YOGYAKARTA, siedoo.com – Untuk membantu para penyandang tunanetra dalam memudahkan bermobilitas, sekelompok mahasiswa prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY merancang My Journey. Seperti apa?
———
Mereka adalah Dewi Meiliyan Ningrum, Kenanga Kusuma Murdiyani, Ardian Haryo Suseno dan Khairil Mursyidin.
Menurut Dewi Meiliyan Ningrum inovasi pada aspek pembelajaran My Journey ini meliputi penggunaan media hingga evaluasi pembelajaran untuk membantu peserta didik hambatan penglihatan melawat mandiri ke toko/swalayan.
“Pada media kami mengintegrasikan dengan beberapa aplikasi seperti Lookout dan google maps yang sekaligus menjadi teknologi asistif ditambah dengan talkback di masing-masing handphone peserta didik,” katanya.
Kemudian, lanjutnya, untuk tahapan evaluasinya pihaknya menggunakan padlet yang sudah dapat terakses dengan talkback juga dapat melampirkan audio maupun foto yang memfasilitasi berbagai gaya belajar peserta didik” katanya.
Tidak hanya jenis hi-tech tapi juga low tech seperti tongkat tunanetra dan peta string yang merepresentasikan bentuk jalan.
Kenanga Kusuma Murdiyani menambahkan fungsi google maps yaitu sebagai penunjuk rute menuju lokasi yang ingin dituju.
“Cara penggunaannya yaitu mengaktifkan GPS terlebih dahulu, membuka aplikasi google maps, masukkan nama lokasi yang hendak dituju, pilih opsi ‘rute’, kemudian pada bar atas pilih jalan kaki” kata Kenanga.
Sedangkan fungsi lookout yaitu untuk mengenali benda atau nama produk yang hendak kita beli. Cara menggunakan aplikasi Lookout yaitu dengan memilih mode yang akan digunakan.
Misalnya hendak mencari barang maka gunakan mode jelajah, arahkan kamera handphone ke objek yang akan diidentifikasi, dengarkan deskripsi visualnya.
Dikatakan Ardian Haryo Suseno bahwa pada mulanya mereka melakukan asesmen diagnostik untuk menentukan kemampuan awal dan kesiapan belajar siswa hingga diketahui bahwa kemampuan yang paling rendah adalah orientasi mobilitas.
Sehingga dibuatlah inovasi microteaching orientasi mobilitas materi melawat mandiri berbantuan teknologi asistif yang dinamai My Journey. Pada akhirnya siswa mampu menunjukkan keterampilannya dalam melawat mandiri.
Aspek komunikasi siswa juga terbangun dari interaksinya dengan masyarakat saat berjalan ke luar sekolah dan ketika membeli barang di toko. My Journey ini merupakan aplikasi microteaching yang dapat digunakan para guru dalam membimbing siswanya yang berkebutuhan khusus.
Karya ini membawa para mahasiswa tersebut menjuarai Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) pada divisi Microteaching Digital yang diselenggarakan di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Dosen pendamping tim Rendy Roos Handoyo, M.Pd merasa gembira dengan capaian ini dan mengharapkan agar karya mahasiswa tersebut dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi UNY namun juga bagi para guru di Indonesia. Khairil Mursyidin berkeinginan agar karya ini dapat membantu guru-guru di SLB untuk mengintegrasikan teknologi dengan pembelajaran.
“Karya ini sudah kami daftarkan di HKI, sehingga bisa diperbanyak modul ajarnya kemudian dipakai di sekolah” tutup Khairil. (uny/siedoo)