Siedoo, Samuel salah satu mahasiswa di Yogyakarta memiliki bisnis Kedai Kopi Kampus, usahanya ini fokus ke produk minuman kopi kekinian. Berawal dari kecintaan pada minuman kopi dan pengalaman kerja di sebuah kedai kopi, Samuel membulatkan tekad untuk membuka kedai kopi pada Februari 2020 lalu.
“Produk yang kami pasarkan berupa es kopi susu dengan berbagai varian rasa dan beberapa minuman non-kopi sebagai pelengkap menu. Saat itu saya harus memikirkan dengan keterbatasan modal, bagaimana saya bisa buka kedai kopi yang secara kualitas tidak kalah dari kedai terkenal lain,” kata Samuel.
Dalam usaha yang ia rintis, ia lebih menitikberatkan dalam membangun image digital melalui sosial media dan online food. Untuk promosi usahanya, Samuel mencoba menawarkannya terlebih dahulu kepada kerabat dan teman dekatnya.
Menurutnya, proses ini sangat dibutuhkan karena bisa menjadi sarana promosi peer to peer yang gratis dan apabila kualitas produk memang meyakinkan, maka metode ini sangat bermanfaat. Sarana kedua yaitu melalui iklan di Instagram.
Ia memilih Instagram sebagai salah satu media promosi karena hampir semua orang memiliki Instagram. Terutama target pasarnya yaitu anak-anak kampus.
Selain itu, Samuel juga rutin mengikuti promosi-promosi via Go-Food atau Grabfood, serta menyediakan berbagai pembayaran cashless yang menawarkan banyak promo cashback.
Usahanya ini mendapat perhatian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ia berhasil mendapatkan hibah Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI), program yang diinisiasi oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI sebagai implementasi kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).
Dalam program KBMI 2021 ini, tim yang terdiri dari Samuel Eljoy Wibowo, Matius Krisna Gunarno, dan Raymond Kurniawan (ketiganya mahasiswa Informatika Angkatan 2017) mengajukan usaha yang fokus pada bidang kuliner.
Awalnya ia mendapat informasi terkait program KBMI dari salah satu dosen Informatika. Samuel lantas mengajak Krisna dan Raymond untuk menyusun proposal pengembangan bisnis Kedai Kopi Kampus.
“Awalnya hanya iseng mendaftar untuk menambah poin keaktifan. Namun dalam proses penyusunan proposal, kami semakin bersemangat untuk mengembangkan bisnis ini,” ungkapnya.
Tidak hanya dari segi profit, tim juga berharap memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar seperti memberikan lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Tim pun kemudian berkonsultasi ke Kepala Centrino terkait pengajuan proposal kami.
Melalui hibah KBMI ini, Samuel berharap usahanya bisa berkembang lebih besar lagi. Dana yang diterima akan digunakan untuk mengembangkan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. Ia juga sedang merancang program kopi kampus sebagai sarana edukasi para penikmat kopi kampus.
“Kami sudah berbagi tugas, saya mengontrol langsung bisnis kopi kampus mulai dari memastikan suplai, manajemen pegawai, kualitas produk, dan keuangan. Sedangkan Krisna lebih fokus dalam pengembangan program kopi kampus dan menjalin mitra,” urainya.
Sementara itu, Raymond fokus ke publikasi media dan pemasaran. Selain meningkatkan profit, ia juga berharap bisa membangun sebuah komunitas yang bisa menjadi wadah bagi para penikmat kopi, khususnya mahasiswa. Sehingga mereka dapat belajar seluk beluk bisnis kopi serta memanfaatkan ilmu tersebut untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Keberhasilan tim ini tentu tidak lepas dari bimbingan Winta Tridhatu Satwikasanti, S.Ds., M.Sc. Dosen Desain Produk sekaligus Kepala Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) UKDW Winta Tridhatu Satwikasanti S.Ds., M.Sc. yang juga dosen pembimbing sangat mengapresiasi semangat wirausaha dan konsistensi dari Kedai Kopi Kampus.
Ia mengungkapkan bahwa ini adalah salah satu contoh bagaimana ide kewirausahaan bisa berawal dari pengalaman di luar kampus maupun hobi. Yang diperlukan adalah keberanian dan kejelian dalam menghubungkan ide awal dengan kebutuhan pasar.
Dampak sosial yang dipaparkan Samuel merupakan salah satu titik berat penilaian KBMI 2021 untuk memastikan perkembangan bisnis turut membangun masyarakat yang lebih berkualitas sesuai dengan skema Sustainable Development Goals (SGDs).
“Tantangan terbesar adalah bagaimana mempelajari perilaku konsumen dalam merespons konsep baru Kedai Kopi Kampus yang inovatif. Serta menjaga ketertarikan konsumen pada program dan tujuan Kedai Kopi Kampus,” terangnya. (*)