YOGYAKARTA – Robot UGM berhasil memenangkan kontes robot pada kategori Curling setelah mengalahkan robot Jepang dan Korea Selatan. Pada kategori ini, robot UGM berhasil menendang jauh bola hockey sebagi kontes ketangkasan robot.
Peristiwa itu terjadi dalam ajang International Robot Contest (IRC) 2018 di Korea Selatan, pertengahan Oktober 2018. Hal ini membuat Tim robot kebanggaan UGM, Gadjah Mada Robotic Team (GMRT) bangga. Selain meraih juara 1 untuk kategori Autonomous Curling, GMRT juga menyabet juara 3 untuk kategori Boxing.
Tim GMRT terdiri atas Ikrima Sabri (Fakultas Teknik), Tribagus Novandi Winantyo (Fakultas Teknik), Dini Nur Anisa (Fakultas Teknik), Muhammad Hadyan Akbar (Fakultas Teknik), Farchan Hakim Raswa (Fakultas MIPA) dan Arifandhi Nur Muhamad (Fakultas MIPA) dengan dosen pembimbing Wahyono, Ph.D.
Konter robot dunia di Korea Selatan ini diikuti oleh 10 negara, antara lain Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong dan Taiwan. Seperti dari viva.co.id, GMRT telah melakukan persiapan kompetisi tersebut sejak Juli 2018 lalu. Di mana untuk kategori yang dikonteskan, Curling dan Boxing, GMRT dapat meraih juara.
Dini Nur Anisa menjelaskan, Curling merupakan perlombaan menendang bola hockey sampai tepat sasaran. Sasaran berupa daerah lingkaran yang terbagi menjadi tiga zona. Jika bola ada di zona kuning maka akan mendapat 1 poin, zona hijau 3 poin, dan zona merah 5 poin.
Jarak antara titik awal menendang dengan titik sasaran adalah 6 meter dan setiap robot diberi kesempatan menyentuh bola (termasuk menendang) sebanyak 5 kali.
Total peserta RC Curling dan Autonomous Curling sebanyak 25 tim dari lima negara, yaitu Korea, Hongkong, Taiwan, Jepang dan Indonesia. Tim UGM mendapatkan Juara I Autonomous Curling karena tendangannya terjauh.
Sementara itu untuk kategori boxing, sistem penilaiannya setiap robot yang terjatuh karena serangan lawan akan mendapat penalti satu poin. Jika robot terjatuh tanpa diserang lawan maka terkena penalti setengah. UGM di cabang Boxing adalah tidak mudah terjatuh apabila terkena serangan karena memiliki kuda-kuda yang cukup kuat.
“Kekurangannya adalah gerakan motion yang kalah lincah dibanding robot lain yang menggunakan kit,” ungkap Dini.
Manajer GMRT, Dr. Rachmat Sriwijaya, menilai pencapaian kesuksesan GMRT ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, terutama pihak UGM.
“Selain itu, rasa solidaritas yang tinggi dan kerja sama antar anggota tim juga menjadi kunci keberhasilan,” tandas Rachmat. (Siedoo/NSK)