JAKARTA – Dosen yang berstatus PNS yang ditugaskan di perguruan tinggi swasta (PTS) masih minim. Hal ini mendapat perhatian dari Anggota Komisi X DPR RI Ayub Khan. Ia menilai pemerintah harus segera merekrut tenaga dosen untuk memenuhi jumlah dosen yang dibutuhkan PTS.
Menurutnya, rekrutmen CPNS untuk formasi dosen beberapa pada tahun 2018 belum memenuhi kebutuhan. “Masih banyak kebutuhan dosen, harus diadakan kembali rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan dosen,” kata Ayub dilansir dari dpr.go.id.
Ia mengingatkan jangan sampai dilaksanakan rekrutmen dosen PNS, namun belum memenuhi kebutuhan. Pasalnya, jika kebutuhan dosen itu tak dipenuhi, dikhawatirkan akan berpengaruh pada mutu perguruan tinggi.
“Mutu perguruan tinggi harus diperhatikan. Karena PTS juga memiliki misi untuk meningkatkan pendidikan Indonesia. Pemerintah harus segera memenuhi kebutuhan dosen dengan merekrut tenaga pendidikan,” tandasnya.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mengakui kekurangan dosen PNS terjadi di perguruan tinggi seluruh Indonesia. Pihaknya pun pernah meminta kepada Kemenristekdikti untuk menempatkan dosen-dosen PNS di perguruan tinggi negeri (PTN) luar Pulau Jawa. Namun di sisi lain PTS juga membutuhkan dosen PNS.
“Logika menurut pemerintah, ketika mendirikan PTS sudah siap untuk dosennya. Tapi untuk meningkatkan kualitas juga perlu ada dosen ASN (PNS) diposisikan di sana. Tapi di sisi lain, dosen ASN juga masih kurang,” ujarnya.
“Jadi memang keseimbangan itu yang perlu diperhatikan. Setidaknya dosen-dosen ASN yang ditugaskan di PTS menjadi pemicu untuk mendorong, sehingga mereka bisa membangun sistem di PTS,” tambahnya.
Di sisi lain, di tahun 2018 porsi penerimaan dosen berstatus CPNS kuotanya sebanyak 8.722. Dilansir dari ristekdikti.go.id, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, mengatakan jumlah tersebut belum mampu mengakomodasi semua kebutuhan sumber daya manusia di perguruan tinggi Indonesia.
Dengan adanya rekrutmen dosen CPNS membuat nuansa persaingan akademik di perguruan tinggi semakin hangat. Pasalnya seluruh sumber daya manusia unggul yang memiliki irisan dengan pendidikan tinggi nantinya akan bersaing demi mendapatkan satu tempat di Kementerian.
Hal tersebut secara perlahan akan membentuk sebuah ekosistem baru yang bermutu dan berdaya saing tinggi di dunia keilmuan Indonesia.
Ghufron mengatakan peta persaingan di dunia pendidikan memang sudah sepatutnya ada tanpa atau dengan adanya uji CPNS ini. Sebab, dosen bukanlah profesi yang biasa.
Mereka harus berbeda dari yang lainnya. Tidak hanya dalam segi kompetensi dan kualifikasi, tetapi juga dalam segi kemampuan (soft skill dan hard skill) dan perspektif dalam berpikir dan melihat suatu keadaan.
“Meskipun saat ini banyak sekali sumber daya manusia kita yang telah berhasil menyelesaikan studi S-2, itu tidak menjamin bahwa mereka bisa menjadi seorang dosen yang ideal,” cetusnya.
“Dosen itu bukan profesi sederhana. Mereka terlebih dahulu harus tahu khitah dosen itu seperti apa. Ada darma dan tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan di dalamnya,” tambahnya mengakhiri. (Siedoo)