Siedoo.com -
Tokoh

Duta Daftar Sekolah Pakai Uang Receh

MAGELANG – Eka Duta Prasetya siswa yang membayar biaya sekolah dengan uang koin menjadi topik pembicaraan hangat di beberapa media sosial. Dalam postingan di media sosial, terlihat ia sedang duduk berhadapan dengan seorang guru yang tengah menghitung uang receh yang diberikan.

Duta sapaan akrabnya mengaku, uang tersebut merupakan uang hasil tabungannya selama kurang lebih empat tahun terakhir. Uang itu semenjak ia duduk dibangku sekolah dasar.

“Setiap hari bisa menabung Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu,” ujar Duta.

Setelah menabung selama bertahun -tahun tersebut, akhirnya uang tabungan ini digunakan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Uang koin senilai Rp 1 juta, lalu dibawa dengan plastik untuk mendaftar sekolah, khususnya untuk biaya membeli seragam.

Menabung Untuk Beli Laptop

Duta mengaku, uang yang dia kumpulkan selama ini rencananya akan dipergunakan untuk membeli laptop sebagai bekal belajarnya. Namun, ia memahami bahwa penghasilan orang tuanya tidak akan mencukupi untuk membayar biaya sekolah. Penghasilan ayahnya sebagai tukang parkir disalah satu rumah sakit di kota Magelang, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

“Awalnya saya nabung untuk beli laptop atau komputer buat belajar,” kata Duta.

Memilih Sekolah Berbasis Agama yang Terdekat

Atas masukan dari ayahnya, Duta memilih sekolah yang dekat dengan rumah tempat mereka mengontrak selama ini. Jaraknya sekitar 6 km.

“Jadi, saat ayah sedang tidak bekerja diparkiran dan lagi gak punya uang, bisa naik sepeda berangkat sekolahnya,” kata Duta mengingat pesan ayahnya.

Duta merupakan anak dari pasangan Agung Prasojo, 42, dan Tutik, 37. Ia tinggal bersama ayah dan neneknya Sutiyah, 54, di rumah kontrakan Griya Purna Bhakti Indah RW 09, Desa Ngadirojo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selama ini ia tinggal bersama ayahnya, setelah kedua orang tuanya berpisah.

Baca Juga :  Agar Lebih Berani Berbicara Inggris

Tidak hanya saat mendaftar sekolah di MAN 1 Kota Magelang saja, saat di Mts Kota Magelang, ia bersekolah mengendarai sepeda onthelnya. Jarak yang ditempuh saat berangkat sekolah bisa lebih dari 6 km. Pesan ayah bahwa, sekolah itu yang lebih penting agamanya.

“Cari sekolah itu ndak usah tinggi-tinggi. Yang terpenting agamanya baik,” ucapnya.

Bercita-cita Menjadi Hafidz

Siswa yang lahir 1 Juni 2001 ini mengaku selalu berpuasa Senin Kamis. Itu merupakan anjuran dari sang nenek, Sutiyah. Duta mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang pengusaha dan hafidz (penghapal Al Quran).

Dalam mendidik cucunya, sang nenek mengajarkan dan membangun kepribadian Duta agar menjadi seorang yang ahli dalam beribadah dan mengamalkannya. Duta juga diajari untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa. Di tengah tidur lelap, seringkali neneknya sengaja membangunkan untuk mengajak salat Tahajud. Puasa Senin – Kamis juga dijalani Duta sudah sejak lama.

Biaya Pendidikan Gratis

Melihat semangat yang ditunjukkannya, pihak MAN 1 Kota Magelang tempat Duta mendaftar untuk melanjutkan pendidikan memberikan bantuan berupa biaya pendidikan gratis. Selain itu sekolah akan membina Duta sebaik mungkin dan membuatkan rekening khusus untuknya.

“Uang Rp 1 juta yang tadinya untuk seragam lalu kami masukkan ke rekening Duta,” jelas Kasnawi, Kepala MAN 1 Kota Magelang.

Kasnawi mengatakan, biaya jangan dijadikan hambatan untuk tetap melanjutkan sekolah. MAN 1 Kota Magelang akan menerimanya dengan tangan terbuka.

“Yang penting, anak masuk dulu kemudian nanti akan dibina. Karena anak ini memiliki akhlak yang baik, semangatnya tinggi,” katanya.

Anak seumuran Duta dapat menabung sekian lama bukanlah hal yang mudah. Apalagi uang tersebut disiman dalam toples bekas makanan yang mudah terlihat dan mudah diambil. Duta dianggap telah mempersiapkan langkah kedepan dengan baik, seperti upaya yang tengah ditunjukkannya dalam melanjutkan sekolahnya tersebut.

Baca Juga :  Kaki Kiri Hilang, Mauluddin Tak Patah Arang

“Saya sendiri kaget, anak umur segini semangatnya luar biasa. Ini bisa menjadi cerita inspiratif bagi siswa yang lain untuk menuntut ilmu,” kata Kasnawi.

Apa Tanggapan Anda ?