Siedoo, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mampu memanfaatkan kulit limbah dengan maksimal. Mahasiswa merancang sepatu dari kulit limbah dipadukan motif hewan langka dengan menerapkan teknik ecoprint. Sepatu unik ini diberi nama Sikil Footwear.
Inovator tersebut adalah Nugroho Aji Wibowo, Muhammad Irfan Nurazzaq, Wulan Agustina prodi Pendidikan Kriya dan Ratna Yunita prodi Pendidikan Akuntansi UNY. Motif pada hewan langka pada sepatu ini memberikan nilai edukasi kepada masyarakat terutama konsumen.
“Informasi tentang hewan langka juga disampaikan secara tertulis pada packaging. Dengan tujuan menambah informasi dan meningkatkan kepedulian para pembeli maupun pembaca,” kata Nugroho Aji Wibowo.
Munculnya ide menarik ini tidak lepas dari kondisi perkembangan trend fashion di Indonesia beberapa dekade terakhir semakin meningkat. Mulai berupa baju maupun berupa aksesories. Hal ini didukung oleh berbagai sisi desainer lokal yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang membaik hingga sektor ritel yang ikut serta mengalami perkembangan pesat, termasuk trend sepatu.
Untuk saat ini, sepatu menjadi produk yang sangat digemari masyarakat Indonesia, khusunya dikalangan remaja. Disisi lain banyaknya produk sepatu impor yang terus memasuki pasar dalam negeri menyebabkan persaingan yang kompetitif.
Oleh karena itu setiap perusahaan sepatu bersaing menciptakan produk yang bermutu dan menarik konsumen. Dari perusahaan sepatu ini banyak terdapat limbah kulit sisa yang belum dimanfaatkan.
Melihat banyaknya limbah kulit tersebut, perlu suatu upaya yang bisa mengatasi permasalahan ini. Dari sinilah sekelompok mahasiswa UNY mencium peluang usaha yaitu memanfaatkan limbah kulit ekspor untuk produk sepatu kulit.
“Alat yang diperlukan adalah penggaris, pensil, penghapus, isolasi kertas untuk pembuatan polanya,” jelas Muhammad Irfan Nurazzaq.
Sedangkan alat pembuatan ecoprint yaitu kukusan, kompor, pemukul, plastik dan bak. Alat pembuatan sepatunya sendiri adalah mesin jahit, acuan sepatu, plong kulit, pisau kulit, pisau seset, pemasang mata ayam sepatu, catut, kaki tiga, gunting, dan cutter.
Bahannya perca jeans, perca kanvas, daun, tawas, kapur, tunjung, lem pvc, lem kuning, amplas, kulit sol, plat, kain keras sepatu, sol sepatu, mata ayam sepatu, pita sepatu, perca kulit, furing, spon ati, dan tali sepatu. Cara membuatnya pertama kali menyiapkan alat dan bahan untuk membuat sampel.
Kemudian mendesain sepatu yang akan diproduksi, membuat pola sepatu dan membuat ecoprint. Lalu memotong bahan sepatu dan dijahit untuk sampel produksi. Langkah terakhir adalah finishing dan pengecekan produk, kemudian di – packing.
Ratna Yunita menambahkan produk sepatu ini akan dijual secara online melalui aplikasi Instagram, Facebook, Tokopedia, dan Shoope. Selain itu juga dipasarkan secara offline bekerjasama dengan Toko Wenys dan Toko Dwi Jaya yang berada di daerah Manding, Yogyakarta.
Sedangkan proses produksi sepatu ini berlangsung di daerah Sentolo, Kulonprogo, Yogyakarta yang bekerjasama dengan Worklife Handicraft dalam penyewaan alat pembuatan. Karya ini juga berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan tahun 2019. (*)