MAGELANG – Mengatasi persoalan kemiskinan di masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah semata. Namun juga para akademisi yang ikut bernaung di perguruan tinggi. Pemerintah dan perguruan tinggi bisa saling berkolaborasi untuk memikirkan bersama persoalan kemiskinan di masyarakat.
Kolaborasi ini, seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Magelang dengan perguruan tinggi di wilayah Magelang, Jawa Tengah. Kolaborasi itu antara Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, Universitas Tidar Negeri Magelang (Untidar), dan Bappeda Kabupaten Magelang. Mereka kembali melaksanakan kegiatan Iptek bagi Wilayah (IbW) Kabupaten Magelang guna mewujudkan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) berbasis potensi lokal di daerah miskin.
Tim UM Magelang terdiri dari tiga dosen. Yakni, Khusnul Laely, S.Pd., M.Pd., Galih Istiningsih, S.Pd., M.Pd., dan Yulinda Devi Pramita, S.E., M.Sc. Adapun dosen dari Untidar yakni Siti Nurul Iftitah, S.P., M.P.
“Tahun ini merupakan lanjutan dari pelatihan yang telah diadakan ditahun pertama yaitu 2016,” kata Ketua Tim Khusnul Laely.
Kali ini pihaknya berusaha membuka wawasan baru dengan mengolah makanan dari bahan baku lokal. Seperti pepaya, ketela, jamur, serta dedaunan untuk dijadikan rempeyek yang diolah menjadi aneka produk. Seperti dodol pepaya, abon jamur, nugget jamur, aneka macam rempeyek, dan aneka macam kue kering. Kegiatan itu, diadakan di Balai Desa Ringinanom dengan 30 peserta kader posyandu dari dua desa. Yaitu Desa Ringinanom dan desa Sidoagung.
Selain memberikan cara membuat aneka olahan produk tersebut, tim juga memberikan bantuan berupa kompor gas beserta tabung, mixer, neraca, oven, loyang, sealer, vakum sealer, aneka ukuran baskom. Serta wajan sebagai modal mereka saat melakukan kegiatan produksi.
Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang menjadi sasaran program itu bukan tanpa alasan. Desa ini merupakan desa yang tergolong miskin. Tingkat kemiskinan mencapai 1.022 warga yang terdiri dari 668 warga miskin dan 354 warga sangat miskin.
Desa ini tergolong lambat dalam perkembangan pembangunannya, khususnya proses pembangunan ekonomi. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Angka pendidikan di Desa Ringinanom juga masih sangat rendah yaitu masih sangat banyak warga yang belum tamat SD.
Berawal dari keprihatinan itulah, Tim Iptek bagi Wilayah (IbW) kemudian menjalankan program tersebut. Tak kalah penting, tim juga melakukan pendampingan olahan makanan serta melakukan pengurusan ijin Produk-Industri Rumah Tangga (P-IRT) warga setempat. Ada lima produk makanan lokal yang dihasilkan warga dan akhirnya mendapatkan ijin P-IRT. Yakni Balok, Rengginan, Osar Asir, Peyek Petho, dan kue kering. Kegiatan tersebut dilakukan di akhir Agustus. Disamping itu tim juga melakukan kegiatan budi daya jamur yang dilakukan akhir September.
Sementara itu, Mukaromah, warga Desa Sidoagung merasa senang karena dibekali banyak ilmu untuk dapat memproduksi aneka macam makanan. Bekal ini akan digunakan untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
“Dengan membuat makanan khas untuk dijual di Pasar Jambu dan Pasar Kiringan,” katanya dengan gembira.
Hal yang sama juga diungkapkan Siti Fatimah, salah satu warga Desa Ringinanom. Ia akan membudidayakan jamur untuk menambah uang belanja keluarganya.