Siedoo.com -
Tokoh

Asuh 27 Anak dalam Rumah, Guru Yuli Masuk 5 Besar PNS Inspiratif 2018

Siedoo, Satu-satunya PNS dari kalangan guru masuk dalam PNS Inspiratif 2018. Dia adalah Endang Yuli Purwanti. Guru agama di SMA N 4 Bandung, Jawa Barat ini masuk 5 besar dari 15 nominasi PNS Inspiratif yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB).

Wanita yang akrab disapa Yuli Badawi tersebut bersama suaminya, Ahmad Badawi, mengasuh puluhan  anak asuh dari berbagai latar belakang, selain 4 anak kandungnya. Ada anak yang dibuang orangtuanya, ada pula yang sengaja dititipkan orangtuanya pada keluarga ini. Hampir seluruhnya tinggal bersama dengan dirinya dan sang suami, tetapi ia tidak merasa kerepotan dalam merawat semua anak asuhnya.

“Saat ini kami memiliki 27 anak, yakni empat anak kandung dan 23 anak asuh,” ujarnya dilansir dari menpan.go.id.

Sebagai guru, Endang memiliki cara yang inovatif dan menarik dalam mengajar murid-muridnya di kelas. Sehingga, murid-murid dapat benar-benar memahami pelajaran dan tidak mudah jenuh.

Salah satunya adalah membuat praktek akad nikah yang melibatkan semua murid-muridnya. Pembelajaran mengenai pernikahan yang menjadi bagian dari materi pelajaran agama ini, menjadi lebih menarik dengan langsung dipraktikkan.

Yuli membagi peran kepada setiap murid, ada yang menjadi WO (wedding organizer), penghulu, orang tua pengantin dan tentu saja pengantin itu sendiri. Selain itu, mereka juga mendekor ruangan kelas menjadi tempat pernikahan, membuat buku nikah, menyiapkan hidangan, hingga mengundang tamu undangan.

Di samping Yuli, yang bukan berasal dari kalangan guru, yang masuk nominasi adalah Cris Kuntadi, Hunggul Yodono Setiohadi Nugroho, Akhmad Basori,  Sutopo Purwo Nugroho.

Ciptakan Model Sikencur

Cris Kuntadi, adalah pria kelahiran Banyumas tanggal 24 Juni 1969 dengan latar belakang seorang akuntan  dan memliki kompetensi auditor. Ia selalu belajar sesuatu yang baru, sehingga wajar kalau menyandang sebelas gelar.

Masuk menjadi PNS di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan golongan (II/b), setelah lulus STAN. Cris menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Logistik Multimoda dan Keselamatan Perhubungan dengan pangkat kini Pembina Utama (IV/e).

Baca Juga :  Dirjen GTK : Jangan Sampai Siswa Belajar, Guru Asyik Main HP

Ketika di Pusdiklat BPK, ia menciptakan Model Sistem Kenali Kecurangan (Sikencur), rangkaian proses dan kegiatan yang secara komprehensif dirancang dan dilaksanakan oleh manajemen entitas untuk mencegah, mendeteksi dan menindak kecurangan dalam rangka memperkuat pencapaian tujuan SPI.

Membangun 20 Lokasi PLTMH

Hunggul D. Yudono Setiohadi Nugroho, adalah PNS Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Masuk tahun 1993, ditempatkan di Balai Teknologi Pengelolaan DAS Ujung Pandang dengan jabatan awal sebagai teknisi litkayasa dan kemudian pada tahun 1995 beralih ke jenjang peneliti.

Sampai saat ini tetap bekerja sebagai peneliti dengan jabatan terakhir sebagai Peneliti Madya bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah pada Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar.

Mulai tahun 2008 sampai saat ini, Hunggul beserta tim mendapatkan kepercayaan untuk membantu instansi kehutanan di berbagai daerah (Dinas Kehutanan, BKSDA, BTN) untuk menyusun rancangan dan membangun mikrohidro sebagai bagian dari kegiatan RHL dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan di masing-masing instansi.

Sampai tahun 2018 sudah membangun 20 lokasi PLTMH diseluruh Indonesia, atas biaya pemerintah pusat, pemerintah daerah dan ada juga yang swadaya murni masyarakat. Kini masyarakat pedesaan di pinggir hutan yang selama ini dalam kegelapan, mendapatkan cahaya dengan adanya kegiatan pembangunan PLTMH di Kementerian Kehutanan.

Kembangkan Aplikasi SIMDA Desa 

Adapun Akhmad Basori yang sering dipanggil “Om Bas” oleh rekan kerjanya merupakan auditor madya di Kedeputian Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (Bidwas PKD) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Pria kelahiran Jombang 42 tahun lalu dan berkesempatan untuk mengenyam pendidikan Diploma 3 di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun 1996 dan menjadi salah satu lulusan terbaik. Sehingga, memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan D-IV STAN tanpa harus menjalani ikatan dinas minimal 2 tahun seperti lulusan lainnya.

Baca Juga :  Nailil Khilma, Manfaatkan Media Sosial untuk Kembangkan Seni

Sebelum di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, ia bekerja di Perwakilan BPKP Provinsi Aceh pada tahun 2001 – 2004 dan sempat mutasi ke Perwakilan BPKP Sulawesi Barat. Mutasi telah mendorong Om Bas beserta rekan-rekannya menyusun aplikasi yang digunakan untuk melakukan Pengelolaan Keuangan Desa.

Aplikasi tersebut diujicobakan kepada perangkat desa di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat dan berjalan dengan mulus. Sehingga, aplikasi yang dikembangkan tersebut dilirik untuk diseleksi dengan aplikasi pengelolaan keuangan desa yang dikembangkan oleh pegawai di Perwakilan BPKP yang lain.

Keberhasilan uji coba di Mamasa, serta fitur-fitur yang lebih lengkap, maka aplikasi pengelolaan keuangan desa tersebut dipilih sebagai aplikasi yang digunakan oleh BPKP untuk membantu memberikan kemudahan serta tetap menjaga akuntabilitas perangkat desa dalam menjalankan pengelolaan keuangan.

Aplikasi tersebut dilaunching pada 13 Juni 2015 dengan nama SIMDA Desa, kemudian diubah menjadi Siskeudes. Sampai saat ini aplikasi tersebut telah digunakan oleh 93,22% desa di Indonesia.

Selain dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, Siskeudes juga memberi kemudahan bagi pemerintah desa dengan sekali input dapat menghasilkan berbagai dokumen dan laporan yang diperlukan.

Siskeudes sebagai produk bersama Kemendagri dan BPKP diberikan gratis kepada desa. Sehingga, memberikan potensi penghematan keuangan negara atau daerah dengan jumlah yang besar jika dibandingkan setiap desa membeli aplikasi dari pihak swasta.

Membangun Diorama Bencana

Peraih 5 besar PNS inspiratif lainnya adalah Sutopo Purwo Nugroho. Pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969 ini, sekarang mengemban amanah sebagai Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Menurut Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, pentingnya kesadaran masyarakat tentang bencana adalah bentuk kewaspadaan yang terencana. Di beberapa wilayah yang masuk kategori rawan bencana harusnya mengetahui lebih banyak tentang apa itu bencana dan bagaimana mengatasinya.

Baca Juga :  'Saya akan Berjuang untuk Kemerdekaan Belajar di Indonesia'

Gunung meletus itu tidak selamanya bencana, selama belum berada ditingkat yang berbahaya itu bisa menjadi sebuah keindahan yang memanjakan mata. Juga, sebagai objek wisata  yang mengagungkan apalagi bersama dengan orang yang spesial. Dengan catatan masih berada pada jarak yang aman.

“Kita perlu bekerja lebih giat lagi untuk tetap memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang terobosan atau alat baru yang belum sepenuhnya masyarakat tahu,” ungkapnya.

Sesuai dengan bidang tugasnya, kurangnya kesadaran masyarakat pada bencana disebabkan oleh faktor pengetahuan mereka tentang apa itu bencana. Karena keadaan tersebut, ia membuat beberapa grup WhatsApp dihandphonenya dengan para wartawan untuk keperluan berita dan update terbaru keadaan dan cuaca di setiap daerah di Indonesia.

Ia juga menggunakan media sosial untuk memberikan data terbaru di setiap wilayah setiap harinya, seperti membuat status di Twitter dengan bahasanya yang khas. Untuk meyampaikan data terkini dan ilmu-ilmu penting tentang penanganan bencana, meskipun sakit Sutopo juga masih sering turun ke lapangan menjadi pembicara. Ia menjadi juru bicara untuk memberikan arahan tentang penanganan bencana gempa di Palu beberapa waktu.

Inovasi lain yang dilakukannya yaitu dengan membangun diorama bencana tepatnya berada di Lt. 11 dan Lt. 12 Graha BNPB sebagai sarana edukasi kebencanaan kepada masyarakat khususnya pelajar.

Diorama ini dirancang dengan sangat menarik sehingga tidak membosankan ketika dikunjungi. Sutopo merupakan sosok PNS/ASN yang sangat menginspirasi. Ia tidak menjadikan penyakitnya yang kronis sebagai penghalang untuk berbakti kepada bangsa dan negara. (*)

Apa Tanggapan Anda ?