JAKARTA – Keluarga menjadi pendidikan pertama bagi anak. Proses pembentukan karakter ada di dalamnya. Tetapi masalahnya tidak semua orang tua mengenali potensi anak.
“Masalah pendidikan keluarga yang sering ditemui adalah orang tua belum optimal dalam mengenali potensi dan bakat anak,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kemendikbud, Harris Iskandar.
Persoalan lain, lanjutnya, belum adanya sinergi antara berbagai pihak dalam mendukung pendidikan anak. “Juga belum sinergi antara pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat,” jelasnya.
Hal itu disampaikannya saat menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Kelas Orang Tua, Menjadi Orang Tua Hebat : “Kiat Sukses Mendukung Anak dalam Pendidikan” di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Kegiatan Kelas Orang Tua berupa gelar wicara (talkshow) ini juga menghadirkan dua narasumber di bidang pendidikan keluarga, yaitu Najeela Shihab dan dr. Aisah Dahlan.
Sementara itu Najeela Shihab, yang bergerak dalam bidang pendidikan keluarga menjelaskan, setiap orang mempunyai modal cinta sebagai orang tua. Namun, setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk merealisasikan modal cintanya tersebut.
“Modal cinta adalah bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak. Namun, kembali lagi ke masing-masing individu, bagaimana caranya modal cinta itu bermakna menjadi lebih baik dan positif,” jelasnya.
Ia menambahkan, parenting atau pengasuhan adalah tanggung jawab setiap orang, bukan personal. Karena itu, untuk mendapatkan pengasuhan yang berkualitas, dibutuhkan juga kuantitas dalam waktu.
Senada hal itu, dr. Aisah Dahlan, yang juga menjadi pemerhati pendidikan keluarga menuturkan, dalam pola pengasuhan orang tua harus membedakan cara mendidik dan cara memperlakukan anak perempuan dengan laki-laki.
Menurutnya, hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan perkembangan otak perempuan dan laki-laki. Otak kanan berkaitan dengan berbicara. Sementara otak kiri berkaitan dengan bermain. Perempuan cenderung menggunakan otak kanan dan kiri, sementara laki-laki hanya menggunakan otak kiri saja.
Dengan memahami perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, diharapkan para peserta bisa menerapkan pola pengasuhan pada anak sesuai dengan kebutuhan anak.
“Kelas Orang Tua” merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan Kemendikbud.
Kegiatan ini diikuti oleh 200 orang yang terdiri dari pegawai dan istri pegawai Kemendikbud. Peserta mengikuti tiga sesi, yaitu sesi arahan kebijakan oleh Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, sesi diskusi kelompok dengan fasilitator, dan sesi diskusi interaktif dengan narasumber. (Siedoo)