YOGYAKARTA – Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) meneliti tanaman ciplukan (physalis angulata) dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus. Bakteri tersebut menginfeksi jerawat. Mereka yang meneliti adalah Tia Herdiana Wardani prodi Pendidikan IPA, Nova Regina prodi Kimia dan Nur Hidayah Karo prodi Pendidikan Matematika.
Menurut Tia, semua bagian organ pada tanaman ciplukan mengandung banyak khasiat yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Salah satunya adalah bagian daun.
“Daun ciplukan berkhasiat sebagai antipiretik, analgetik, diuretik, anti inflamasi dan detoksifikasi” kata Tia.
Daun ciplukan tersebut diekstrak menjadi krim anti jerawat. Nova Regina menambahkan kulit yang berminyak menyebabkan pori-pori tersumbat, sehingga bakteri anaerobik seperti staphyloccocus aureus akan berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan timbulnya jerawat.
Karena itu dibutuhkan krim yang memiliki keefektivitasan dalam mengobati jerawat agar bakteri staphyloccocus aureus dan lainnya penyebab jerawat dapat dihilangkan.
Nur Hidayah menjelaskan, bahan yang diperlukan adalah aluminium foil, aquadest, asam asetat, asam stearat, bakteri uji staphylococcus aureus, daun ciplukan (physalis angulata L), etanol 96%, Fluid Thioglycollate Medium (Acumedia), kertas label, kertas saring.
Lalu metil paraben, parafin cair, Phytocream, propilenglikol, propilglikol, propil paraben, setil alkohol, dan tokoferol. Alat ekstraksi mencakup alu, mortar, gelas beaker, batang pengaduk, gelas ukur, pisau, rotary evaporator.
“Alat farmasetik meliputi batang pengaduk, gelas objek, homogenizer, mikroskop, penangas air, pipet tetes, pH meter, stopwatch, termometer, dan viskometer brookfield,” jelasnya.
Alat uji mikrobiologi mencakup autoklaf, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, inkubator, jarum ose, lampu spirtus, pinset, spektrofotometri, spoit, dan tabung reaksi.
Langkah pertama adalah pembersihan sampel daun ciplukan lalu dibuat ekstraknya baru diolah menjadi krim. Dibuat tiga rancangan formula krim ekstrak etanol daun ciplukan dengan tipe M/A (minyak dalam air) dengan menggunakan variasi konsentrasi emulgator phytocream masing-masing 3 gram pada formulasi 1, 4 gram pada formulasi 2 dan 5 gram pada formulasi 3.
“Krim sediaan dibuat dengan cara melebur sediaan minyak (setil alkohol, asam stearat, propil paraben, parafin cair, dan Pytocream) hingga suhu 70 dan fase air (metil paraben, propilenglikol, dan aquades) dipanaskan hingga 70,” jelasnya.
Fase minyak dicampur ke dalam fase air lalu dihomogenizer sampai terbentuk masa basis krim yang homogen. Pada suhu 45-55 dimasukkan alfa tokoferol dan ekstrak etanol daun ciplukan (yang telah dispersikan dengan sedikit propilenglikol) sedikit demi sedikit ke dalam basis krim lalu dihomogenizer hingga homogen.
“Masing-masing formula disimpan dalam wadah krim. Setelah melalui uji organoleptis, uji tipe emulsi, uji homogenitas dan uji stabilitas krim di laboratorium formulasi krim terbaik yaitu formulasi 2 dengan jumlah phytocream sebanyak 4 gram,” jelasnya. (Siedoo)