SEMARANG – TIGA siswa SMK Pika Semarang yang mewakili Indonesia dalam ajang ASEAN Skills Competition (ASC) 2018, berhasil meraih medali emas dan perak. ASC merupakan kompetisi keterampilan tenaga muda berusia 22 tahun ke bawah dari negara-negara anggota ASEAN yang berlangsung di Bangkok, Thailand.
Ketiga siswa tersebut adalah Ardan Fais Ramadhan (mendapat emas cabang lomba Cabinet Making atau pembuatan furniture), Yohanes Bayu Susmono (mendapat medali perak cabang lomba Joinery atau membuat kusen dan jendela), dan Bonafentura Dadang Kelvianto (medali perak lomba Cabinet Making).
Kepala SMK Pika Semarang, FX. Marsono SJ, MPd mengatakan, prestasi ini cukup membanggakan sekolahnya dan membawa nama harum Indonesia di kancah Asia Tenggara.
“Kegiatan rutin dua tahunan ini diselenggarakan untuk memacu peningkatan kualitas kompetensi anak muda di kawasan tersebut,” ungkapnya, didampingi pendamping siswa Among Subandi di kampus Jl Imam Bonjol, Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/09/2018).
FX Marsono menyatakan, perolehan medali ini seperti sudah menjadi tradisi tahunan yang dihasilkan oleh Training Center (TC) dari Pika Semarang. Setiap menjelang lomba, para siswa maupun anak muda yang lolos seleksi menjalani TC terlebih dahulu selama sembilan bulan.
“Sejak 2006 perwakilan yang menjalani TC di Pika selalu berhasil meraih medali baik emas, perak maupun perunggu,” jelasnya.
Sementara Among Subandi menjelaskan, secara keseluruhan dalam lomba tersebut Indonesia menempati urutan kedua dengan 13 emas, enam perak dan delapan perunggu dan tujuh medalion of Excellent. Sebenarnya dari jumlah poin, Indonesia lebih unggul dari Thailand karena jumlah peserta dari Indonesia lebih sedikit dan tidak semua cabang kejuruan diikuti oleh Indonesia.
“Tuan rumah Thailand mengikuti 26 cabang kejuruan dengan jumlah peserta sebanyak 47 orang. Sementara Indonesia mengikuti 22 cabang kejuruan dengan jumlah peserta 41 orang,” papar Among.
Peraih emas cabang Cabinet Making, Ardan Fais Ramadhan, mengakui persaingan dalam lomba ini sangat ketat. Terutama dari peserta negara-negara seperti Vietnam dan Thailand. Namun, berkat latihan secara intensif dan terprogram selama berbulan-bulan, ia berhasil menjadi yang terbaik.
“Kendala hanya mesin yang berbeda dengan yang ada ketika berlatih. Tetapi, kami bersyukur bisa mengatasi kendala ini,” jelas Ardan.
Siedoo/NSK