SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur tidak hanya meraih prestasi secara kelembagaan. Salah satu dosen peneliti ITS juga berhasil menyabet penghargaan di ajang Science and Technology Index (Sinta) Award. Yaitu penulis dengan jumlah publikasi tertinggi 2016-2018 kategori Perguruan TInggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) atas nama Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD.
Atas usahanya, dosen Departemen Informatika ITS ini, memperoleh skor Sinta 34,83 dan berhasil mengantarkannya menjadi pemenang ketiga. Prof Riyanarto menuturkan, sebanyak 35 jurnal penelitian dan 89 seminar internasional miliknya berhasil terindex scopus dalam tiga tahun tersebut.
“Terdapat tiga hal yang saya bahas pada jurnal, yakni enterprise computing, intelligent computing, dan internet of things,” katanya.
Ketiga hal tersebut memang merupakan keahlian dari anggota Majelis Wali Amanat ITS ini. Bahkan, diantara karyanya yang terkenal yakni atas pengembangan electronic nose dan electronic tongue. Electronic nose berguna untuk mendeteksi aroma dari suatu makanan yang dicurigai.
“Sedangkan electronic tongue untuk mendeteksi rasa dari makanan sebelum dicicipi,” ungkapnya.
Pria kelahiran 1959 ini menguraikan bahwa semangatnya dalam melakukan penelitian ini beranjak dari keinginannya untuk sukses menerapkan Tridharma perguruan tinggi. Mulai dari segi penelitian maupun pengabdian masyarakat.
Dalam ajang Sinta Award ini, tidak hanya perorangan dosennya saja yang meraih prestasi. ITS berhasil meraih penghargaan tertinggi kedua sebagai institusi dengan produktivitas publikasi internasional bereputasi tahun 2017-2018 dalam ajang Science and Technology Index (Sinta) Award yang diadakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Sinta merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang meliputi kinerja peneliti, penulis, author, kinerja jurnal, dan kinerja institusi iptek. Hal tersebut berguna untuk mendorong para dosen dari setiap institusi melakukan budaya publikasi ilmiah.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS, Prof Dr Adi Soeprijanto MT, menjelaskan bahwa, nilai yang berhasil diperoleh ITS yakni 1,23 (rasio dokumen per dosen). Penilaian dilakukan dengan cara membagi jumlah publikasi internasional bereputasi dalam tahun 2017 sampai 2018 dengan jumlah total dosen tetap yang ada di ITS.
“ITS memiliki 973 dosen tetap dengan 1.202 publikasi ilmiah yang terindex scopus selama dua tahun tersebut,” jelasnya.
Terkait perolehan nilai tersebut, terdapat sembilan langkah yang dilakukan ITS sebelumnya untuk menghasilkan publikasi sebanyak itu. Yakni, memberikan insentif publikasi dosen, meningkatkan jumlah dana penelitian lokal, meningkatkan kerjasama penelitian, dan mengembangkan skema pendanaan baru.
“Pengembangan skema pendanaan baru meliputi KP (Kerjasama Penelitian), KMPI (Klinik Makalah Publikasi Internasional), PAP (Program Asisten Peneliti), dan BPUP (Beasiswa Pascasarjana Untuk Peneliti),” sambung dosen Teknik Elektro ini.
Selain itu, juga terdapat progam pengembangan dan peningkatan Publikasi Online ITS (POMITS), peningkatan kinerja laboratorium melalui Lab Based Education (LBE), pengembangan program percepatan publikasi perbaikan sistem monitoring dan evaluasi. Serta pengefektifan seminar internasional dan jurnal ITS.
“Sembilan langkah tersebut kami lakukan sebaik mungkin, karena peran publikasi ilmiah sangat penting dalam membantu menyebarkan manfaat penelitian ke dunia luar,” beber mantan Direktur Pascasarjana ITS ini.