon, Iran, Turki, Yordania, Dubai untuk menghadiri seminar tentang mediasi keluarga dan masih banyak lagi

Dilansir uinjkt.ac.id, pada periode 2015-2020 dia menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga. Amany banyak berbicara membela akan ketidakadilan dan eksploitasi yang terjadi terhadap perempuan dan anak di berbagai forum. Sehingga pada tahun itu, Amany terpilih sebagai penerima UIN Woman Awards dari Pusat Studi Gender dan Anak UIN Jakarta.

Selain menjadi dosen, Amany juga menjadi anggota Board of Trusees Forum for Promoting Peace in Muslim Societies, Abu Dabi pada 2016-2020. Karena itu, tak heran jika Deputy Editor in Chief Majalah Alo Indonesia itu sering terlihat mengisi seminar bertaraf internasional. Juga menjadi narasumber di beberapa stasiun televisi swasta serta aktif sebagai interpreter bahasa Arab-Inggris-Indonesia pada forum nasional dan internasional. (*)

Apa Tanggapan Anda ?