Siedoo.com - PAUD IT Zaid Bin Tsabit 3 Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menggelar parenting. l foto : ist
ADV Daerah

PAUD IT Zaid Bin Tsabit 3 Borobudur Bahas “Kapan Anakku Bisa Membaca?”

MAGELANG – Tiap bulan sekali, PAUD IT Zaid Bin Tsabit 3 Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menggelar parenting. Hal ini sebagai sarana komunikasi antara orang tua dengan guru dan sarana edukasi dalam menyelaraskan tujuan pendidikan untuk putra putri di sekolah maupun di rumah.

Dalam parenting bulan ini, PAUD tersebut menghadirkan Bunda Khusnul Laely, praktisi pendidikan sekaligus Kaprodi PAUD Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, Rabu (18/12/2019).

Tema yang dibahas ‘Kapan Anakku Bisa Membaca?’. Hal ini sebagai katalisator keresahan sebagian orang tua yang mendapati putra putrinya belum bisa membaca atau melafalkan huruf dan kata di usia dini.

“Katalisator animo sebagian besar masyarakat yang mengharuskan anak mampu membaca (dan menghitung) sebelum memasuki sekolah dasar. Sehingga ketika mendapati putra putrinya belum bisa membaca kata dan huruf, orang tua menjadi resah dan akhirnya mengikutsertakan putra putrinya mengikuti les membaca dan berhitung,” kata salah satu guru, Umu Latifah, S.Pd.

Dijelaskan, padahal mengacu Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, syarat anak masuk SD adalah dilihat dari usianya serta jalur zonasi maupun jalur perpindahan tugas/pekerjaan orang tua.

“Bukan berdasarkan anak mampu membaca dan menghitung,” katanya.

Bunda Laely menyampaikan tentang bagaimana hakikat perkembangan anak usia dini yang sangat membutuhkan pendampingan orang tua dan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh kembang golden age-nya.

“Aanak yang didorong membaca sebelum waktunya anak cenderung akan bergantung pada proses otak kanan yang membuatnya matang terlalu cepat,” jelas Bunda Laely.

Akibatnya, lanjutnya, anak-anak cenderung hanya menebak-nebak kata yang tidak mereka ketahui dengan menggunakan petunjuk seperti bentuk huruf, konteks kata, atau huruf awal dan akhirnya.

Baca Juga :  Ketika Siswa Sekolah Jepang Bermain Lompat Tali

“Anak hanya akan menghafalkan huruf yang terlihat. Lalu akibatnya apa? Akibatnya anak cepat lelah setelah membaca kalimat pendek. Kalaupun anak begitu lancar membacakan huruf dan kata namun akan kesulitan mengerti makna dari apa yang ia baca. Proses tersebut membuat isi kata menjadi sulit dimengerti,” paparnya.

Dijelaskan, sedangkan ketika anak belajar secara natural, otak kirinya sudah matang dan jalur antara kedua hemisphere sudah berkembang akan menyebabkan anak lebih mudah untuk menyuarakan kata yang ia baca, memvisualisasikan arti dari bacaan dan memudahkan mereka berpikir secara abstrak.

“Mereka akan lebih mudah menggambarkan dan mengerti apa yang mereka baca,” jelasnya.

Diterangkan, pada umumnya anak siap belajar membaca dan menulis dengan lebih serius di usia 6-7 tahun, yaitu ketika sensorik dan motoriknya sudah siap.

“Apakah anak sama sekali tidak boleh diberikan bacaan sama sekali sebelum usia tersebut? Tentu tidak. Sangat berbeda sekali antara anak yang didorong membaca sebelum waktunya dengan anak yang disiapkan kemampuan pra-membacanya,” jelasnya.

“Kemampuan pra-membaca seperti apa? Yaitu membiasakan anak terbiasa melihat huruf, membacakan huruf dengan cara menyenangkan bukan didorong untuk membaca,. Sehingga dengan yang menyenangkan akan familiar dengan huruf-huruf, membuat anak lebih tertarik dengan huruf, dan nanti harapannya lebih cepat untuk membaca saat waktunya tiba,” tutupnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?