MAGELANG – Generasi muda diingatkan agar selalu waspada terhadap perkembangan lingkungan strategis. Terutama sepak terjang negara yang memiliki kekuatan besar dibidang politik, ekonomi dan hankam seperti Amerika Serikat dan Rusia serta China. Rivalitas antar negara adi daya tersebut semakin meruncing.
“Inisiatif Amerika Serikat mengganti istilah Asia-Pasifik menjadi Indo-Pasifik menandakan adanya perubahan strategi dan proyeksi konflik masa depan yang mengarah ke sentral pertumbuhan paling menjanjikan. Yaitu, di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur,” kata Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Tatang Sulaiman pada seminar nasional yang bertemakan “Mempersiapkan Generasi Muda Dalam Membangun Peradaban Modern Guna Mendukung Pertahanan Negara”, di Lembah Tidar Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Menurut mantan Pangdam IV/Diponegoro, di kawasan regional Asia masih banyak permasalahan yang tidak bisa dikesampingkan dapat mengancam kepentingan Indonesia. Seperti krisis Laut Cina Selatan, terorisme, radikalisme, ISIS dan berbagai kejahatan transnasional. Termasuk fakta pertahanan yang dibangun negara tetangga.
Sedangkan di dalam negeri, di tengah badai internet dan media sosial, bangsa ini juga sedang mengalami euphoria demokratisasi yang tidak sehat. Selain itu juga penguatan faham radikalisme dan intoleransi yang dapat menghancurkan bangsa.
“Tantangan dan persoalan di era Revolusi Industri 4.0 ini mencerminkan tuntutan pekerjaan yang akan dihadapi generasi muda kini. Kekhawatiran utama dimasa depan kita adalah kemampuan untuk mempertahankan dan mengelola seluruh sumber daya bangsa,” jelasnya.
Saat ini, harus dicermati berbagai ancaman berbasis teknologi. Seperti thread, cyber thread, inequality thread dan lain sebaginya yang dapat memicu konflik perpecahan bangsa.
Tatang menyampaikan itu di hadapan 714 peserta seminar. Mulai dari mahasiswa mahasiswi se-Jateng-DIY dan taruna taruni Akmil, AAL, AAU dan Akpol.
“Kalian harus sadari dan pahami semua permasalahan bangsa serta terus membina diri untuk menjadi generasi yang berdaya saing global. Karena nantinya dapat dijadikan dasar menentukan langkah-langkah strategis dalam mengelola semua potensi kekayaan negara kita yang demikian besar,” ujar Wakasad.
Menurut Wakasad untuk menghadapi tersebut, generasi muda harus disiapkan sebagai aktor utama yang handal dalam pembangunan nasional. Yaitu, sebagai agen perubahan sekaligus entrepreneur yang berwawasan kebangsaan yang tidak bisa hanya diperoleh dari pendidikan formal.
“Hal paling mendasar adalah pembangunan karakter untuk membentuk pribadi yang memiliki intelektualitas, nilai seni dan kreativitas, integritas serta keluhuran budi pekerti yang kuat untuk menghadapi setiap tantangan,” katanya.
Sebelumnya ditempat yang sama, Dirjen Pembelajaran dan kemahasiswaan Kemenristek Dikti Intan Ahmadi, Phd., menjadi keynote speaker seminar menekankan perlunya literasi baru dalam menghadapi persaingan global. Yaitu tidak hanya cukup membaca, menulis dan matematika saja. Melainkan juga literasi data, literasi teknologi, literasi manusia serta pembelajaran sepanjang hayat.
Setelah Wakasad, diskusi dilanjutkan dengan narasumber Dr. P.M. Laksono, M.A. (Guru Besar PPS/ FIB UGM), dan Dr. Sri Rumgiyarsih, M.Sc.(Kaprodi S2/S3 Kependudukan UGM) dan moderator Dr. Iva Ariani, SS.,M.Hum. Dalam seminar tersebut hadir Gubernur Akmil Mayjen TNI Eka Wiharsa, Wagub Akmil Brigjen TNI Wirana P.B. Kadispenad Brigjen TNI Candra Wijaya dan beberapa pejabat teras TNI AD lainnya.
“Generasi muda harus mau berfikir luas namun bertindak secara sederhana atau think globally, act locally,” tandasnya. (Siedoo)