MAGELANG – Penggunaan Bahasa Jawa di masyarakat, dinilai berangsur-angsur mulai pudar. Anak – anak saat ini cenderung lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia untuk komunikasi sehari-hari. Kondisi ini berbanding terbalik dengan trend penggunaan Bahasa Jawa puluhan tahun silam.
Meski kondisi demikian, di Kota Magelang, Jawa Tengah terdapat sekolah Bahasa Jawa yang diikuti berbagai kalangan masyarakat. Para siswa kursus pembawa acara dan berpidato bahasa jawa (pawiyatan panatacara tuwin pamedar sabda) berasal dari berbagai instansi baik negeri maupun swasta.
Ketua Penyelenggara Pawiyatan Lukita Sari menjelaskan, Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) dibentuk untuk mewujudkan masyarakat Indonesia berbudaya yang mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan jaman. Selain itu, juga untuk membentuk masyarakat yang maju dan berbudaya.
Setelah melalui beberapa rangkaian pendidikan, para siswa kemudian diwisuda. Pada pekan ini wisuda dilaksanakan di Pendopo Pengabdian Rumah Dinas Walikota Magelang.
“Siswa yang diwisuda tidak hanya berasal dari Kota Magelang saja, namun juga dari luar daerah. Yakni dari Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang,” katanya.
Sampai saat ini, wisuda sudah dilakukan sebanyak 25 kali dengan jumlah siswa 763 orang. Adapun untuk wisuda tahun ini untuk angkatan XXV. Ada sebanyak 56 siswa yang diwisuda. Para wisudawan dan wisudawati terdiri dari 19 guru, 18 karyawan swasta/wirausaha, 9 Aparatur Sipil Negara (ASN), 1 pensiunan Pemkot Magelang, 2 Purnawirawan TNI, 2 TNI aktif, 2 perangkat desa/kelurahan, 1 seniman, 1 reporter radio, 1 anggota DPRD Kota Magelang.
Sementara itu, Walikota Magelang Sigit Widyonindito berharap ilmu dan wawasan yang didapat dalam kursus dapat berguna. Tidak hanya mengembangkan potensi pribadi, namun juga dapat ikut serta melestarikan bahasa Jawa.
“Saya berpesan, agar Permadani selalu memajukan kebudayaan Jawa. Kursus pamedar sabda dan panatacara supaya bisa dijalankan secara terus menerus,” katanya.
Ia merasa bangga karena para siswa sudah berhasil menyelesaikan pendidikan kursus panatacara dan pamedarsabda. Menurut dia, menjadi pembawa acara berbahasa Jawa itu tidak mudah. Menjadi pembawa acara berbahasa Jawa tidak hanya butuh bakat dan niat saja. Namun, juga diperlukan ketelatenan dan pembelajaran yang terus menerus.
“Perbanyak membaca dan latihan terus menerus, miliki kemauan yang keras. Kalau tidak ada yang mengundang ya lathan sendiri, kalau perlu pakai sound sistem,” jelasnya.