Siedoo.com -
Internasional Opini

Melestarikan Bahasa Ibu sebagai Kekayaan Budaya

Siedoo, BANYAK yang belum tahu dalam bulan Februari ada peristiwa penting yang patut diperingati. Peringatan yang kental dengan pendidikan dan kebudayaan. Peristiwa itu adalah Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day).

Penetapan Hari Bahasa Ibu Internasional memang belum lama. Bahkan, UNESCO menetapkannya melalui proses panjang.

Mula-mula Bangladesh mengusulkannya pada 1996 silam. Melihat dasar-dasar dan berbagai alasan dari usulan tersebut, akhirnya pada 1999 UNESCO menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.

Penetapan ini sangat mendasar, mengingat bahasa ibu di berbagai belahan dunia berangsur punah akibat berkurang penuturnya. Seperti bahasa Tasmania. Menurut sebuah penelitian, ada 6 (enam) hingga 10 (sepuluh) bahasa ibu hilang setiap tahunnya. Demikian laporan UNESCO ketika mengadakan konferensi di markasnya, Paris, Prancis pada November 1999. Hingga saat itu, di dunia ini tercatat tinggal 6.703 bahasa ibu.

Perbedaan Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahasa Ibu artinya bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir. Melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya. Seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Dengan demikian, pada dasarnya, bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari seseorang sejak kecil. Menjadi dasar pemahamannya secara alamiah.

Menurut Wikipedia, meskipun dituturkan 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa daerah yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.

Bagaimana bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda? Apakah bahasa Indonesia bukan bahasa ibu, setelah Sumpah Pemuda? Kita harus dapat memahami bunyi ikrar Sumpah Pemuda.

Hal ini karena masih banyak yang salah dalam memahami Sumpah Pemuda.  Sumpah Pemuda mengikrarkan bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Baca Juga :  Terinspirasi Guru, Anatri Mahir Sastra Jawa

Jadi jelaslah, bahwa Sumpah Pemuda tidak pernah mengikrarkan berbahasa satu. Tapi, menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Inilah salah satu hebatnya generasi pejuang negeri ini. 

Berani menatap ke depan dalam setiap langkahnya. Coba Anda bayangkan, apa yang terjadi seandainya bunyi ikrar ketiga dalam Sumpah Pemuda juga menyatakan adanya satu bahasa di negeri ini?

Keluarga Sebagai Kunci Utama Kelestarian Bahasa Ibu

Di atas dijelaskan bahwa, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan untuk mempermudah komunikasi antar-WNI.

Mengingat Indonesia terdiri atas ratusan bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu.
Kelestarian bahasa ibu tergantung dari jumlah penuturnya. Semakin banyak, berarti bahasa ibu tersebut masih bisa bertahan. Namun bila semakin sedikit dan terus berkurang, bisa jadi bahasa ibu tersebut berangsur punah.

Contoh bahasa ibu bagi masyarakat Jawa adalah bahasa Jawa. Maka perlu kita semua melestarikan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Kecil kemungkinan, selain suku Jawa akan melestarikan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.

Meskipun kita jumpai orang dari suku lain fasih berbahasa Jawa. Bahkan turis mancanegara sekalipun. Mereka tidak mungkin akan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu mereka. Kefasihan mereka karena belajar budaya Jawa termasuk bahasa Jawa. Bukan untuk digunakan keseharian.

Sebagai orang Jawa, berbanggalah bila masih menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari selain bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Pendidikan kepada anak-anak bertutur kata dalam keluarga akan lebih baik tetap menggunakan bahasa ibu. Selain lebih menghormati, penggunaan bahasa ibu dalam keluarga merupakan cara efektif melestarikan bahasa ibu.

Bagaimana orang tua bertutur kepada anak-anaknya. Bagaimana pula anak berbicara kepada ayah dan ibunya. Ini akan mempengaruhi karakter anak sebagai penerus bangsa dan pelestari budaya nenek moyang. Termasuk bahasa ibu mereka.

Baca Juga :  Pembelajaran Atraktif Berbahasa Inggris, Atasi Mahasiswa Kurang PD

Bahasa di Indonesia jumlahnya ribuan. Menurut pengamatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayan sejak 1991 hingga 2017, telah mengidentifikasi dan memvalidasi 652 bahasa ibu dari 748 bahasa daerah yang tersebar dari 2.452 daerah pengamatan.

Jumlah tersebut belum termasuk dialek dan subdialek. Sehingga, bahasa ibu bisa jadi tergantung penutur menurut dialek atau subdialeknya.

Dari uraian di atas, menunjukkan dalam pendidikan bertutur menggunakan bahasa ibu, keluarga memegang peran penting. Di samping sekolah dan masyarakat. Sehingga, menggunakan Bahasa ibu berarti melestarikan Bahasa ibu sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selamat memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional.!

*Narwan, S.Pd
Guru SD Negeri Jogomulyo
Tempuran, Magelang, Jawa Tengah.

Apa Tanggapan Anda ?