JAKARTA – Metode perkuliahan di perguruan tinggi Indonesia harus lebih inovatif, antara lain dengan penggunaan media digital, teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AI), dan Artificial Intelligence (AI).
Hal tersebut setidaknya harus dilakukan di era revolusi industri 4.0, sebagaimana dinyatakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir.
Ia mengungkapkan, selama ini biasanya dosen membaca kemampuan hanya 80 persen, maka hanya bisa diserap 40 persen. Tetapi dengan metode pembelajaran tersebut di atas bisa serap 100 persen dengan baik.
Metode seperti itu bisa dikembangkan secara keseluruhan di seluruh bidang. “Kalau metode ini sudah dikembangkan dalam bentuk film tiga dimensi (3D),” tandasnya.
“Seharusnya bisa dikembangkan lagi dalam metode online dan saya rasa akan jauh lebih baik kedepannya,” tambahnya.
Dijelaskan, metode pembelajaran seperti ini bisa membuat mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam menyerap materi yang sulit sekalipun dengan metode pembelajaran yang sangat sederhana.
Mantan Rektor Undip Semarang ini mengimbau kepada pimpinan perguruan tinggi lain untuk mulai bergerak melakukan metode pembalajaran yang baru dan inovatif ditengah perkembangan revolusi industri 4.0 yang sangat ini sedang dihadapi.
“Saya rasa perguruan tinggi harus melakukannya. Kalau kita tidak punya fasilitasnya karena biaya yang sangat tinggi, untuk itu saya selalu sampaikan untuk perguruan tinggi agar melakukan kolaborasi. Kalau tidak dengan kolaborasi rasanya itu akan sulit untuk dikembangkan,” tambahnya.
Dirinya mengatakan, Kemenristekdikti juga sudah menerbitkan peraturan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Hal ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan memudahkan akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. (Siedoo)