SULAWESI SELATAN – Menjadi pelajar tidak selamanya konsen dengan pelajaran bangku sekolah, tanpa disibukkan perkara lain. Keterbatas ekonomi terkadang harus menuntut siswa untuk melakukan hal lain. Misalnya, membantu orang tua yang secara ekonomi dalam tingkatan lemah.
Orang tua dari Idris, Mallu (43), warga Dusun Batu Lanteang, Desa Pattopakang, Kecamatan Mangngarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan sudah tidak bisa lagi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Ia mengalami gangguan jiwa sejak mengalami kecelakaan kerja di tahun 2011.
Istrinya juga sudah pergi meninggalkannya. Mallu hanya tinggal bersama Idris (15) dan nenek Idris, Sedo (78). Dengan kondisi tatanan keluarga itu, ekonominya lemah. Sedo juga sudah tidak mampu bekerja lagi. Satu-satunya yang bisa begerak adalah Idris. Mau tidak mau pelajar, kelas dua SMP itu banting tulang agar dapur asap bisa tetap ngepul.
“Saya harus kerja,” kata Idris sebagaimana ditulis detik.com.
“Kalau tidak siapa yang akan biayai. Saya punya nenek dan bapak yang sakit,” tandasnya lebih lanjut.
Pilihan yang ia bisa lakukan, karena baru mengantongi ijazah sekolah dasar, yakni bekerja serabutan. Apapun ia lakukan.
“Saya kerja sembarangan kalau ada orang yang minta bantuan,” ucapnya.
Upah yang diperoleh Idris selain untuk keluarganya, sebagian disimpan untuk biaya sekolah. Yang ia dapat dari kerjanya, terkadang hanya diberi makan.
“Kadang cuma dikasih makan. Syukur-syukur kalau ada yang kasih uang,” ceritanya.
Sementara itu, ibu kandungnya sudah berpisah dengan Idris, ayah dan neneknya. Ibunya sudah menikah lagi dengan orang lain.
“Saya punya dua saudara, tapi bersama ibu semua. Ibu sudah bersuami lagi,” aku Idris.
Meski begitu, Idris tetap punya cita-cita untuk bisa tetap sekolah hingga perguruan tinggi. Karena, di zaman sekarang untuk bisa menjadi pekerja di kantoran adalah berijazah sarjana.
“Mudah-mudahan saya masih bisa kerja terus untuk bisa sekolah dan bisa kuliah. Kata orang cuma sarjana saja yang bisa bekerja di kantor-kantor,” cetusnya.
Tak hanya bekerja dan sekolah, Idris juga harus merawat ayah dan neneknya. Neneknya dahulu adalah petani, penggarap sawah milik warga. Kini karena sudah uzur, Sedo sudah tidak kuat lagi bekerja.
“Cuma dia saja yang kerja cari uang. Neneknya sudah tidak bisa jalan. Bapaknya cuma duduk saja termenung karena gila,” kata tetangga Idris, Ridwan Tate.