YOGYAKARTA, siedoo.com – Seni adalah puncak kebudayaan yang mencerminan peradaban yang di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa. Nenek moyang Indonesia adalah bangsa yang cerdas dalam pewarisan nilai-nilai moral melalui seni.
Hampir semua kajian penelitian, menunjukkan bahwa dalam kesenian daerah Indonesia termasuk musik mengandung nilai-nilai hidup yang dipegang teguh oleh anggota masyarakatnya. Sayang sekali pada dekade ini pewarisan seni tradisional mengalami penurunan bila dibandingkan pada masa sebelumnya terutama dekade 1980-an.
Pada masa itu anak-anak sangat mengenal musik daerah. Gempuran budaya modern menyebabkan lagu-lagu daerah hampir punah. Pada tahun 1930-an, Hans Overbeck mengemukakan lagu-lagu dolanan anak Jawa terdapat 690, namun pada tahun 2015 Jui-Ching Wang menemukan tinggal 152.
Enam tahun kemudian, dari 152 lagu tersebut hanya 40 persen yang dikenali. Surutnya kepopuleran musik daerah dikarenakan generasi muda saat ini lebih banyak mendengarkan musik mancanegara dibandingkan musik Indonesia.
Akibatnya lagu-lagu asing lebih disukai. Bahkan, hasil survey terhadap 83 remaja menunjukkan 13 persennya ingin menjadi warga negara Korea, karena menggandrungi K-Pop. Apabila hal ini terus berlanjut maka musik daerah akan benar-benar punah dan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia akan terkikis.
Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dengan mengenalkan kembali musik daerah kepada generasi muda. Mengingat salah satu penyebab kurang dikenalnya musik daerah oleh generasi muda Indonesia dikarenakan promosi lagu mancanegara lebih gencar.
Maka, cara efektif melestarikan musik daerah adalah dengan mempromosikannya secara besar-besaran pula, salah satunya memproduksi multimedia musik daerah secara massal dalam bentuk video klip. Hal ini menjadi perhatian sekelompok dosen UNY yang memberdayakan mahasiswa dalam produksi multimedia musik daerah untuk penyiapan lapangan kerja berbasis ekonomi digital.
Mereka adalah Dr. Kun Setyaning Astuti, Prof. Samsul Hadi, Prof. Maman Suryaman, Prof.Tri Hartiti Retnowati, Dr. A.M. Susilo Pradoko, Dr. Cipto Budi Handoyo, Dr. Else Liliani, dan Dr. Siswanto.
Menurut ketua kelompok Kun Setyaning Astuti, mereka selama ini mempromosikan musik daerah melalui enam buah musik daerah melalui link youtube yang diputar dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti pada saat mengajar di kelas maupun ketika menjadi dosen tamu, presentasi dalam kegiatan seminar baik nasional maupun internasional, dan kegiatan pegiatan pelatihan kesenian tradisional.
“Namun dengan mempromosikan tiga lagu musik daerah tersebut masih jauh dari memadai. Jumlah tersebut sangat tidak sebanding dengan musik mancanegara yang beredar di tengah generasi milenial Indonesia. Untuk itu perlu ditambah produksi multimedia musik daerah dalam jumlah yang lebih besar dan menjangkau musik daerah di seluruh wilayah Indonesia,” katanya.
Dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY tersebut menggandeng mitra kerja CV Ruang Media Indonesia dalam membuat rekaman video klip multimedia musik daerah sekaligus memberikan kesempatan kepada para dosen untuk mengembangkan ilmu dan memberi peluang kepada mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja.
Tujuannya memproduksi multimedia musik daerah secara massal sehingga generasi muda lebih mengenal musik daerah bangsa Indonesia, meningkatkan eksistensi dan income mitra melalui ekonomi digital dan memberdayakan mahasiswa dalam kegiatan produksi multimedia musik daerah untuk persiapan memasuki dunia kerja.
Serangkaian pekerjaan digelar dalam kegiatan ini mulai dari identifikasi judul, nilai hingga elemen musik daerah, menyusun naskah, pemilihan talent, membuat aransemen, pembuatan rekaman gambar dan audio sampai editing, mixing dan pemasarannya.
Sebagai talent terpilih Ghea Indrawari yang juga alumni FBS UNY dengan lokasi pengambilan gambar di Kalimantan Selatan dengan pendanaan dari Matching Fund-Kedaireka Kemendibudristek.
Menurut Maman Suryaman dengan diproduksinya multimedia musik daerah dalam bentuk video klip musik daerah yang menarik dan akurat secara besar-besaran dapat diperkenalkan kepada generasi muda milenial terutama yang saat ini duduk di bangku SD, SMP, dan SMA tentang musik-musik daerah asli Indonesia sehingga generasi milenial lebih mengenal musik daerah.
“Harapannya dengan mengenal musik daerah, generasi muda lebih memahami nilai-nilai ideologi dan nilai-nilai Pendidikan yang harus dianut dan dijadikan pegangan hidup sebagai bagian dari bangsa Indonesia, sekaligus dapat melestarikan kesenian tradisional bangsa Indonesia,” katanya. (uny/siedoo)