Siedoo, Daerah Istimewa Yogyakarta pernah mengalami bencana gempa di tahun 2006. Kondisi ini semakin meningkatnya pergerakan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa bumi.
Minimnya prosedur serta peralatan evakuasi bagi pengguna kursi roda dan paraplegia untuk dapat berlindung ketika terjadi kegempaan, menjadi perhatian serius mahasiswa. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan inovasi produk dari akademisi.
Atas kondisi ini, tim mahasiswa UKDW menawarkan produk inovasi meja perlindungan yang bersifat inklusi dan mengadopsi dari prosedur drop-cover-hold on (DCH) serta triangle of life (ToL). Produk generasi pertama ini diwujudkan oleh tim mahasiswa UKDW.
Karya mahasiswa ini mendapat apresiasi saat lomba nasional inovasi produk kebencanaan dan berhasil menyabet juara ke-3. Lomba tersebut merupakan rangkaian acara Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-6 (PIT-6) yang diadakan atas kerja sama antara Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di INA – DRTG BNPB, Sentul Bogor.
Lomba inovasi produk kebencanaan tersebut diikuti 28 peserta yang terdiri dari Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian se-Indonesia. Dalam lomba tersebut, tim UKDW diwakili oleh mahasiswa lintas fakultas yang terdiri atas Ivan S. Wicaksana (Informatika), Pic Yen (Desain Produk), Vito R. Mahadika (Desain Produk), Noviani Mandasari (Kedokteran), dan Cipta V.V. Tamelan (GAPPALA).
Selain itu, tim mahasiswa yang berlaga juga mendapat bimbingan kerja dosen lintas fakultas yang terdiri dari Winta A. Guspara, S.T., M.Sn (Desain Produk) sebagai koordinator tim, Kuncoro P. Saputro, S.T., M.Eng (Informatika), dan dr. Katherina Adisaputro (Kedokteran).
Pengembangan meja perlindungan generasi pertama ini akan dilanjutkan oleh tim UKDW setelah mendapat banyak masukan dari para juri dan ahli di bidang kebencanaan. Target di tahun 2020, generasi kedua dari meja perlindungan sudah selesai dan akan diajukan untuk mengikuti lomba inovasi produk kebencaan yang rencananya akan diadakan di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.
Melalui pengembangan meja perlindungan yang bersifat inklusi ini, diharapkan pemerintah khusunya, serta masyarakat Yogyakarta semakin mempunyai perhatian yang lebih terhadap para survivor difabel dalam menghadapi kebencanaan. (*)