MAGELANG – Sebanyak 51 siswa dan siswi SMP IT Ihsanul Fikri Kota Magelang mengikuti acara wisuda. Acara wisuda seperti ini sudah diselenggarakan kali ke empat oleh sekolah. Rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan dibagi menjadi dua agenda, yaitu Imtihan Alquran dan pelepasan siswa.
Wisuda yang dilaksanakan di Hotel Borobudur, Kota Magelang dihadiri orang tua siswa dan sejumlah guru. Wisuda dilaksanakan lebih awal karena bertepatan akan datangnya bulan Ramadhan.
“Wisuda kita laksanakan lebih cepat karena bertepatan akan datangnya bulan Ramadhan, walaupun nilai UNBK secara resmi baru keluar pada 2 Juni 2017,” kata Ceriya Wijaya Putri, Humas SMP IT Ihsanul Fikri.
Baca juga : Ihsanul Fikri Siap Lakoni UNBK
Rangkaian kegiatan dimulai dengan uji publik Imtihan, yaitu peserta diwajibkan menghafal Alquran sebanyak dua juz yang diuji gharib dan tajwidnya. Kemudian dilanjutkan dengan wisuda imtihan yang diikuti siswa kelas VII dan VIII. Kegiatan ini dilanjutkan dengan wisuda dan pelepasan siswa kelas IX dan penyerahan hadiah bagi peraih peringkat tiga besar hasil ujian sekolah.
Dalam prosesi wisuda tersebut, diumumkan peraih peringkat untuk ujian sekolah dengan kelompok putra dan putri. Untuk kelompok putri, peraih peringkat pertama Janneta Auliasheeva Yasmin, peringkat kedua diraih Prudent Laksmita Setyawati dan peringkat ketiga diraih Fadhilah Lulu Nur Jannah.
Sedangkan untuk kelompok putra, peringkat pertama diraih Reyhan Rakay Pinayungan, peringkat kedua diperoleh Muchammad Taufik Hidayat dan peringkat ketiga Muhammad Farhan Imamul. Prestasi yang diraih para siswa tersebut dirasa pihak sekolah cukup baik dan selalu meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan perolehan nilai UN yang cukup memuaskan pada tahun lalu.
“Dari tahun ke tahun, mengalami peningkatan yang cukup baik dilihat dari hasil UN yang diraih oleh siswa,” kata Ceriya, yang juga guru Bimbingan Konseling itu.
Adapun dalam proses pelaksanaan UNBK yang pertama bagi siswa SMP sederajat ini, ada beberapa hal yang digaris bawahi oleh pihak sekolah terkait pelaksanaan dan tata cara UN.
“Mungkin ada juga yang belum siap untuk pelaksanaan ujian ini. Misalnya letak komputer yang dipakai terlalu dekat dan tanpa sekat. Sehingga masih dijumpai siswa yang berdiskusi dengan temannya pada saat ujian berlangsung,” kata Ceriya.
Menurut dia, kedepan sarana dan prasarana harus dipersiapkan lebih baik karena akan berdampak secara psikologis bagi anak dalam mengerjakan soal UN. Ia pun berharap sekolah sudah harus mempunyai laboratorium sendiri yang dapat digunakan untuk ujian.