PURWOKERTO – Indonesia berada di area Cincin Api Pasifik dunia. Akibatnya, sebagian besar wilayah Indonesia berada di wilayah rawan bencana. Menyadari hal ini, diperlukan kesiapsiagaan dari berbagai macam pihak untuk bisa mengurangi dampak bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Anak-anak adalah pihak yang paling rentan terhadap bahaya bencana. Kemampuan yang kurang dalam menyelamatkan diri menjadi penyebab banyaknya peluang bagi anak-anak untuk menjadi korban bencana.
Melihat fenomena tersebut, tim pengabdian masyarakat dari Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Telkom Purwokerto yang terdiri dari dua Dosen Teknik Industri dan empat mahasiswa Teknik Industri mengadakan simulasi pendidikan tanggap bencana darurat untuk anak-anak Panti Asuhan Harapan Mulia, belakangan ini.
Pembelajaran bencana untuk mereka dirancang dengan sistem permainan. Dibuat empat pos. Setiap posnya mengharuskan anak-anak untuk mensimulasikan tindakan tanggap bencana yang diinstruksikan tim penjaga pos. Seluruh anak panti yang berjumlah 29 anak berusia SD sampai SMA dibagi menjadi empat kelompok.
Pos pertama berisi materi tentang simulasi penyelamatan diri saat terjadi letusan gunung berapi. Pada pos kedua, anak-anak diajari tentang simulasi lintas evakuasi sesuai dengan bencana yang terjadi.
Simulasi kotak siaga pada pos ketiga digunakan untuk mengajari anak-anak tentang cara mempersiapkan perbekalan selama di pengungsian. Pos terakhir merupakan simulasi membuat alat pelampung dari botol bekas minuman.
“Pengenalan bencana dan tindakan penanggulangannya untuk anak-anak dikemas dalam bentuk permainan agar anak tidak merasa bosan dan materi lebih mudah ditangkap,” kata Dina Rachmawaty, Dosen Teknik Industri.
Pada akhir kegiatan, dilakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman anak-anak terhadap materi-materi yang diberikan selama simulasi. Anak-anak diberikan pertanyaan berhadiah terkait materi yang sudah disimulasikan.
“Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan anak-anak akan lebih mengenal dan mengetahui cara menyelamatkan diri sendiri ketika bencana terjadi,” terangnya. (Siedoo)