Siedoo.com -
Opini

Membantu Sekolah Menyambut New Normal

Siedoo, Menghadapi New Normal, seluruh pihak yang terkait dengan sekolah tengah mematangkan persiapan pembukaan kembali sekolah dengan mengkaji berbagai kebijakan terkait dengan protokol kesehatan. Kebijakan yang menyangkut anak-anak sekolah harus dibuat secermat dan sehati-hati mungkin. Hak anak harus menjadi pertimbangan pertama. Hak mendapatkan pendidikan secara aman, sehat, tanpa dihantui oleh wabah harus menjadi prioritas.

Anak sebagai aset bangsa yang paling berharga di atas segala-galanya tidak boleh dibuat kelinci percobaan. Harapan dan masa depan bangsa ada pada anak-anak kita. Oleh karena itu, ketika hendak menerapkan New Normal di sekolah perlu dipertimbangkan beribu-ribu kali.

Euphoria New Normal harus disingkirkan jauh-jauh ketika berbicara pembukaan kembali sekolah di saat pandemi masih mewabah. Namanya anak-anak, untuk dapat menerapkan protokol kesehatan secara ketat masih sulit. Kesadaran mereka akan kesehatan tentu harus mendapatkan pengawasan dan kontrol yang luar biasa dari guru dan orang tua.

Pematangan persiapan saat New Normal

Berbagai hal yang harus diperhatikan ketika anak-anak harus sekolah sangat terkait dengan kesiapan sekolah, orang tua, dan pemerintah.  Sekolah harus menyiapkan berbagai skenario penerapan protokol kesehatan manakala harus masuk sekolah. Pagi hari, sekolah harus mengukur suhu tubuh seluruh siswa, guru, tenaga kependidikan dan semua orang yang memasuki halaman sekolah. Tidak ada jabat tangan, baik antarsiswa, antarguru, maupun antara siswa dan guru.

Ruang kelas hanya diisi oleh 50% siswa. Tempat duduk siswa menjadi berselang 1. Satu hari masuk, dan satu hari libur, atau dibuat dua shift, pagi dan sore. Ruang guru pun menjadi hanya terisi 50% dari total guru. Guru mengajar dengan sedikit menerangkan. Jam belajar di sekolah dibuat lebih singkat, misalnya 07.00-11.00 dan 13.00-17.00. Jam masuk, jam istirahat, dan jam pulang dapat dibedakan 15 menit sehingga tidak ada penumpukan siswa di luar kelas.

Baca Juga :  Membentuk Generasi Literatif sebagai Ciri Khas Bangsa

Anak-anak ke sekolah membawa hand sanitizer, dan sekolah pun menyiapkannya di berbagai tempat strategis. Tempat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus disiapkan sejak saat ini, sehingga saat New Normal, seluruh perlengkapan tersebut sudah siap.

Seluruh penjual di kantin harus diliburkan, dan seluruh penjual di luar pagar tetap dilarang. Anak-anak membawa bekal sendiri baik makanan maupun minuman, demikian pula para guru. Tidak ada penggunaan alat makan inventaris sekolah secara bergantian baik gelas maupun piring.

Para pengantar dan penjemput tidak boleh bergerombol di luar pagar sekolah. Semuanya harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Mobil abonnement juga hanya mengisi mobilnya 50% dari kapasitas normal. Baik supir maupun siswa tetap menggunakan masker dan tidak saling mengobrol satu sama lain.

Pelajaran olahraga cukup pelajaran teori tanpa ada praktik. Salat berjamaan Dhuha ataupun Dzuhur menggunakan protokol kesehatan dengan tetap menjaga jarak dan membawa peralatan salat sendiri. Tidak ada siswa yang tiduran atau rebahan di musala sekolah. Para siswi tidak menggunakan ‘mukena’ maupun peralatan ibadah inventaris musala.

Sandal inventaris musala pun kalau perlu disimpan terlebih dahulu agar tidak ada penggunaan barang secara bergantian. ‘Microphone’ pengeras suara harus dipegang dengan menggunakan tisu sekali pakai. Siswa membawa sendiri-sendiri Alquran manakala hendak tadarus, bukan menggunakan Alquran inventaris mushala.

Kamar mandi sekolah bila memungkinkan ditambah sehingga tingkat kepadatan pengguna menjadi semakin berselang dan kebersihan dapat tetap terjaga. Tidak ada antrean yang berjubel saat hendak ke kamar kecil. Ruang UKS harus dipersiapkan dengan baik, sehingga dapat memberikan pertolongan pertama sesuai protokol kesehatan manakala ada OTG baik dari unsur siswa, guru, maupun tenaga kependidikan.

Baca Juga :  Apresiasi Pendidikan Normal Baru

Tidak ada pinjam meminjam alat belajar baik buku, pulpen, pensil, penghapus, kalkulator maupun alat komunikasi. Lembar jawab siswa tidak diserahkan kepada guru dan tidak dikoreksi oleh teman lainnya. Siswa tidak boleh menduduki tempat duduk temannya. Buku tamu di ruang piket guru pun tidak perlu diisi atau dipegang oleh tamu.

Sekolah harus rutin menyemprotkan disinfektan ke seluruh sudut sekolah manakala siswa sudah pulang. Seluruh benda yang berpeluang dipegang oleh banyak siswa seperti handle pintu kelas, buku absen kelas, finger absent, pegangan tangga naik/turun, penghapus papan tulis, pintu dan gayung kamar mandi, tombol bel sekolah, dan semua benda yang sering dipegang oleh banyak orang harus selalu dibersihkan oleh petugas.

Upacara bendara tidak diikuti oleh banyak peserta, ekstrakurikuler bisa dilakukan secara daring. Rapat guru ditiadakan diganti dengan menggunakan IT. Tidak ada ceramah umum, tidak ada kerja bakti umum, dan berbagai hal yang dapat memobilisasi siswa dalam jumlah yang banyak.

Saat pulang sekolah, orang tua harus mencuci baju, tas, sepatu dan berbagai peralatan sekolah termasuk peralatan makan dan minum dengan bersih, tidak boleh dibiarkan begitu saja seperti saat sebelumnya. Alat-alat tulis yang dibawa anak harus selalu dibersihkan. Anak juga harus langsung mandi dengan bersih, sehingga tertutup peluang akan menularkan virus kepada anggota keluarga lainnya.

Tidak boleh ada euphoria New Normal

Banyak sekali siswa yang sudah merindukan sekolah, tetapi mayoritas orang tua masih dihinggapi ketakutan, kekhawatiran dan kegundahan. Orang tua pada prinsipnya masih belum percaya akan kesiapan sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Hingga saat ini, belum banyak sekolah yang sudah mempersiapkan diri untuk menyambut New Normal. Sekolah lebih banyak bersifat menunggu arahan dan anjuran dari pemerintah. Jarang sekali yang sudah berinisiatif mempersiapkan sekolahnya dalam menyambut kedatangan siswa saat New Normal diberlakukan.

Baca Juga :  Dukung KSBN Perjuangkan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional

Dengan kondisi seperti itu, sekali lagi jangan tergesa-gesa atau euphoria menganjurkan anak masuk sekolah, sementara sekolah belum melakukan persiapan yang berarti dalam menghadapi New Normal. Tugas sekolah, guru, kepala sekolah, dan seluruh pihak yang terkait dengan sekolah sangat berat. Akan lebih baik, bersikap hati-hari, jangan ceroboh dalam menerapkan New Normal di sekolah.

Hak anak harus dihormati, di mana kesehatan dan keselamatan anak adalah nomor satu. Hak anak untuk mendapatkan pendidikan dengan sehat dan aman adalah segala-galanya.

Semoga saja, saat New Normal diterapkan di sekolah, anak-anak benar-benar aman. Orang tua tidak was-was, dan pembuat kebijakan dapat mempertanggungjawabkan keputusan yang sudah diambil. Orang tua adalah pihak yang paling berat dalam menanggung akibat yang kurang tepat. Marilah kita semuanya mempertimbangkan ulang penerapan New Normal di sekolah. (*)

Dr. Basrowi, S.Pd, M.Pd, M.E.Sy.
Pengarang Buku Sosiologi Pendidikan, dan 
Pengamat Kebijakan Publik.
Apa Tanggapan Anda ?