BANDUNG – Presiden National University of Singapore (NUS) Prof. Tan Eng Chye melakukan kunjungan kerja ke kampus Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Kamis (8/3/2018). Prof Tan berkesempatan mengisi “Studium Generale” di hadapan sivitas akademika Unpad. Sejumlah pimpinan Unpad turut hadir seperti Wakil Rektor, Direktur, Sekretaris Direktur, dan Kepala Kantor.
Ada yang menarik saat Prof. Tan menjelaskan tentang upaya menguatkan softskill mahasiswa NUS. Ia mengatakan, perguruan tinggi harus berkreasi menciptakan diri untuk gagal.
Ini jelas berbeda dengan langkah perguruan tinggi lain yang mendorong mahasiswa untuk berhasil. Menurut dia, gagal adalah pelajaran yang sangat penting.
“Di NUS, ketika gagal, kita beri kesempatan kedua. Ini mendorong mahasiswa untuk kembali berdiri dari kegagalannya dan bertarung kembali,” ujar Prof. Tan.
Dari kegagalan tersebut, mahasiswa akan menemukan pengalaman bagaimana menghindari kegagalan serupa. Ini akan mendorong mahasiswa memiliki motivasi untuk menghasilkan inovasi yang lebih baik. Konsep ini nyatanya banyak membuat mahasiswa NUS menjadi sukses berkat kegagalannya.
Konsep ini sangat diterapkan dalam aktivitas riset dan pembelajaran di NUS. Bahkan, pada program kewirausahaan—salah satu program unggulan di NUS—konsep ini diterapkan saat magang di dunia industri.
“Kita attach mereka di industri start up. Mereka lakukan apa saja dalam mengembangkan usaha. Banyak yang gagal, tapi mereka pelajari kegagalannya. Mereka analisis kenapa bisa gagal,” kata Prof. Tan.
Saat memberikan kuliah umum tentang strategi NUS menjadi universitas terbaik di Asia, Prof. Tan mengatakan, perguruan tinggi harus siap menghadapi tantangan persaingan global saat ini. Salah satunya menghadapi era revolusi industri tahap 4.
“Untuk siap bersaing, kita harus mempekerjakan dosen dan staf terbaik. Serta, merekrut mahasiswa-mahasiswa terbaik,” jelasnya.
Sebagai perguruan tinggi terbaik pertama di Asia Tenggara dan peringkat 15 perguruan tinggi terbaik dunia versi QS World University Rankings, menyiapkan sumber daya manusia yang siap berdaya saing adalah sebuah keharusan. Setiap tahunnya, NUS merekrut 7.000 mahasiswa baru. Hal ini menjadi tantangan NUS dalam menyiapkan 7.000 mahasiswa tersebut siap berdaya saing di tingkat Singapura maupun dunia.
Lebih lanjut Profesor Matematika tersebut menjelaskan, salah satu strategi yang dilakukan NUS adalah membuka diri terhadap dunia. Mahasiswa, dosen, maupun staf bukan hanya berasal dari Singapura. Tetapi juga dari internasional. Sebaliknya, para mahasiswa NUS juga aktif dikirim ke sejumlah perguruan tinggi terbaik di dunia.
“Singapura itu kecil, Anda bisa lihat semua penerbangan di bandara adalah penerbangan internasional. Untuk itu, mahasiswa NUS kita dorong untuk bisa melihat dunia,” ucapnya.
Namun, program ini tidak menjadikan mahasiswa NUS hanya sekadar berkuliah dan berinteraksi dengan sesama warga negara Singapura. Mahasiswa didorong untuk terjun di masyarakat global, melakukan interaksi, dan memahami budayanya. Mereka juga didorong untuk melakukan kolaborasi akademik dan penelitian.
Keterbukaan ini yang menjadikan NUS bukan hanya milik warga Singapura. Sebanyak 50% jumlah profesor NUS saat ini berasal dari internasional. Di tingkat mahasiswa, 15% mahasiswa internasional mengisi program undergraduate. Sedangkan di program graduate, 70% diisi oleh mahasiswa internasional.
Program joint degree banyak dilakukan NUS dengan sejumlah perguruan tinggi terkemuka dunia. Bahkan, saat ini NUS memiliki tiga program pendidikan hasil kerja sama dengan perguruan tinggi asing. Yaitu, Duke University, Peabody Institute of John Hopkins University, dan Yale University.
Sebagai perguruan tinggi bertaraf internasional, NUS berupaya menghadirkan dunia ke dalam kampusnya. Internasionalisasi menjadi visi tunggal perguruan tinggi tersebut.
Di hadapan peserta kuliah, Prof. Tan membuka peluang melakukan pertukaran mahasiswa ke NUS. Saat di NUS, mahasiswa Unpad juga berkesempatan diikutsertakan pada program pengiriman mahasiswa dengan perguruan tinggi mitra NUS.
Tidak hanya itu, mahasiswa NUS juga akan dikirim ke Unpad. Saat di Unpad, Prof. Tan mendorong mahasiswa tersebut juga diikutsertakan pada program pertukaran pelajar dengan perguruan tinggi mitra Unpad.
Selain mengisi Studium General, Prof. Tan juga menandatangani MoU antara NUS dan Unpad. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan antara Prof. Tan dan Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad di Ruang Rektor, Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor. Rektor mengatakan, kerja sama ini diharapkan dapat melahirkan kolaborasi yang dapat memberi manfaat bagi kampus maupun masyarakat.
Rektor juga mengungkapkan bahwa saat ini Unpad berkomitmen untuk berkontribusi lebih kuat lagi untuk Jawa Barat. Terutama dalam aspek hukum dan lingkungan. Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks, kuncinya adalah kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Kerja sama juga perlu dilakukan dengan negara-negara tetangga khususnya di Asean. NUS memiliki reputasi, dimana kami bisa belajar banyak hal,” kata Rektor.