Siedoo.com -
Opini

Membangun Kepercayaan Pada Tatanan Kehidupan Baru ‘New Normal’

Siedoo, Dunia dikagetkan dengan datangnya tamu yang dapat menyebabkan kematian. Tamu yang juga melumpuhkan semua sektor kehidupan, terutama pada sektor ekonomi yang berdampak sangat buruk dirasakan oleh seluruh negara dunia. Tamu tersebut dikenal luas dengan sebutan Covid-19. Istilah medis untuk Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), yakni virus yang menyerang sistem pernapasan.

Penyakit ini menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat hingga kesulitan bernapas sampai berujung kematian. Covid-19 merenggut kebebasan setiap insan di bumi.

Masyarakat Indonesia tak luput ikut merasakan akibat dari Covid-19, mulai dari sektor pendidikan, pariwisata, ekonomi, kesehatan dan bahkan sangat berpengaruh besar pada sektor sosial. Menyoroti sektor sosial tidak dapat dimungkiri bahwa banyak sekali efek domino yang dirasa sangat merugikan.

Yang menjadi fokus pada pembahasan sektor sosial, yaitu adanya pembatasan interaksi sosial atau pemberlakukan social distancing yang dibatasi dengan adanya penganjuran dari pemerintah untuk diam di rumah, belajar di rumah, dan bekerja dari rumah.

Tatanan baru “New Normal”

Sebagaimana kita ketahui bersama interaksi sosial sangat dibatasi. Ada hal yang sangat penting untuk kita perhatikan bersama dalam menyambut tatanan kehidupan baru “New Normal”, yaitu aspek psikologis masyarakat mengenai kepercayaan. Kepercayaan menjadi titik tekan utama yang paling penting pada semua elemen masyarakat.

Menurunnya tingkat kepercayaan seorang insan manusia kepada insan manusia lainnya dengan merasa saling mencurigai mengenai kesehatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Hal itu sangat membahayakan jika tetap dibiarkan berlanjut semakin lama, karena dapat mempengaruhi psikologis seseorang. Hal itu akan berdampak terhadap interaksi sosial pada tatanan kehidupan baru dengan saling mencurigai yang tentunya dapat menimbulkan kerugian secara moril.

Baca Juga :  Pentingnya Belajar Bahasa Inggris Sejak Dini

Dunn & Schweitzer berpendapat bahwa kepercayaan adalah kesediaan untuk menerima kerentanan berdasar pada harapan-harapan positif tentang perilaku orang (Rottenberg, 2010). Sejalan dengan hal tersebut, kepercayaan muncul dalam diri setiap individu yang terkait dengan hubungan dan karakteristik setiap masyarakat baik dalam ruang lingkup kecil maupun luas (Costa, 2004).

Dalam ranah sosial tingkat kepercayaan harus menjadi nomor satu dalam mindset masyarakat Indonesia karena itu menjadi modal utama kita untuk dapat menyongsong tatanan kehidupan baru “New Normal”. Bekal yang paling utama dalam tatanan kehidupan baru adalah sebuah “kepercayaan”.

Membangun kepercayaan tidaklah mudah. Ada strategi yang harus dijalankan dalam membangun kepercayaan. Harus adanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan juga menyambut tatanan kehidupan baru “New Normal”.

Peranan membangun kepercayaan sosial

Adapun peranan yang sangat mempengaruhi dalam membangun kepercayaan sosial pada masyarakat ada 3 (tiga) macam, yaitu:

Pertama, peran pemerintah dalam mengambil dan menentukan kebijakan yang pro terhadap kesehatan masyarakat. Juga memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara koheren mengenai penyakit Covid-19. Yaitu bagaimana penanganannya, upaya perawatan jika terpapar Covid-19 dan bagaimana protokol kesehatan yang harus dilakukan masyarakat dengan baik di rumah.

Pemerintah berperan penting dalam menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat pada tatanan kehidupan baru agar dapat disambut dengan keadaan normal oleh masyarakat. Walaupun kita disandingkan dengan keadaan berbeda “New Normal”.

Kedua, peran penting orang tua untuk memberikan edukasi dan pengertian secara mendalam mengenai Covid-19 dan pola hidup sehat kepada anak-anak di rumah. Menanamkan kepercayaan kepada anak-anak dengan mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan dan menjaga kebersihan.

Orang tua harus memberikan edukasi secara nyata kepada anak-anak dalam menjaga kesehatan dan kebersihan diri dengan anjuran protokol kesehatan. Menggunakan waktu sebaik mungkin bersama anak-anak di rumah dengan selalu memberikan pengertian mengenai Covid-19 dan cara penyembuhannya. Agar anak-anak mengerti juga percaya bahwa Covid-19 tidak selalu mematikan. Tetapi dapat disembuhkan melalui pola hidup sehat sehari-hari, dengan menjaga kesehatan dan kebersihan diri.

Baca Juga :  Pia Wulandari: Kehidupan New Normal Berkaitan Dengan Kesadaran dan Disiplin

Ketiga, aktivitas masyarakat menjadi ujung tombak dalam tatanan kehidupan baru “New Normal”. Trust masyarakat harus dibangun untuk dapat kembali hidup berdampingan dengan sesama walaupun jelas berbeda dengan keadaan sebelumnya.

Membangun kepercayaan pada masyarakat mengenai pandemi Covid-19 dengan cara memberikan edukasi, sosialisasi secara masif terhadap masyarakat. Yaitu mengenai bahaya Covid-19, penanganan penyembuhan dan juga menjaga pola hidup sehat sesuai protokol kesehatan.

Secara psikologis jika kepercayaan masyarakat tidak dibangun akan menimbulkan kesukaran pada pola pengembangan tatanan kehidupan baru dalam menghadapi kehidupan secara nyata. Membangun kepercayaan pada masyarakat dalam menghadapi tatanan kehidupan baru harus disesuaikan dengan kondisi daerah, karena kesiapan setiap daerah tentu berbeda.

Dalam hal ini pemerintah harus berperan aktif dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat mengenai konsep “New Normal”. Yaitu apa yang harus masyarakat siapkan pada tatanan kehidupan baru, apa yang harus masyarakat lakukan dengan tatanan kehidupan baru. Juga tentang apa yang harus masyarakat lewati untuk menyambut tatanan kehidupan baru.

Satu kesatuan yang teramat penting menjadi sebuah konsep matang pemerintah dalam membangun kepercayaan pada masyarakat, yaitu mengenai tatanan kehidupan baru. Mengingat, secara psikologis kepercayaan masyarakat menurun, dampak dari pandemi Covid-19. Di mana selama hampir 4 bulan pandemi Covid-19 hadir di Indonesia dan memengaruhi berbagai sektor kehidupan terutama bidang sosial. (*)

Lusiana Rahmatiani, M.Pd
Dosen Universitas Buana Perjuangan, Karawang
Kandidat Doktor Program Studi PKn
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Apa Tanggapan Anda ?