GARUT – Usia anak-anak merupakan masa emas untuk mengenyam dunia pendidikan. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Fadil. Sebab, bocah berusia 13 tahun ini harus menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya.
Yang ia pilih adalah berjualan kerupuk secara keliling, dari desa ke desa, menempuh belasan kilometer di wilayah Kecamatan Cibiuk dan Leuwigoong. Ia tak kenal lelah, selalu berangkat pagi. Pulangnya siang, kadang dagangannya habis, kadang tidak.
Bila tidak laku, Fadil yang memiliki nama asli Sutrisno ini memilih memungut barang-barang bekas atau sampah untuk kemudian dijual. Istilahnya juga nyambi jadi pemulung.
Semua itu dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia tinggal bersama ibunya, Heni Rojhaeni, 36 tahun dan adiknya, Nurlarla Jamilah, 3 tahun. Saat ini ibunya tengah hamil lima bulan. Mereka tinggal di gubuk berukuran 1×2 meter persegi di Kampung Sinyar, Desa Kadungora, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
“Setiap hari keliling. Biasanya bawa 30 bungkus, dijual pakai tanggungan. Harganya lima ribu,” kata Fadil sebagaimana ditulis detik.
Kalau laku semua, ia mendapat untung Rp 15 ribu. Perbungkusnya Fadil ambil Rp 500. Dagangan itu diambil dari saudaranya. Sebelum keliling, Fadil pagi-pagi harus berjalan kaki menempuh sekitar dua kilometer untuk mengambilnya.
Fadil yang memiliki perawakan kecil ini sudah satu tahun belakangan berjualan kerupuk. Sebelumnya ia menempuh pendidikan di SDN Karangtengah 2 Kadungora.
“Katanya karena kelebihan murid. Sebelum ujian anak saya dikeluarkan. Sejak saat itu, anak saya lebih milih jualan kerupuk meski sudah saya larang. Ya mau bagaimana lagi, kita butuh uang. Kondisi saya juga sedang hamil,” tutur Heni.
Ayah Fadil yang bernama Udin sudah meninggal saat ia berusia dua tahun. Sedangkan ayah tirinya Asep Kurnia, 50 tahun, merantau ke Jambi Sumatera sejak sebulan lalu. Heni berharap agar suatu saat nanti Fadil dapat sukses dan membanggakan orang tua.
“Kalau enggak jadi polisi ya jadi tentara. Tapi jadi pengusaha kerupuk yang sukses juga saya bangga. Yang penting harus lebih baik dari saya,” tuturnya.
Mengetahui Fadil yang putus sekolah dan memilih jualan kerupuk, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta Pemkab Garut segera bergerak. Deddy mengatakan sudah menjadi kewajiban pemerintah setempat membantu meringankan beban bocah tersebut. Ia berjanji akan ikut membantu apabila memang dibutuhkan dari segi biaya.
“Yang paling tahu bupati setempat, nanti kita bisa bantu apa bantuan keuangan dan lainnya. Kalau kita ambil semua tersinggung nanti mereka (pemerintah setempat),” katanya.
Pemerintah Kabupaten Garut pun meresponnya. Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas) Disdik Garut Ade Manadin sudah berkunjung ke rumah Fadil.
“Fadil wajib untuk sekolah. Dimanapun, siapapun anak usia sekolah harus sekolah,” ucap Ade.
Soal alasan dikeluarkan dari sekolah dibantah olehnya. Ditandaskan pihak sekolah, tidak pernah mengeluarkannya.
“Orang tua Fadil ketika ditanya pihak sekolah, berdalih mau pindah ke Palembang,” ujarnya.
Lebih lanjut Ade menuturkan, Fadil disiapkan menempuh pendidikan pada tahun ajaran baru 2018 mendatang. Fadil akan bersekolah di tempat yang terdekat dari rumahnya. Terkait dengan kediamannya digubuk, pemerintah akan memindahkannya dan menfasilitasi dengan rumah kontrakan gratis.