Siedoo, BULAN Oktober merupakan Bulan Bahasa bagi bangsa Indonesia. Momen peringatan Bulan Bahasa pada Oktober 2018 ini, mari kita mengenal salah satu ilmuwan bahasa yang memberikan andil besar terhadap kemajuan Bahasa Indonesia. Dialah Prof. Dr. Gorys Keraf, ilmuwan bahasa dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gorys Keraf lahir 17 November 1936 di Lamalera, Lembata, NTT. Menyelesaikan SD di Lamalera, SMP di Seminari Hokeng (1954), SMAK Syuradikara Ende (1958), Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI), Jakarta (1964). Gelar Doktor dalam bidang linguistik pada 1978 dengan promotor Amran Halim, J.W.M. Verhaar, dan E.K.M. Masinambouw.
Judul disertasinya Morfologi Dialek Lamalera (1978). Gelar profesor dari Universitas Indonesia pada 1991.
Tahun 1970 hingga tahun 1980-an, Gorys Keraf adalah nama besar dalam dunia pengajaran Bahasa Indonesia. Namanya paling banyak dikenal para pelajar dan mahasiswa. Bukunya yang pertama berjudul Tatabahasa Indonesia (1970) membuat namanya meroket di kancah cakrawala ilmu bahasa dan tata bahasa Indonesia.
Namanya terus naik daun menyusul terbit bukunya yang kedua Komposisi (1971).
Gorys Keraf adalah ilmuwan bahasa dan dosen sejati. Sejak meraih gelar Sarjana Sastra (1964), Gorys Keraf memilih jadi dosen di FSUI sampai akhir hayatnya 30 Agustus 1997, dalam usia 61 tahun.
Selain dosen di FSUI (S1, S2, dan S3), juga dosen di FISIP UI, Pascasarjana Hukum UI, Universitas Trisakti, dan Universitas Tarumanegara, Jakarta.
Jumlah buku tata bahasa Gorys Keraf yang beredar di masyarakat jauh melampaui jumlah yang terdata, karena sebagian besar buku ini dijual ilegal di pasaran bebas. Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) pada tahun 1988 pernah mensinyalir, buku paling banyak dibajak dan dijual secara ilegal di pasaran bebas adalah Tatabahasa Indonesia karangan Gorys Keraf.
Puncak kehebatan buku tata bahasa karya Gorys Keraf tahun 1990. Pamornya mulai meredup ketika Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988).
Sejak tahun 1990 sampai 2018 ini, tidak ada lagi buku tata bahasa Indonesia yang pengaruhnya sebesar buku Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (jilid 1 dan 2) karya Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dan buku Tatabahasa Indonesia karangan Gorys Keraf.
Karya Gorys Keraf dalam bentuk buku adalah Tatabahasa Indonesia (1970), Komposisi (1971), Eksposisi dan Deskripsi (1981), Argumentasi dan Narasi (1982), Diksi dan Gaya Bahasa (1984), Linguistik Bandingan Historis (1984), Linguistik Bandingan Tipologis (1990), Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia (1991), Cakap Berbahasa Indonesia (1995), dan Fasih Berbahasa Indonesia (1996).
Itulah sekelumit tentang sosok ilmuwan bahasa yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan dan kemajuan Bahasa Indonesia di tanah air. Seorang pakar Bahasa Indonesia yang mengabdikan diri di dunia pendidikan hingga akhir hayatnya. (Dirangkum dari berbagai sumber).
*Narwan, S.Pd
Guru SD Negeri Jogomulyo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.