YOGYAKARTA, siedoo.com – Kampus Mengajar merupakan kegiatan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang memberikan kesempatan bagi para mahasiswa dan mahasiswi untuk memberikan sumbangsih dalam bidang pendidikan.
Mahasiswa diberi kesempatan mengajar di jenjang pendidikan mulai PAUD hingga SMP.
Kampus Mengajar juga telah menetapkan bahwa mahasiswa program studi PGPAUD dan PGSD dapat mengabdi dan mengajar maksimal pada jenjang Sekolah Dasar.
Sedangkan mahasiswa dengan program studi Non PGPAUD dan PGSD dapat mengabdi pada jenjang Sekolah Dasar (SD) ataupun pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Salah satu mahasiswa UNY yang berkesempatan mengikuti Kampus Mengajar ini adalah Latifah Rachmalia Eko Basuki. Mahasiswa program studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY tersebut mengabdi di SDN Caturtunggal 4 Sleman Yogyakarta.
Menurut Kepala SDN Caturtunggal 4 Sleman Sri Astuti, para mahasiswa Kampus Mengajar terlebih dahulu mendiskusikan perkembangan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar selama pandemi covid-19, pembagian kelas ketika melakukan blended learning, metode pembelajaran yang dilakukan oleh pihak sekolah, perkembangan teknologi guru/peserta didik, administrasi sekolah, dan harapan sekolah pada mahasiswa, termasuk apa yang diinginkan untuk dikembangkan di sekolah.
Dari sini Latifah mengambil beberapa program kerja diantaranya bimbingan belajar membaca dan kegiatan belajar mengajar bagi siswa.
Alumni SMKN 7 Yogyakarta tersebut merasa gembira dapat menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku kuliah.
“Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak anak Sekolah Dasar yang duduk di kelas 2-4 SD masih belum bisa membaca dan masih banyak anak yang kesulitan dalam mempelajari pembelajaran yang berkaitan dengan angka,” katanya, Selasa (23/8/2022).
Untuk itu kegiatan bimbingan belajar membaca dilakukan 3 kali seminggu di ruang perpustakaan dan ruang UKS. Setiap sesi mahasiswa dapat mengajar 1-2 siswa untuk belajar membaca. Latifah mendapatkan pengalaman dalam mengajar, meningkatkan rasa sabar dalam menghadapi beberapa karakter siswa, mengembangkan beberapa strategi dalam memberikan pengajaran membaca kepada siswa.
“Bahkan, ketika di lapangan ada anak yang terkadang tidak bersemangat sekolah, tidak mau membaca hanya diam saja, disinilah peran saya sebagai guru sangat diuji. Saya harus membujuk anak supaya bisa lebih bersemangat untuk sekolah lagi dan mau untuk belajar membaca. Dalam hal ini saya juga harus lebih berinovasi dalam mengembangkan strategi pembelajaran, supaya belajar membaca tidak membosankan dan pastinya mudah,” kata Latifah.
Strategi pembelajaran yang dilakukannya yaitu membaca menggunakan buku baca, melalui flashcard, membaca kartu huruf buatan sendiri, menggunakan aplikasi berbasis Android, menggunakan buku dongeng, dan melalui buku tematik siswa. Melalui ragam strategi tersebut, harapannya siswa tidak mudah bosan dan lebih bersemangat lagi dalam belajar membaca.
Gadis kelahiran Yogyakarta 26 Mei 2001 itu mengatakan bahwa Program Angka Ketuntasan Minimum (AKM) Kelas mengajarkan siswa untuk dapat mengerjakan soal-soal literasi dan numerasi dengan menggunakan teknologi (komputer).
Kegiatan AKM Kelas ini merupakan langkah pengenalan pembelajaran menggunakan teknologi komputer, sebagai persiapan siswa ketika berada di kelas 6 Sekolah Dasar.
Beruntunglah sekolah ini sudah memiliki perangkat komputer yang cukup, sehingga siswa dapat belajar mengerjakan soal-soal menggunakan komputer.
“Kegiatan AKM Kelas ini mengajarkan saya dan teman-teman saya untuk melek teknologi, yang mana kami dituntut untuk dapat menginstal software AKM Kelas yang telah disediakan oleh pihak Kementerian. Tidak hanya itu saja, kami harus dapat menghubungkan software tersebut antara komputer utama ke beberapa komputer lainnya,” kata Latifah.
Anak-anak juga dapat belajar mengerjakan soal-soal literasi dan numerasi berbasis komputer. Kemajuan teknologi seperti saat ini, harus dapat dikenalkan dengan siswa pada jenjang Sekolah Dasar, agar nantinya anak akan terbiasa belajar menggunakan teknologi, dan mengurangi penggunaan kertas.
Menurut putri pasangan Basuki dan Supartini Eko Siwi, kegiatan belajar mengajar siswa ini memiliki banyak sekali kisah yang menarik. Mengajar dengan penuh rasa kesabaran ternyata membuahkan hasil.
“Semangat dan antusias siswa dalam belajar menjadikan saya lebih bersemangat dalam mengajar. Bahkan, terkadang siswa meminta waktu lebih untuk belajar,” ujarnya.
Warga Karang Bendo Kulon, Banguntapan, Bantul itu menerapkan strategi belajar sambil bermain, yang membuat siswa tidak mudah bosan dan jenuh ketika mengikuti pembelajaran.
Selain itu juga membuat quiz interaktif dan belajar menggunakan media ajar yang diajarkan kepada siswa. Hal ini membuat siswa semakin ingat mengenai materi yang dipelajari. Rasa sayang siswa benar-benar dirasakan.
“Selain itu, ketika saya berangkat dan turun dari kendaraan saya, pasti ada siswa yang mengikuti saya hingga ke basecamp Kampus Mengajar,” katanya.
Kampus Mengajar Angkatan 3 benar-benar memberikan pengalaman yang luar biasa pada dalam diri saya yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Begitu banyak kisah, cerita, dan kenangan suka duka yang tidak terlupakan selama saya mengabdi di SD Negeri Caturtunggal 4 ini.
“Panggilan sapaan ‘Ibu Tifa’ dari siswa selalu saya ingat. Pelukan hangat siswa ketika saya turun dari motor, berjalan di lapangan, dan bahkan ketika memasuki ruang kelas sangat membekas hingga saat ini,” tutup Latifah. (siedoo)