Siedoo.com -
Tokoh

Yuk Simak Perjuangan Munira Safitri, Mahasiswi Penghafal Alquran 30 Juz

Siedoo, Namanya Munira Safitri (19), mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Guru Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, Jawa Barat. Munira merupakan hafizah Alquran 30 juz yang menjadi kebanggaan kampusnya. Dia mengaku termotivasi menghafal Alquran kerena penasaran ingin hafal semua juz dalam Alquran.

“Jadi awalnya penasaran bagaimana rasanya menghafal semua juz. Sempat putus asa, tapi karena terus dicoba, malah jadi ketagihan,” ujar Munira.

Ditulis laman uinsgd.ac.id, Munira Safitri mengakui, dalam proses menghafal ada banyak godaan dan keluhan yang tidak bisa ia hindari. Kendati begitu, berkat dukungan guru serta doa orang tuanya, akhirnya dia bisa menyelesaikan hafalan.

Ia mengawali menghafal Alquran saat berusia 9 tahun, ketika masih duduk di bangku SD dan belajar mengaji di Taman Pendidikan Alquran (TPA). Saat itu Munira kecil, baru bisa menghafal surat-surat pendek di juz 30.

Cepat Menghafal

Guru TPA-nya memperhatikan perkembangan hafalan Munira dan menilai Munira memiliki daya tangkap dan cepat untuk menghafal, dibandingkan anak-anak lainnya. Sang guru kemudian menyarankan agar Munira meneruskan hafalannya hingga hafal juz 30.

Waktu itu, ia hanya menuruti saran gurunya, lalu mulai mencobanya. Munira mengaku awalnya tidak mau menghafal, namun entah mengapa dia tertantang hingga mau mencobanya kendati sering mengeluh dan sempat putus asa. Dia terus dibimbing oleh guru dan orang tuanya hingga mau terus mencobanya.

Munira pun berhasil menghafal 1 juz (juz 30) saat masih duduk di bangku SD. Tak berhenti sampai di situ, saat ia melanjutkan pendidikan ke SMP, guru mengajinya menyarankan agar ia melanjutkan hafalannya menjadi tiga juz.

Munira mengaku saat itu, ia merasa malas dan tidak ingin menghafal lagi. Hingga kembali tergugah menghafal lantaran melihat tayangan anak-anak mengaji menghafal Alquran di televisi.

Baca Juga :  Membaca sebagai Esensi Nuzulul Quran

“Saat itu termotivasi lagi, soalnya melihat orang tua penghafal di tayangan itu jadi tergugah, mau mencoba lagi,” ujarnya.

Ia mengakui, di tengah perjalanan menghafal, ia sempat mengeluh lagi dan baru bisa menyelesaikan tiga juz hafalannya di akhir SMP. Karena masih dalam bimbingan guru mengajinya di TPA, Munira mendapat saran untuk melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Tahfidz Darul Quran, Tangerang Selatan. Munira berpikir betapa jauhnya jarak antara Belitung dan Pulau Jawa.

Tempaan Mental Tiada Henti

Namun, kata Munira, mendengar saran dari gurunya itu ia tertegun dan perlahan mengikuti saran gurunya untuk melanjutkan sekolah merantau jauh dari orang tua. Saat ia memiliki keinginan tersebut, orang tuanya sempat tidak mengizinkannya lantaran pertimbangan biaya yang kurang mampu dipenuhi orang tuanya.

“Akhirnya orang tua mengizinkan karena ada tetangga juga yang sudah melihat kemampuan aku saat di TPA. Jadi mereka mendukung,” ujarnya.

Perjalanan mentalnya terus berlanjut saat ia masuk ke Pondok Pesantren Tahifdz itu, timbul rasa takut karena melihat kemampuan orang lain yang lebih baik darinya.

Di tahun pertama, ia menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mendapatkan semangat untuk menghafal hingga ia menyelesaikan setahun itu enam juz. Munira terus termotivasi oleh lingkungannya lantaran merasa bersaing dengan teman-temannya. Hingga ia bisa mencapai hafalan 18 juz.

Tak Lupakan Dukungan

Memasuki tahun terakhir ia sekolah, Munira mengaku kedodoran belum bisa menyelesaikan juga hafalannya. Namun lagi-lagi ia teringat dan termotivasi lagi perjuangan orang tuanya menyekolahkannya ke pesantren dengan biaya yang tidak sedikit.

Munira terus memantapkan diri berusaha menaklukkan keraguannya untuk menghafal. Ia terus termotivasi berkat dukungan gurunya dulu di TPA-nya serta tentu kedua orang tuanya. Setelah terus mendorong diri, Munira pun berhasil menghafal 30 juz di detik-detik akhir sebelum kelulusan.

Baca Juga :  Fachrul Rozi Ramadhan Juara 1 Kompetisi Imagi Digital Bung Karno

Setelah menyelesaikan setoran hafalan 30 juz itu Munira mengaku sangat senang bahkan hingga menangis lantaran sempat tak percaya. Ia bergegas langsung menelepon ibunya dan menangis terharu membawa kabar gembira untuk orang tuanya.

“Saat nelepon Mamah lagi di Aceh mengantar adik ikut lomba MTQ. Terus Mamah juga nangis, gak nyangka bisa selesai juga,” kata Munira.

Bagi Munira, semua hasil yang ia raih semata bukan karena kerja kerasnya. Tapi juga berkat dukungan dan doa orang tua serta guru yang terus memotivasinya hingga selesai. (*)

Apa Tanggapan Anda ?