MAGELANG – Sebagai alat negara, tugas Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak lepas dari berbagai tantangan, seperti saat ini, maupun di masa depan yang semakin kompleks. Perkembangan politik, ekonomi dan teknologi global, telah menciptakan ruang atau dimensi dan metode peperangan baru.
Krisis ekonomi yang diikuti dengan ketegangan percaturan politik global, membawa ketidakpastian dan kekhawatiran dalam menjangka prospek masa depan. Kemajuan teknologi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, juga membawa dampak disruptif dibidang informatika, siber, komunikasi, transportasi, biomolekular, militer, ruang angkasa, dan lain sebagainya.
“Ketidakpastian akibat krisis ekonomi, politik dan kepemimpinan global yang dikatalisasi oleh disrupsi teknologi, membawa perang tidak lagi terbatas (Restricted War) dalam suatu batas teritorial. Perang telah menjadi tidak terbatas (Unrestricted War) masuk ke berbagai dimensi. Seperti perang ekonomi, perang dagang, perang hukum, perang siber, perang opini dan bahkan akhir-akhir ini kita menyaksikan adanya perang mata uang di berbagai negara,” kata Wakil Gubernur Akademi Militer, Brigadir Jenderal TNI Wirana Prasetya Budi.
Wagub Akmil menyampaikan itu saat Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Tentara Nasional Indonesia di Lapangan Pancasila Akademi Militer Jumat (5/10/2018). Bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) Wakil Gubernur Akademi Militer, Brigadir Jenderal TNI Wirana Prasetya Budi, S.E., dan Komandan Upacara (Danup) Letnan Kolonel Inf Richard M. Butar Butar dari Kesatuan Akademi TNI yang dihadiri seluruh organik Akademi Militer, baik Militer maupun PNS.
Menurut wagub, era perang kinetik bergeser ke arah perang digital, non-letal tapi tetap menimbulkan dampak sangat merugikan bagi kehidupan masyarakat bernegara. Konsep-konsep inipun mengaburkan filosofi perang konvensional, selain melahirkan dimensi-dimensi ruang palagan baru, juga menggeser dimensi waktu.
“Karena perang-perang tersebut terjadi di masa damai,” jelasnya.
Wagub Akmil yang membacakan amanat tertulis Panglima TNI juga menyampaikan bahwa, dalam tugas-tugas selain perang, TNI juga terlibat dalam pengamanan Pemilu. TNI berkomitmen untuk terus menjaga netralitas, dalam pelaksanaan pemilu tahun 2019.
Kesuksesan pengamanan Pilkada 2017 dan 2018 menjadi batu pijakan dalam pengamanan pemilihan Legislatif dan pemilihan Presiden tahun 2019. Salah satu kuncinya adalah tekad TNI untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjadi benteng bagi keutuhan NKRI.
Tema yang diusung dalam HUT ke-73 TNI tahun 2018 kali ini yaitu “Profesionalisme TNI Untuk Rakyat”. Tema singkat namun padat ini mengandung makna, bahwa TNI yang senantiasa ditingkatkan profesionalismenya melalui berbagai pendidikan, latihan, persenjataan, alutsista serta dipenuhi kesejahteraannya oleh negara, adalah semata-mata untuk seluruh rakyat Indonesia.
Profesionalisme TNI diwujudkan dalam pelaksanaan operasi dan kegiatan-kegiatan serta latihan TNI dalam rangka menjalankan tugas pokok. Yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari segala macam ancaman dan gangguan. (Siedoo)