Siedoo, TANGGAL 5 Oktober menjadi hari istimewa bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI), pasalnya setiap tanggal 5 Oktober diperingati sebagai Hari TNI. Tahun ini adalah peringatan Hari TNI ke-73.
Selain sebagai pengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), TNI juga merupakan pelindung rakyat. Bahkan ditilik dari sejarahnya, kemanunggalan TNI dengan rakyat tak dapat dipisahkan.
Memang Hari TNI dahulu dikenal dengan Hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), namun sejak bergulirnya reformasi tahun 1998 muncullah gagasan pemisahan ABRI dan Polri. Kemudian direalisasikan oleh Presiden B.J. Habibie melalui instruksi Presiden No.2 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa Polri dipisahkan dari ABRI.
Upacara pemisahan Polri dari ABRI dilakukan pada 1 april 1999 di lapangan upacara Mabes ABRI di Cilangkap, Jakarta Timur. Upacara pemisahan tersebut ditandai dengan penyerahan Panji Tribata Polri dari kepala staff umum ABRI Letjen TNI Sugiono kepada Sekjen Dephankam Letjen TNI Fachrul Razi, kemudian diberikan kepada Kapolri Jenderal Pol (purn) Roesmanhadi. Maka sejak 1 April, Polri ditempatkan di bawah Dephankam.
Setahun kemudian, keluarlah TAP MPR No. VI/2000, kemandirian Polri berada di bawah Presiden secara langsung dan segera melakukan reformasi birokrasi menuju Polisi yang mandiri, bermanfaat dan professional. Sejak itulah Hari ABRI berubah menjadi Hari TNI.
Kiprah TNI dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat baik. Hal ini dengan adanya berbagai kegiatan yang melibatkan anggota TNI dengan para pelajar. Baik di perkotaan, pedesaan, bahkan di daerah-daerah perbatasan.
Sebagai contoh pembinaan pelajar tentang baris-berbaris, kesehatan, kedisiplinan, kepramukaan, wawasan kebangsaan hingga penanaman jiwa nasionalisme pelajar dilakukan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sudah barang tentu hal itu menjadi program TNI dan bekerjasama dengan pihak sekolah.
Para pelajar banyak menerima pengalaman berbagai hal dari materi yang disampaikan anggota TNI ketika mengadakan kegiatan kerjasama TNI-sekolah. Baik dari tingkat SD/MI hingga SMA/SMK/MA. Selain itu, juga dalam pembinaan dan pembekalan bagi Resimen Mahasiswa (Menwa) pada perguruan tinggi.
Contoh kecil dan sederhana, namun memberikan kontribusi yang besar terhadap generasi muda adalah pembekalan anak-anak SMP di daerah perbatasan. Di mana beberapa waktu lalu, dilansir dari poskupang.com, anggota TNI memberikan pembekalan kepada siswa-siswi SMP Negeri 1 Piebulak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan itu dalam rangka meningkatkan rasa cinta tanah air dan menumbuhkan jiwa nasionalisme dalam diri generasi muda di daerah perbatasan.
Pembekalan tersebut merupakan program dari Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) Pos Fohuk dipimpin Komandan Pos (Danpos) Letda (Inf) Dhimas Duan S. Dhimas mengatakan, materi disampaikan Komandan Kompi Tempur III Kapten (Inf) Jamrizal berserta anggota Pos Fohuk, Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/PSY.
Menurut Dhimas, dalam materinya, Jamrizal mengatakan, hal yang tak kalah penting untuk diajarkan pada anak atau para generasi muda adalah sikap cinta tanah air. Dengan mengajarkan sikap cinta tanah air pada anak dan generasi muda, maka lambat laun akan memicu munculnya sikap nasionliasme dan patriotisme dalam pribadi generasi muda.
Itulah kiprah nyata TNI dalam dunia pendidikan Indonesia. Suatu tugas, selain menjaga keamanan dan keutuhan NKRI. Karena bagaimanapun, anggota TNI berasal dari rakyat dan akan kembali ke rakyat.
Kemanunggalan TNI dengan rakyat tidak hanya diaktualisasikan dalam acara-acara seremonial. Namun diaplikasikan dalam berbagai program untuk rakyat, termasuk mendidik generasi muda untuk memiliki jiwa nasionalisme yang kuat.
*Narwan, S.Pd
Guru SD Negeri Jogomulyo Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah