Siedoo.com -
Tokoh

Mengenal Dua Pelukis Inspiratif dari Kompi Lampung

Siedoo, Acara pelantikan anggota Komunitas Pelukis Lampung (Kompi) diwarnai pameran lukisan di Ruang Sungkai Balai Keratun, kompleks Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung. Para pelukis anggota Kompi memamerkan lukisan mereka, dengan berbagai corak dan inspiratif. Salah satunya adalah Sisna Ningsih asal Kabupaten Pringsewu. Dia turut berpartisipasi memamerkan lukisan dari serbuk kopi.

“Ini bukan lukisan ampas kopi, berbeda. Ini murni dari kopi yang saya seduh. Cairan yang bening saya pisahkan dengan yang kasar. Yang bening untuk melukis yang tipis, sedangkan serbuk kasar untuk yang tebal,” kata Sisna.

Pada acara itu, Sisna memamerkan dua lukisan berbahan dasar kopi. Lukisan yang pertama menggambarkan kepedulian antarsesama makhluk yang hidup berdampingan.

“Ini kan ada tiga ekor tupai, suami, istri dan anak. Selain itu, ada pohon pisang yang berbuah lebat berhadapan dengan ketiganya. Jadi, tema lukisan di situ menunjukkan saling berbagi,” ujarnya.

Sedangkan lukisan kedua bergambar bunga anggrek berwarna merah menyala. Karya seni itu memadukan serbuk kopi dan cat akrilik.

“Saya gabungkan cat akrilik dan serbuk kopi. Hal tersebut agar anggreknya terlihat hidup, dengan warna merah menyala di batang pohon,” katanya dikutip duajurai.co.

Dekoratif timbul

Berbeda dengan Sisna, pelukis 13 tahun Nadya Ajeng Ayu memamerkan lukisan berjudul ‘Hutan’. Untuk lukisan ini Nadya menggunakan teknik dekoratif timbul. Maksudnya, lukisannya sengaja dibuat tidak halus. Jadi, cat minyak yang digunakan lebih banyak dan terasa kasar ketika menyentuh lukisannya.

“Jadi, itu menggunakan cat minyak yang kental. Saya ingin menonjolkan perspektif  batang-batang kayunya agar seperti hidup,” kata Nadya.

Nadya Ajeng Ayu (13) memperlihatkan lukisan dekoratif timbul berjudul ‘Hutan’ di Ruang Sungkai Balai Keratun, kompleks Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Rabu (5/12/2018). (foto: duajurai.co)

Nadya yang masih dibimbing guru lukisnya itu mampu menyelesaikan lukisan perspektif pohon selama empat kali pertemuan dalam satu bulan. Memang agak lama karena menunggu catnya kering, menyelesaikannya bertahap.

Baca Juga :  Anak Tunagrahita Butuh Media Pembelajaran Nyata, Bisa Dibantu dengan SIGAP E4

“Saat cat masih basah tidak bisa ditimpa. Setiap gambar ganti tema. Lebih mudah melukis cat kasar,” ujar Nadya yang juga memamerkan lukisan burung hinggap di batang kayu, pada pameran itu. (*)

Apa Tanggapan Anda ?