Siedoo.com - Drg. Rury Suryani memaparkan materi di hadapan pejabat lintas sektoral di wilayah Windusari Kabupaten Magelang Jawa Tengah pada acara acara Pertemuan Dalam Rangka Penguatan Intervensi Stuntin, Senin (7/9/2020). (foto: Narwan Siedoo)
Daerah Kegiatan

Masyarakat Diedukasi Tentang Penanganan dan Pencegahan Stunting

MAGELANG – Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan sangat pendek adalah status gizi. Di mana hal itu didasarkan pada panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah Stunted dan Serverely Stunted. Sementara Z score untuk kategori pendek  adalah -35D sampai dengan <-25D, dan sangat pendek adalah <-35D.

Hal itu terungkap dalam acara Pertemuan Dalam Rangka Penguatan Intervensi Stunting, yang digelar oleh Puskesmas Windusari, Senin (7/9/2020). Kegiatan ini dilakukan di Aula Kantor Camat Windusari Kabupaten Magelang dan dihadiri pejabat lintas sektoral di wilayah Windusari.

Camat Windusari, Subiyanto mengatakan stunting lebih banyak disebabkan kurangnya asupan gizi anak pada 1000 hari pertama kehidupannya. Sementara faktor ini disebabkan kurangnya pemahaman orang tua terhadap kesehatan anak pada masa tumbuh kembangnya.

Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang bersama Forkopimcam Windusari turut hadir dalam acara Pertemuan Dalam Rangka Penguatan Intervensi Stunting, Senin (7/9/2020). (foto: Narwan Siedoo)

Menurut Subiyanto hal itu diawali dengan rendahnya pendidikan, berlanjut dengan pernikahan dini, kurangnya pemahaman pengasuhan, pelayanan kesehatan, dan seterusnya hingga terjadinya stunting pada anak.

“Hal ini merupakan mata rantai atau lingkaran yang harus diputus melalui kerjasama berbagai pihak,” katanya.

Drg. Rury Suryani dari Puskesmas Windusari menyampaikan tingginya kasus stunting di Windusari mendorong Dinas Kesehatan dan Puskesmas mengajak lintas sektoral untuk bersama-sama menangani stunting. Program penanganan ini sudah dimulai 16 Maret 2020 lalu, namun karena pandemi Covid-19 sehingga tertunda.

“Baru pada Agustus 2020 lalu kita mulai lagi melaksanakan program. Bersama berbagai pihak lintas sektoral kita bersama-sama mengedukasi masayarakat menangani dan mencegah stunting,” paparnya.

Selanjutnya drg. Rury mengatakan pada 12-13 Agustus 2020 telah dilaksanakan pelatihan bagi para kader kesehatan tentang cara mengukur berat dan tinggi badan balita. Hal itu guna mengakuratkan data dan didukung dengan intervensi Puskesmas. Yang pertama, Intervensi Gizi Spesifik (langsung) yang ditangani Puskesmas.

Baca Juga :  Pentingnya Edukasi dan Pemahaman Tentang Bahaya Covid-19

“Yang kedua, Intervensi  Gizi Sensitif (tidak langsung) dan dilakukan oleh kerjasama lintas sektoral,” jelasnya.

Dijelaskan program inovasi yang dilakukan adalah Gelang Anting (Gerakan Penanggulangan Anak Stunting). Juga program Gardu Widuri (Gerakan Terpadu Windusari Peduli Ibu Risti).

Sementara itu Diana Nursidah, S.S.T., M.M. dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menerangkan perlunya mengedukasi masyarakat dalam pencegahan kasus stunting baru. Yaitu dengan pengasuhan yang maksimal dan asupan gizi tepat untuk anak. Seperti tercukupinya protein hewani, misalnya asupan daging dan telur.

“Selain itu dengan program Konvergensi melalui Puskesmas dan perubahan perilaku dalam penanganan stunting yang terus bersama-sama dilakukan,” terangnya.

Menurut Diana, secara umum penyebab stunting di masyarakat yaitu karena faktor budaya, fasilitas kesehatan, kebersihan lingkungan, dan penyediaan air bersih.

“Selain itu juga faktor pertanian dan penyediaan pangan, situasi politik dan ekonomi, serta sistem pendidikan,” papar Diana Nursidah, S.S.T., M.M. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?